Advertisement
Pengamat : Tak Hanya Rawan Konflik, Aksi Tagar #2019GantiPresiden Jadi Ajang Caci-Maki
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Tagar #2019GantiPresiden semakin ramai bermunculan jelang Pilpres 2019. Namun menurut pengamat, hal tersebut tak berdampak baik.
Aksi-aksi terkait dengan tagar #2019GantiPresiden dinilai hanya menjadi ajang caci-maki dan sumber konflik horizontal yang kurang produktif bagi demokrasi.
Advertisement
Sekretaris Jenderal Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98), Ferry Supriyadi menilai apa yang terjadi dengan tagar #2019GantiPresiden sudah menjerumus kepada hal-hal yang kurang positif. Misal sudah melahirkan aksi saling menghujat antara satu sama lain.
Menurutnya, pesta demokrasi yang akan digelar pada tahun depan, seharusnya menjadi ajang yang bersih dari nilai-nilai perpecahan. Ferry khawatir, tagar itu hanya akan menjadi ajang caci maki dan kebencian yang justru menimbulkan konflik horizontal. “Ini kemunduran demokrasi,” kata Ferry, dalam rilis, Rabu (19/9/2018).
Partai politik ataupun aktor politik, lanjutnya, seharusnya bisa meredam kondisi yang terjadi sekarang ini. Kelompok yang mengkampanyekan tagar #2019gantipresiden hanya ingin memainkan emosi masyarakat untuk menjadi adu kekuatan.
Apalagi, kata dia, ada salah satu anggota KPU di daerah yang secara terangan-terangan tidak netral dengan mengenakan kaus #2019GantiPresiden.
Foto seorang pria yang diduga anggota KPU viral di media sosial facebook. Ia diduga tidak netral karena pada satu foto, pria tersebut mengenakan kaus hitam bertuliskan #2019GantiPresiden. Pada foto lainnya, pria itu mengenakan kemeja bertuliskan KPU.
Sementara itu, Direktur Ekskutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menganggap, gerakan #2019GantiPresiden yang digagas oleh Mardani Ali Sera, juga Neno Warisman ini rawan menimbulkan konflik vertikal dan horizontal.
Apalagi, #2019GantiPresiden semula hanya menjadi wacana di media sosial dan menjadi bahan diskusi di program talkshow maupun di ruang-ruang diskusi. Tetapi kemudian berkembang menjadi aksi turun ke jalan.
Jika #2019GantiPresiden masih dalam batas wacana diskusi, lanjut dia tidak menjadi persoalan serius. Hal itu masih bisa diterima dalam logika demokrasi. Sehingga pada batas ini pihak yang menggerakkan dan yang pro hashtag 2019 Ganti Presiden berdalih atas nama kebebasan berpendapat.
“Tetapi, jika sudah masuk ke ranah aksi terbuka dengan memobilisasi massa dalam jumlah besar, tentu berpotensi menimbulkan konflik. Apalagi saat ini sudah memasuki tahapan pemilu 2019,” ketika dihubungi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
- Refleksi Kepemimpinan Walkot Madiun: Perkuat Ekonomi dari Sektor Wisata & UMKM
- Ayo Nobar! Videotron Susu Murni Boyolali bakal Putar Semifinal Piala Asia U-23
- PDIP Sukoharjo Segera Buka Pendaftaran Cabup-Cawabup, Ini Jadwalnya
- PBB Sebut Butuh 14 Tahun untuk Membersihkan 37 Juta Ton Reruntuhan di Gaza
Berita Pilihan
- Golkar Targetkan Kemenangan Pilkada 2024 di Atas 70%
- Mayat Perempuan Ditemukan di Dalam Koper dengan Kondisi Penuh Luka di Cikarang
- Pascaputusan MK dan Penetapan KPU, Mungkin Akan Ada Susunan Koalisi Baru Prabowo-Gibran
- Siap-Siap! Penerapan SLFF di Tol Sebelum Oktober 2024
- Ditanya soal Kemungkinan Maju di Pilkada, Kaesang Memilih Ini
Advertisement
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Raja Charles III Kembali Jalani Tugas Setelah Pengobatan Kanker
- Merapat ke Prabowo-Gibran, Surya Paloh Mengaku Belum Dapat Tawaran Kursi Menteri
- Presiden PKS Ahmad Syaikhu Diusulkan Jadi Cagub DKI Jakarta
- Buruan Beli! Harga Tiket MotoGP Diskon 50 Persen
- Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo
- PBB Sebut Butuh 14 Tahun Bersihkan Puing di Gaza Imbas Agresi Israel
- Tetangga Sebut Polisi yang Ditemukan Tewas dengan Luka Tembak Adalah Orang baik dan Suka Bergaul
Advertisement
Advertisement