Advertisement
Indonesia Bisa Jadi Mangsa Baru Perang Dagang AS-China
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia mengklaim masih melihat perkembangan situasi perang dagang AS-China sebelum membuat kebijakan untuk mengantisipasi dampaknya terhadap neraca perdagangan. Kendati demikian, Pemerintah menyadari Indonesia berpotensi menjadi mangsa pasar alternatif bagi AS dan China di tengah kondisi perang dagang ini.
“Untuk sementara ini, kami masih harus mencermati dulu,” ujar Direktur Pengamanan Perdagangan Kementerian Perdagangan Pradnyawati, Selasa (19/6/2018).
Advertisement
Meski demikian, dia tidak menyangkal Indonesia berpotensi menjadi mangsa pasar alternatif bagi AS dan China di tengah kondisi perang dagang ini. Bagaimanapun, hingga saat ini Kemendag melihat belum ada gejala lonjakan impor dari kedua negara itu.
Guna mengantisipasi potensi peningkatan impor, Pradnyawati mengatakan, otoritas perdagangan akan tegas dalam menjaga kualitas barang yang masuk sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), terutama untuk produk baja impor.
Selain itu, lanjutnya, Kemendag akan melakukan pengamanan perdagangan, dalam bentuk penyelidikan/investigasi Safeguard dan Anti Dumping.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, dampak perang dagang AS-China terhadap neraca dagang RI belum akan terasa dalam waktu dekat.
Namun, lanjutnya, kemapuan Indonesia dalam memanfaatkan situasi perang dagang untuk meningkatkan ekspor masih sangat terbatas.
Pasalnya, daya saing produk RI masih lemah jika dibandingkan dengan produk Vietnam atau Malaysia. Akan tetapi, sejumlah produk manufaktur seperti alas kaki sudah mampu mengisi sebagian pasar AS yang selama ini diisi produk China.
“Tapi juga harus bersaing ketat dengan Vietnam dalam memperbutkan pasar di AS itu,” tegasnya.
Seperti diketahui, aksi retaliasi tarif impor antara AS dan China berlanjut meski keduanya telah bertemu untuk merundingkan kebijakan dagang masing-masing belum lama ini.
Pada Senin (18/6/2018), Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan menerapkan tarif impor sebesar 10% atas barang-barang China yang bernilai US$200 miliar, sebagai balasan atas keputusan China menaikkan tarif impor atas produk AS.
Pada Jumat (15/6/2018), Trump juga mengungkapkan akan melanjutkan tarif sebesar 25% atas produk China senilai US$50 miliar. Sebagai balasan, China bakal menerapkan tarif tambahan sebesar 25% atas 659 produk AS yang bernilai US$50 miliar, salah satunya kacang kedelai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Gelombang Panas Melanda Asia, Ini Dampaknya di Indonesia Menurut BMKG
- Viral Tawaran Jadi Buzzer Bea Cukai dengan Tarif Rp100 Juta Per Video, Berikut Klarifikasi dari DJBC
- Israel Serang Rafah, Sekjen PBB: Mohon Wujudkan Kesepakatan
- Viral Aksi Pembubaran Ibadah Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang, Ini Kata SETARA Institute
- Kim Jong Un Ulang Tahun, Warga Korea Utara Diminta Ucapkan Sumpah Setia
Advertisement
Seorang Anak di Sleman Diduga Tertembak Senapan Angin, Polisi Buru Pelaku
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- Ganjar-Mahfud Pilih Jadi Oposisi, Gibran Minta Dikawal dari Luar
- Minibus Tertabrak Kereta di Perlintasan Tanpa Palang Pintu Pasuruan, 4 Orang Tewas
- Jokowi Setuju Tidak Boleh Ada Orang Toxic di Pemerintahan Prabowo-Gibran
- Ngeri! Pemain Timnas Malaysia Alami Luka Bakar Tingkat 4 Usai Disiram Air Keras
- Israel Tolak Gencatan Senjata, Bombardir Warga Gaza di Rafah
- Israel Serang Rafah, Sekjen PBB: Mohon Wujudkan Kesepakatan
- Viral Video Siswa SD di Salatiga Studi Tur Naik Pesawat Garuda, Ternyata Nabung Sejak Kelas 1
Advertisement
Advertisement