Advertisement
1.914 Warga Sukoharjo Terancam Krisis Air
Advertisement
Harianjogja.com, SUKOHARJO—Sedikitnya 656 keluarga atau sekitar 1.914 jiwa di Kecamatan Weru, Sukoharjo, Jawa Tengah terancam krisis air bersih pada musim kemarau ini. Mereka berdomisili di daerah rawan kekeringan saat kemarau.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo siap mengirim bantuan air bersih apabila ada permohonan dari pemerintah desa. Daerah rawan kekeringan di Weru terdapat di empat desa yakni Alasombo, Jatingarang, Ngreco, dan Tawang.
Advertisement
Perinciannya, jumlah keluarga di Desa Alasombo sebanyak 120 keluarga, Jaringarang 105 keluarga, Ngreco 356 keluarga, dan Tawang 75 keluarga. Biasanya, saat puncak musim kemarau, warga kesulitan mencari air bersih di wilayah masing-masing.
Sumber air seperti sungai dan bendungan mengering. Mereka mengandalkan pasokan air bersih sumbangan para donatur atau Pemkab Sukoharjo.
“Kami bakal berkoordinasi dengan PDAM Tirta Makmur Sukoharjo untuk pengiriman bantuan air bersih ke daerah kekeringan. Daerah terdampak kekeringan paling parah di Weru lantaran kondisi geografisnya perbukitan dan pegunungan,” kata Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bencana Alam BPBD Sukoharjo, Sarwiji, Rabu (18/7/2018).
Wilayah Sukoharjo bagian selatan menjadi daerah paling rawan kekeringan. Selain Weru, daerah lain yang rawan kekeringan yakni Tawangsari terutama di Desa Watubonang. Di desa itu, terdapat 250 keluarga yang rawan krisis air saat musim kemarau.
Hingga saat ini belum ada permintaan pasokan air bersih dari masyarakat. Namun, tak menutup kemungkinan ada permintaan pasokan air bersih pada puncak kemarau.
“Sukarelawan bakal memantau daerah rawan kekeringan selama musim kemarau. Mereka bakal berkoordinasi dengan perangkat desa setempat,” kata Sarwiji.
BPBD Sukoharjo telah melakukan studi penelitian terkait potensi sumber air di beberapa daerah kekeringan. Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi kekeringan secara permanen.
Daerah yang memiliki potensi sumber air akan menjadi lokasi pengeboran tanah untuk sumur dalam. Warga setempat bisa memanfaatkan air sumur dalam untuk mencukupi kebutuhan air bersih sehari-hari dan mengairi lahan pertanian.
Pengeboran tanah bakal dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Sukoharjo. “Kami selalu berkomunikasi dengan instansi terkait selama studi penelitian sumber air,” tutur dia.
Sementara itu, Kepala Desa Tawang, Kecamatan Weru, Maryanto, menyatakan telah mendata warga di daerah rawan kekeringan pekan lalu. Hasil pendataan itu ada 75 keluarga yang rawan krisis air bersih. Mereka berdomisili di Dusun Tawang dan Babalan tepatnya di lereng Gunung Taruwongso.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
- Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Teknologi Pertanian
Advertisement
Top 7 News Harian Jogja Online, Kamis 2 Mei 2024, Persoalan Sampah di Jogja hingga Peringatan May Day 2024
Advertisement
Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Aksi Buruh 1 Mei: Masyarakat Diminat Hindari Kawasan Monas Jakarta
- Prihatin Atas Temuan Kuburan Maasa di Gaza, Sekjen PBB Minta Operasi militer di Rafah Dihentikan
- Pendiri Sriwijaya Air Hendry Lie Terlibat Korupsi Timah Rp217 Triliun, Begini Respons Manajemen
- Di Jakarta Ada Aksi Buruh 1 Mei, Jokowi Pilih ke NTB
- Buruh Desak Presiden Terpilih Prabowo Subianto Cabut UU Cipta Kerja
- Bangun Kota Cerdas, Pusat Data IKN Dilengkapi Komputasi Performa Tinggi
- Dampak Korupsi Timah Rp217 Triliun: Ribuan Karyawan 5 Smelter Terkena PHK
Advertisement
Advertisement