Advertisement
Ini Penyebab Golput Naik
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA — Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menyatakan minimnya pilihan kandidat Capres-Cawapres dalam Pemilu Presiden (Pilpres) akan memengaruhi naiknya angka golput.
Hal ini mengacu pada data golput yang terus naik sejak Pilpres 2004, yaitu dari 20,2% di putaran I dan 22,5% di putaran II, menjadi 27,4% pada Pilpres 2009, dan kembali meningkat tajam pada Pilpres 2014 menjadi 31% suara nasional.
"Kalau kita lihat data yang Pilpres, itu semakin sedikit calon, angka pengguna hak pilih menurun," ungkap Titi, Senin (3/1/2019).
Seperti diketahui, terdapat 5 paslon yang bertarung dalam Pilpres 2004, Pilpres 2009 menyandingkan 3 paslon, sedangkan pada Pilpres 2014 hanya ada 2 paslon.
Sehingga Titi menilai perhelatan Pilpres 2019 yang masih menghadirkan kandidat capres minim dan serupa, yaitu antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo, memungkinkan angka Golput yang cenderung meningkat.
"Jangan lupa 2014 itu aktor-aktor yang berkompetisi sama seperti 2019. Jadi ini yang perlu kita antisipasi," tambah Titi.
Kendati demikian, Titi masih memiliki harapan lewat Pemilu Legislatif (Pileg) yang dilaksanakan serentak dengan Pilpres.
Sebab, data golput di pileg justru menunjukkan penurunan dari sebelumnya 29% pada Pileg 2009 menjadi 24,8% pada Pileg 2014. Sehingga, kemungkinan adanya peningkatan partisipasi pemilih, bisa terjadi.
"Tahun 2019 kita harus betul-betul antisipasi, karena trennya nggak kompatiel. Tren [partisipasi pemilihp Pileg naik, tapi tren Pilpres turun," jelas wanita kelahiran Palembang, 12 Oktober 1979 ini.
"Maka Pemilu 2019 merupakan antisipasi dari dua tren Pemilu [Presiden dan Legislatif] karena dilakukan berbarengan," tambahnya.
Oleh karena itu, Titi berharap KPU, Bawaslu, media massa, juga partai politik agar menciptakan kesan positif sehingga Pemilu 2019 mampu menarik minat masyarakat. Bukan justru terkesan gaduh dan dipenuhi narasi negatif.
"Oleh karena itu antisipasi kita, partai politik, harus bekerja keras memastikan pemilih paham bahwa 2019 itu bukan hanya soal Pilpres, ada juga Pileg," ungkapnya.
"Tetapi kalau kita tidak bisa mengantisipasi dan Pilpres menjadi lebih dominan pengaruhnya kepada pemilih. Maka konstan menurunnya angka pengguna angka hak pilih sangat mungkin kita hadapi pada 2019," tutupnya.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Aturan Baru Haji, Pemerintah Arab Saudi Larang Semua Orang Masuk Makkah Tanpa Izin, Termasuk Penduduk Setempat
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
Advertisement
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- Hamas Dikabarkan Sepakat Bebaskan 33 Warga Israel
- Aturan Baru Haji, Pemerintah Arab Saudi Larang Semua Orang Masuk Makkah Tanpa Izin, Termasuk Penduduk Setempat
- Ini Daftar Pabrik yang Tutup Pada 2024
- Kemenag Minta Masyarakat Waspada Penipuan Modus Visa Non Haji
- Ada Pemasangan Eskalator, Per 6 Mei 2024 Perjalanan Kereta Tujuan Pasar Senen Berhenti di Jatinegara
- Banyak Partai Ingin Gabung, Prabowo Diminta Hati-hati Bagikan Jatah Kursi Menteri
- Kapal Terbakar di Jakarta Utara, 12 Mobil Pemadam Kebakaran Dikerahkan
Advertisement
Advertisement