Advertisement

Simpan Uang di Bawah Kasur, Penjual Nasi Aking Akhirnya Naik Haji

Newswire
Selasa, 07 Agustus 2018 - 06:17 WIB
Nina Atmasari
Simpan Uang di Bawah Kasur, Penjual Nasi Aking Akhirnya Naik Haji Ilustrasi ibadah haji dan umrah. - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, NGANJUK- Kisah inspiratif datang dari Tarijah, warga Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Perempuan yang sehari-harinya berjualan nasi aking itu pada Senin (6/8/2018) malam berangkat untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah bersama Kelompok Terbang (Kloter) 59 Embarkasi Surabaya.

Nenek berusia 73 tahun itu mengaku menabung bertahun-tahun demi mewujudkan impian menunaikan rukun Islam yang kelima.

Advertisement

"Saya punya keinginan naik haji sejak suami saya meninggal dunia karena sakit di tahun 2003," katanya, saat ditemui di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menjelang keberangkatannya ke Tanah Suci.

Nenek yang kini tinggal bersama seorang cucunya itu tidak menyangka keinginannya selangkah lagi bisa terwujud. "Saya punya seorang anak, sudah meninggal dunia karena sakit stroke. Dia meninggalkan seorang anak yang sampai sekarang hidup menemani saya," katanya.

Keseharian hidup nenek Tarijah tergolong pas-pasan. Rumah yang menjadi tempat tinggalnya terbilang sangat sederhana. "Untuk memasak sehari-hari saja menggunakan tungku kayu bakar," ucapnya.

Sehari-harinya Tarijah bertahan hidup dengan berjualan nasi aking di Pasar Wage, Nganjuk. Jaraknya sekitar 2 kilometer dari tempat tiggalnya.

"Ke pasar itu tiap hari saya jalan kaki, pulang-pergi," katanya.

Di lapak tempatnya berjualan, Tarijah juga menjajakan buku-buku dan koran bekas, selain kayu arang, dan botol bekas.

Penghasilanya tidak tentu, kalau ramai bisa mencapai Rp100.000. "Kalau kadung sepi ya gak dapat uang sama sekali," ujarnya.

Sedikit demi sedikit penghasilannya disisihkan untuk ditabung. Dia menyimpannya di bawah kasur tempat tidur kamar rumahnya. Kalau pergi berjualan, dia mengunci rapat-rapat pintu kamar rumahnya.

"Saya tidak tahu caranya meyimpan uang di bank," katanya.

Hingga uang tabungannya yang disimpan di bawah kasur terkumpul Rp20 juta di tahun 2010, Tarijah langsung membawanya untuk mendaftar haji.

"Saat itu masih kurang Rp5 juta. Saya berhutang kepada seseorang untuk menutup kekurangannya. Saya cicil selama delapan tahun. Alhamdulillah sekarang sudah lunas semuanya," katanya.

Wajah Tarijah tampak berseri-seri saat ditemui di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, seakan tidak sabar untuk segera menginjakkan kaki di Tanah Suci. Sebentar lagi nenek penjual nasi aking itu menyandang gelar hajjah, setelah selesai memenuhi rukun Islam kelima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Mayat Bertato Ditemukan di Pantai Kulonprogo, Polisi Masih Mendalami

Kulonprogo
| Selasa, 30 April 2024, 14:37 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement