Advertisement
Diboikot Sekalipun, Facebook Diyakini Tetap Kokoh
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Analis menilai boikot tak akan terlalu merugikan Facebook secara ekonomis. Bahkan, fulus yang digelontorkan untuk beriklan di medsos terpopuler sejagat itu akan melampaui nilai iklan di semua televisi dua tahun lagi.
“Media sosial raksasa tidak menunjukkan tanda-tanda bakal melambat secara komersial,” kata Bill Fisher, analis senior di eMarketer
Advertisement
Menurut dia, sulit untuk memperkirakan apakah skandal Cambridge Analytica akan mengurangi jumlah pengguna aktif Facebook secara signifikan. eMarketer memperkirakan belanja iklan di medsos akan terus tumbuh, meski platform tersebut diterpa berbagai berbagai problem seperti skandal pencurian data dan menyebarnya hoaks.
Menurut laporan perusahaan riset pasar yang berbasis di New York tersebut, uang iklan di medsos akan meroket hingga 40% dalam dua tahun ke depan, dari 3,29 miliar paun (setara Rp63,8 triliun) menjadi 4,59 miliar paun (Rp89 triliun). Pada 2020, nilai iklan di televisi diperkitakan hanya 4,04 miliar paun (Rp78,3 triliun).
Dominasi Facebook atas platform medsos lain juga masih kokoh, meski cenderung turun. Dua tahun ke depan, Facebook masih menguasai 82,5% pasar iklan di medsos, turun dari 84% pada tahun ini.
Sejumlah warganet dunia menggalang Operation Faceblock, sebuah gerakan memboikot Facebook selama 24 jam serentak pada Rabu (11/4/2018). Namun, boikot dan sejumlah skandal lain, diperkirakan tak akan memengaruhi popularitas dan keuntungan Facebook.
Ajakan boikot satu hari ini bukan hanya untuk Facebook, melainkan juga aplikasi-aplikasi di bawah Facebook Inc., seperti Messenger, WhatsApp, dan Instagram. Tanggal 11 April dipilih bertepatan dengan kesaksian bos Facebook Mark Zuckerberg tentang privasi data di depan Kongres Amerika Serikat.
Boikot seharian penuh merupakan bentuk protes keras penggunaan 87 juta profil Facebook tanpa izin dari pemilik akun oleh Cambridge Analytica. Penggunaan data pribadi tanpa persetujuan pengguna itu, telah melanggar keputusan yang ditandatangani Facebook dengan Federal Trade Commission (FTC) atau Komisi Energi Amerika Serikat pada 2011.
Juru Bicara Operation Faceblock Laura Ullman mengatakan boikot merupakan keprihatinan terhadap lemahnya keamanan dan privasi data di medsos.
“Banyak orang mengatakan menyukai Facebook tetapi ingin perusahaan itu meningkatkan [privasi penggunanya]. Tidak menggunakan platform ini selama sehari adalah sebuah demonstrasi virtual yang mudah dilakukan, tetapi mampu mengirim pesan yang kuat agar desakan kami diperhatikan dengan lebih baik,” kata dia seperti dilansir dari The Guardian, Minggu (8/4).
Menurut Laura Ullman, tidak semua orang atau perusahaan memiliki hak istimewa untuk bisa menguasai data seseorang.
“Facebook telah menciptakan monopoli dan di beberapa negara, satu-satunya titik masuk ke Internet adalah melalui Facebook. Bahkan seringkali menjadi satu-satunya sumber berita di beberapa tempat,” katanya.
Facebook kemudian menjadi platform untuk mengorganisasi komunitas. Dengan demikian, komunitas tidak boleh dibiarkan menjadi menderita karena kebijakan dan sistem yang buruk pada perusahaan.
Selain menginap di kantor Facebook, Messenger, Whatsapp dan Instagram pada 11 April, Ullman bersama peserta boikot juga menulis surat kepada Zuckerberg dan Pemerintah Amerika Serikat.
Sebelum kesaksiannya di depan Komisi Energi dan Perdagangan Parlemen pada Rabu lusa, Zuckerberg juga akan bersaksi di depan Komisi Pengadilan dan Perdagangan Senat pada Selasa (10/4/2018).
Facebook yang didirikan Zuckerberg pada 2004 dan kini berkembang menjadi media raksasa. Hingga Januari, tercatat sedikitnya 2,1 miliar pengguna Facebook aktif.
Facebook diguncang prahara setelah terungkang sebanyak 87 juta data akun penggunanya diambil Cambridge Analytica dan disalahgunakan. Puluhan juta data pengguna itu berasal dari berbagai negara, paling banyak Amerika Serikat.
Akun pengguna Facebook di Indonesia yang menjadi korban skandal tersebut diperkirakan mencapai sekitar satu juta, menduduki peringkat ketiga terbanyak data pengguna yang bocor setelah AS dan Filipina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : The Guardian, Grafis/Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
- Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Teknologi Pertanian
Advertisement
Pemkot Jogja Masih Menunda Pembangunan TPS 3R di Piyungan, Ini Alasannya
Advertisement
Ada Gunung Menyerupai Piramida di China Bikin Heboh Warganet, Begini Penjelasan Ahli
Advertisement
Berita Populer
- Dugaan Korupsi Investasi Fiktif di Taspen Capai Rp1 Triliun, KPK Mencekal Sejumlah Pejabat
- Larang Umrah Backpacker, Menteri Haji Saudi Tegaskan Penggunaan Visa Resmi
- Peringatan May Day, Ini Kata-kata Ucapan Hari Buruh 2024 dalam Bahasa Indonesia dan Inggris
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Gim Free Fire Ada Unsur Kekerasan, Kominfo Minta Pertimbangan KPAI Terkait Wacana Pemblokiran
- Jokowi Sebut Mafia Tanah Sudah Berkurang, Ini Alasannya
- Kelola Judi Online Cuaca77.com, 11 Orang Ditetapkan Tersangka
Advertisement
Advertisement