Advertisement
Ibu di Australia Memohon Legalisasi Eutanasia setelah Anaknya Disuntik Mati di Swis
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Seorang ibu di Australia mengajukan permohonan kepada pemerintah setempat untuk melegalkan eutanasia setelah putranyaharus pergi ke Swis demi mengakhiri penderitaan hidup.
Eutanasia adalah tindakan sengaja untuk mengakhiri hidup dengan cara yang relatif cepat dan tanpa rasa sakit demi alasan kemanusiaan.
Advertisement
Sebagaimana dikutip dari newscom.au, Senin (25/2/2019), Barbra Thornton, mendesak politisi Australia untuk melegalkan eutanasia di negaranya. Barbra berkaca dari pengalaman putranya Troy Thornton yang kini sudah meninggal dunia setelah mendapat suntikan mematikan di klinik eutanasia di Swis, beberapa waktu lalu.
Troy memiliki masalah pada sistem atrofi dan gangguan neurodegeneratif progresif yang membuatnya perlahan-lahan menjadi lumpuh. Troy bahkan pernah mengatakan ia akan menjadi “sayuran” karena penyakitnya.
“Pertama kamu tidak bisa berenang, lalu kamu tidak bisa berlari, berjalan, menendang kaki dengan anak-anakmu, kamu tidak bisa berselancar, mengemudi. Lalu kamu akhirnya menjadi sayuran,” kata Troy saat masih hidup.
Sampai saat ini, tidak ada pengobatan yang tersedia untuk masalah yang diderita Troy dan tidak ada harapan bagi pasien seperti Troy untuk pulih.
Di Australia, negara bagian Victoria menjadi lokasi pertama yang melegalkan eutanasia. Meski begitu, Troy dianggap tidak memenuhi syarat untuk menjalani proses tersebut.
Syarat utama untuk proses kematian sukarela di Victoria adalah penyakit pasien harus pada tahap terminal. Sementara pada kasus Troy, keluarganya tidak dapat menemukan dua dokter yang bersedia mengatakan dengan pasti bahwa Troy akan meninggal dalam waktu 12 bulan ke depan.
Ini juga menjadi alasan mengapa Troy dan keluarga harus terbang ke Swiss, jauh dari teman-teman dan keluarganya, untuk mengakhiri penderitaan yang Troy derita.
“Pasti ada sesuatu yang bisa dilakukan tentang ini. Saya harap ini menjadi warisannya. Saya akan bangga akan hal itu dan mudah-mudahan suatu hari nanti akan berlalu dan orang-orang tidak akan melakukan perjalanan jauh,” kata ibunda Troy kepada media The Age.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Suara.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
- Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Teknologi Pertanian
Advertisement
Advertisement
Jadwal Agenda Wisata Jogja Sepanjang Bulan Mei 2024, Ada Pameran Buku Hingga Event Lari
Advertisement
Berita Populer
- Mendagri Sebut Pilkada 2024 Telan Anggaran hingga Rp27 Triliun
- AS Mengaku Belum Mendapat Tanggapan Hamas Soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza
- Gabung Afsel, Turki Ajukan Kejahatan Genosida Israel ke Mahkamah Internasional
- Turki Stop Perdagangan dengan Israel. Buntut Pengiriman Bantuan ke Gaza Terhambat
- Jokowi Apresiasi Perjuangan Garuda Muda di Piala Asia U-23/2024
- Prancis Kecam Serangan Drone Israel k Konvois Bantuan Kemanusiaan Yordania di Gaza
- AHY Akan Deklarasikan Bali sebagai Pulau Lengkap
Advertisement
Advertisement