Advertisement
Kader PDIP Diajari Cara Hadapi Fitnah, Ujaran Kebencian dan Calon Pemimpin yang Menakuti Rakyat
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) diminta untuk melakukan kampanye-kampanye positif. Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengingatkan kadernya akan pesan dari Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri agar berkampanye positif dan tak lupa membangun kultur yang baik.
"Ibu Megawati, Pak Jokowi berpesan meski kita hadapi fitnah, ujaran kebencian calon pemimpin yang seolah menghalalkan cara, menakuti rakyat, kita tak boleh berubah, kita harus membangun kultur positif," ujar Hasto saat memberi sambutan pada workshop Fraksi PDIP DPRD tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota di Hotel Grand Paragon, Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, Jumat (23/11/2018).
Advertisement
Hasto mengatakan kepemimpinan Presiden Joko Widodo selalu berpikir positif dan juga segala tindakannya. Hasto bahkan membandingkan Jokowi-Ma'ruf Amin dengan calon presiden-calon wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Kita lihat di bawah kepemimpinan bapak Joko Widodo beliau sosok yang berpikir positif, dari cara berpikir positif lahirlah tindakan yang positif. Jadi kalau ngomong itu dengan data, dengan rasa, dengan cinta, itulah Pak Jokowi. Berbeda dengan yang di sana," kata Hasto.
Di depan para kadernya, Hasto mengungkit saat Sandiaga melangkahi makam pendiri organisasi Nadhlatul Ulama (NU), KH Bisri Syansuri di Jombang, Jawa Timur. Menurut Hasto, niat baik untuk menghormati keluarga ulama dengan mengunjungi makam justru bertolakbelakang karena tak paham budaya.
"Mau menunjukkan seolah punya kepedulian terhadap keluarga besar Nahdliyin, melakukan tradisi bangsa Indonesia yang baik, dengan datang ke makam pendiri NU, Kiai Bisri tapi karena tak berkebudayaan Indonesia, tak memahami kebudayaan Indonesia bukannya datang ke makam untuk menghormati dan mendoakan tokoh bangsa, tapi justru melangkahi makam tersebut," ucapnya.
Kata Hasto, apa yang dilakukan Sandiaga menunjukkan tak mengertinya sopan-santun dan tata krama budaya Indonesia.
"Ini cermin pemimpin yang tak memahami kebudayaan kita, pemimpin yang terlalu lama dibesarkan di barat, sehingga tak tahu unggah-ungguh [sopan santun/tata krama], tidak tahu bagaimana menjadi pemimpin, seharusnya bangga dengan martabat dan kebudayaan kita," pungkas Hasto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Okezone.com
Berita Lainnya
- Polisi Gerak Cepat, Pembunuh Pengusaha Tembaga Boyolali Tertangkap di Solo
- Prakiraan Cuaca Sragen Hari Ini Minggu 5 Mei, Waspadai Awan Tebal di Sore Hari
- Cerah Berawan dari Pagi sampai Siang, Cek Prakiraan Cuaca Boyolali Minggu 5 Mei
- Banyak Cerah Berawan dan Suhu Panas, Cek Prakiraan Cuaca Klaten Minggu 5 Mei
Berita Pilihan
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
- Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Teknologi Pertanian
Advertisement
Jadwal KRL Jogja Solo dari Stasiun Tugu Jogja, Minggu 5 Mei 2024
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Seleksi ASN 2024 Segera Dibuka Bulan Depan, Ada 1,2 Juta Lowongan
- Respon Ajakan Prabowo, Presiden Ingin Pertemuan Presidential Club Digelar Dua Hari Sekali
- Banjir Setinggi 3 Meter di Luwu Sulsel Sebabkan 14 Warga Meninggal Dunia
- Aturan Barang dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Zulhas Minta Jastiper Taati Hukum
- Otorita IKN Peroleh Hibah Kota Cerdas dari Amerika Serikat Senilai Rp31 Miliar
- Gerindra Pastikan Usung Dedi Mulyadi untuk Pilgub Jabar 2024
- BNPB Kerahkan Helikopter untuk Evakuasi Korban Erupsi Gunung Raung
Advertisement
Advertisement