Advertisement
Soal Aspal Karet, Ekonom: Kalau Biayanya Masa Bodo yang Penting Karet, ya Repot
Advertisement
Harianjogja.com,JAKARTA--Pemerintah dikabarkan sedang gencar-gencarnya menggenjot pembuatan aspal dengan campuran karet. Ekonom pun menilai rencana itu sebagai upaya menguntungkan pengusaha karet.
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengatakan bahwa aspal karet adalah proyek yang dibuat oleh pemerintah, padahal kebutuhannya belum banyak. "Jadi dicreate itu [aspal karet] ada kebutuhan padahal kita tidak butuh sebanyak itu, tujuan bangun jalan itu supaya karetnya tertampung. Wah repot," ujarnya usai diskusi publik BPKP di Jakarta, Selasa (11/3/2019).
Advertisement
Faisal tidak bisa membayangkan jalan yang dibangun menjadi mahal dengan bahan dasar karet karena untuk harga karet sendiri sudah mahal. "Kan karet itu netes, relatif mahal per kilometernya. Jadi kalau tujuannya masa bodo amat biayanya yang penting karet, ya repot," ujarnya.
Dia mencontohkan, bahwa Indonesia belum memiliki laboratorium jalan secanggih Singapura. Terlebih karena canggihnya laboratorium tersebut sudah memungkinkan penggunaan aspal baru.
Berbeda dengan Indonesia yang masih belum terlalu memikirkan kondisi jalan, karena untuk perbaikan jalan saja dilapis ulang, sehingga akan lebih tinggi. "Teknologi ini tidak memungkinkan pembangunan jalan lama diolah, yang bisa pakai aspal lebih ini adalah buat jalan baru," paparnya.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono sebelumnya mengatakan pihaknya bakal menggenjot penggunaan karet alam untuk bahan perkerasan jalan nasional guna menahan laju penurunan harga karet. Penggunaan karet bahan diutamakan di Sumatra dan Kalimantan sebagai daerah penghasil karet.
"Ini nantinya akan menjadi klaster. Karet untuk Sumatra dan Kalimantan. Plastik di Jawa dan Bali sedangkan di [Indonesia] Timur kita gunakan aspal buton," jelas Basuki.
Menurut Basuki, penggunaan sumber daya lokal untuk campuran perkerasan jalan bakal membuat biaya lebih efisien. Dia menggambarkan, biaya perkerasan jalan di Sumatra akan mahal bila menggunakan aspal yang dikirim dari Pulau Buton.
Secara khusus, pada 2019, Kementerian PUPR menargetkan penggunaan karet alam untuk campuran aspal jalan nasional sepanjang 93,66 kilometer. Jumlah karet yang bakal terserap untuk campuran perkerasan jalan sepanjang itu mencapao 177,95 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Aturan Baru Haji, Pemerintah Arab Saudi Larang Semua Orang Masuk Makkah Tanpa Izin, Termasuk Penduduk Setempat
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
Advertisement
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- KKB Kembali Berulah, Serang Gereja dan Rampas Ponsel Warga Papua
- Balas Serangan Roket Hamas yang Tewaskan 3 Tentara, Israel Bombardir Rafah
- Makan dan Bayar Seenaknya di Warteg, Pria Ini Ditangkap Polisi
- PAN Buka Peluang Eko Patrio hingga Anak Zulhas Jadi Cagub di Pilkada DKI Jakarta
- Soroti Kurangnya Dokter Spesialis di Indonesia, Jokowi Kaget: Masih Kurang 29.000
- AstraZeneca Diduga Picu Pembekuan Darah, BPOM Sebut Vaksin Sudah Tidak Beredar di Indonesia
- Hamas Minta Jusuf Kalla Bantu Mediasi Konflik Israel dengan Palestina
Advertisement
Advertisement