Advertisement
Hujan & Banjir Hentikan Penambangan di Negara Penghasil Tembaga Terbesar Dunia
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA - Hujan lebat dan banjir memengaruhi negara penghasil tembaga terbesar di dunia, Chile, selama sepekan terakhir. Beberapa perusahaan tambang pun menghentikan operasinya.
Analis BTG Pactual Santiago Cesar Perez mengatakan, hingga saat ini sudah terdapat tiga pertambangan yang berada di dekat kota Calama, Chili yang sudah berhenti beroperasi akibat cuaca buruk dalam sepekan terakhir.
Advertisement
"Ini akan menjadi masalah yang lebih besar karena badai juga mulai berdampak di kawasan selatan Peru, walaupun masih terlalu dini untuk mengukur dampak dari penghentian tambang ini," ujar Cesar seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (10/2/2019).
Adapun, tiga pertambangan yang telah berhenti beroperasi tersebut, yaitu tambang Chuquicamata dan Ministo Hales milik perusahaan tambang milik negara telah berhenti sejak Kamis (7/2) malam, dan tambang El Abra milik Freeport-McMoran yang telah berhenti beroperasi sejak Senin (4/2).
Hujan deras disertai badai dan petir telah mengguyur Chile dan diperkirakan akan terus berlanjut. Badai diperkirakan akan bergerak ke selatan, mempengaruhi wilayah Andean dan pra-Andean di wilayah Arica y Parinacota, Tarapaca dan Antofagasta.
Walaupun demikian, tambang lain di wilayah tersebut seperti tambang Gabriela Mistral dan Radomiro Tomic milik Codelco, Escondida and Spence milik BHP Group, Zaldivar, yang dimiliki bersama oleh Antofagasta Plc. dan Barrick Gold Corp., dan Collahuasi milik Anglo American Plc dan Glencore Plc, masih berjalan normal.
Padahal, akses jalan menuju tambang Collahuasi telah terputus sebagian dan perusahaan mengatakan bahwa tidak akan membawa pekerja baru ke situs setidaknya sampai Minggu, atau cuaca membaik.
Sementara itu, badan cuaca Peru, Senamhi, mengumumkan peringatan cuaca khusus di 14 wilayah sepanjang pegunungan Andes. Hujan sedang kuat disertai badai petir hingga hujan es dan salju juga dapat terjadi di beberapa daerah.
Prakiraan cuaca tersebut juga akan mempengaruhi beberapa wilayah utama Peru, termasuk Apurimac, Arequipa, dan Cuzco. Walaupun demikian, Tambang Cerro Verde, pertambangan tembaga terbesar di Peru, masih beroperasi secara normal hingga saat ini.
Meski belum diketahui akan menganggu pasokan cadangan dunia, berdasarkan data Bloomberg, harga tembaga di bursa London Metal Exchange (LME) pada penutupan perdagangan pekan lalu (8/2) bergerak di zona merah, melemah 0,58% atau turun 36 poin menjadi US$6.210 per metrik ton.
Sementara, harga tembaga di bursa Comex juga bergerak melemah, turun 0,64% atau 1,8 poin menjadi US$281,05 per pon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pilkada Jawa Timur, Golkar Resmi Mengusung Khofifah-Emil Dardak
- Pesawat Jatuh di BSD, Kemenhub: Penjelasan Detail Tunggu Koordinasi
- Singapura Menghadapi Gelombang Baru Covid-19, Kasus Naik 2 Kali Lipat dalam Sepekan
- Letusan Gunung Ibu Ciptakan Fenomena Unik karena Memicu Badai Petir Vulkanik
- Tingkatkan Cadangan Emas hingga Rp80 Triliun, Pengelola Tambang Gosowong Lakukan Efisiensi
Advertisement
Jadwal Kereta Bandara YIA Senin 20 Mei 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
Advertisement
Rekomendasi Menikmati Sendratari dan Pertunjukan Wayang di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Kemenko Perekonomian: Ada Plafon Rp107 Miliar untuk Beli Alsintan
- Dalam Sehari, Gunung Semeru Alami 14 Kali Erupsi
- Menpar Soroti Pengerukan Tebing untuk Kepentingan Pariwisata
- Tiba di Bali, Elon Musk Disambut Luhut
- Ada Prospek Usaha, Warga Sekitar IKN Diharapkan Tidak Menjual Lahan
- Amankan Aksi Bela Palestina di Kedubes AS Hari Ini, Polisi Kerahkan 1.648 Personel
- Menkominfo Pastikan Starlink Tetap Bayar Pajak Seperti Operator Lain
Advertisement
Advertisement