Advertisement
MOELDOKO: "Naluri Saya Mengenali Situasi Sangat Tajam" (Bagian-I)
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA–Kantor Staf Presiden menjadi perpanjangan telinga Kepala Negara untuk menyerap keinginan masyarakat. Selain itu, kantor ini juga mengelola isu-isu strategis nasional sehingga publik mendapatkan pemahaman yang tepat. Guna mendapat gambaran bagaimana Kantor Staf Kepresidenan menjalankan tugas dan mendukung keinginan pemerintah untuk meningkatkan investasi dan ekspor, Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) berkesempatan mewawancarai Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. Berikut Petikannya:
Advertisement
Saat ini kondisi bangsa sering disebut makin gaduh. Bagaimana Anda melihat hal itu apakah masih dapat ditangani dengan baik?
Sebenarnya masih noisy. Biasalah dalam sebuah negara yang superdemokrasi itu, Presiden Jokowi mengatakan demokrasi kita kebablasan. Kalau menurut saya bukan kebablasan lagi tapi tanpa batas, dan berbicara itu sudah tingkatannya menyerang pribadi (ad hominem).
Namun, sebenarnya secara umum situasi bisa dikelola dengan baik. Kebetulan saya punya pengalaman lapangan yang cukup lama sehingga naluri saya mengenali situasi cukup tajam.
Contoh waktu pertama kali penyerangan terhadap tempat ibadah di Sumatra, tempat ibadah Konghucu, saya teriak keras. Hati-hati karena saya melihat ini enggak biasa.
Tempat ibadah yang sering dirusak itu justru tempat ibadah orang Muslim, yang rusak orang Muslim sendiri. Buktinya itu Ahmadiyah tapi kalau merusak gereja jarang sekali, apalagi merusak tempat ibadah Konghucu, makanya ini agak lain, hati-hati.
Setelah itu, apakah kejadiannya benar-benar beruntun?
Waktu itu saya baru pensiun. Ternyata betul, itu kemudian memicu kejadian beruntun. Jadi memang model serta polanya seperti itu dan biasaya dimainkan di luar Jakarta. Kalau situasi sekarang, saya selalu mengatakan pada setiap kunjungan para duta besar negara sahabat, baik dari Eropa, Amerika, maupun lainnya, saya sampaikan.
Sewaktu saya menjadi panglima TNI, kalimat yang pertama kali saya ucapkan adalah—mungkin tidak wajar dalam lingkungan militer tapi saya katakan—para investor jangan takut, jangan ragu-ragu masuk ke Indonesia, kami akan mengawalnya.
Sekarang saya pada posisi yang memiliki akses untuk menggunakan instrumen keamanan yang semakin luas, makin besar. Oleh karena itu saya katakan, tentunya akan semakin mudah untuk bisa mengendalikan situasi ekonomi kalau terjadi apa-apa.
Yakinlah kepada saya bahwa saya sekian lama tidur di jalanan, naluri saya terhadap situasi sangat tajam. Saya katakan kepada beberapa visitor, stabilitas terkendali dengan baik, baik itu stabilitas keamanan, politik, ekonomi, semuanya berjalan on the track. Dengan demikian, keinginan Presiden mendatangkan investasi dari luar itu betul-betul saya bisa memberikan jaminan informasi yang benar, sehingga mereka tidak ragu-ragu.
(Pewawancara: Gajah Kusumo, Stefanus Arief Setiaji, David Eka Issetiabudi, Yodie Hardiyan, Thomas Mola)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
- Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Teknologi Pertanian
- Tidak Hadir dalam Sidang Sengketa Pileg, 2 Pemohon Dianggap MK Tidak Serius
Advertisement
Rute Bus Trans Jogja ke Malioboro, Prambanan dan Tugu Jogja, Jangan Salah Pilih
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Dedi Mulyadi Siap Maju di Pilgub Jabar 2024
- PKB Buka Penjaringan Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta, Ini Kriterianya
- PKB dan Nasdem Gabung Koalisi Prabowo, Bagaimana Pembagian Jatah Kursi Menteri Prabowo-Gibran?
- Gunung Ruang Naik ke Level Awas, Masyarakat Diimbau Evakuasi
- Bali Dituding Kelebihan Turis, Kemenparekraf Membantah
- Tak Semua Harus Dirangkul, Prabowo Diminta Sisakan 2 Partai Agar Bisa Jadi Oposisi
- Mencegah Korupsi di Daerah, KPK Menyiapkan Lima Program
Advertisement
Advertisement