Advertisement

Seniman Jogja & Anaknya Jadi Korban Penembakan di Masjid Selandia Baru

Budi Cahyana
Jum'at, 15 Maret 2019 - 16:27 WIB
Budi Cahyana
Seniman Jogja & Anaknya Jadi Korban Penembakan di Masjid Selandia Baru Zulfirman Syah - Facebook Zulfirman Syah

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Zulfirman Syah, seniman yang tergabung dalam Komunitas Seni Sakato Yogyakarta, menjadi korban penembakan brutal di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019).

Zulfirman lahir di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat dan selama ini menetap di DIY sejak kuliah di ISI Jogja. Dio Pamola Chandra, kurator dan teman Zulfirman Syah, mengatakan Zulfirman sudah dua bulan ini pindah ke Selandia Baru bersama istri dan anaknya yang masih balita.

Advertisement

“Istrinya dari Amerika Serikat,” kata Dio kepada Harian Jogja melalui sambungan telepon, Jumat.

Sebelum boyongan ke Selandia Baru, Zulfirman menetap di Bugisan Selatan dan Godean. Kemudian dia pindah ke Selandia Baru untuk meneruskan karier keseniannya.

“Di Jogja, Zulfirman adalah pelukis.”

Dio mengetahui kabar rekannya menjadi korban penembakan di Selandia Baru dari percakapan dari grup percakapan komunitas Jogja yang dia ikuti. Istri Zulfirman, Alta Marie, juga mengabarkan insiden itu dalam status Facebook. Menurut Dio, Zulfirman ditembak di beberapa bagian dan mengalami luka parah di paru-parunya.

“Sampai sejauh ini dia selamat dan menjalani operasi. Mudah-mudahan dia selamat,” kata Dio.

Anak Zulfirman yang masih balita juga menjadi korban dan menderita luka-luka di bagian kaki. Dalam status Facebook-nya, Alta Marie, mengatakan suami dan anaknya trauma.

“Tetapi kami semua hidup. Terima kasih atas doa dan kepedulian semua.”

Sebelumnya, pria bersenjata memberondongkan tembakan saat salat jumat di masjid di Christchurch, Selandia Baru. Sedikitnya 49 orang tewas. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyebut serangan ini sebagai terorisme. Adapun Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan enam warga negara Indonesia menjadi korban serangan teror ini.

Pelaku utama teror ini adalah Brenton Tarrant, pria 28 tahun asal Australia. Tarrant disidang pada Sabtu (16/3/2019) dengan dakwaan pembunuhan. Dia mulai beraksi pada pukul 13.40 waktu setempat, menyetir mobil menuju Masjid Al Noor. Di masjid ini, dia merangsek masuk masjid dan langsung memuntahkan pelor dari dua bedil yang dia acungkan. Di dalam masjid terdapat sekitar 500 orang. Tarrant menembak satu orang di pintu masjid, dua orang di koridor, dan menyerbu banyak orang di ruangan.

"Dia menembak semua orang. Anak-anak muda, perempuan sepuh. Semua orang," kata Khaled Al Nobani, salah satu saksi mata, dikutip The Guardian.

Di Masjid Al Noor, Tarrant membunuh 41 orang dan melukai beberapa orang. Teroris yang belakangan diketahui sebagai pemuja supremasi kulit putih ini kemudian membawa mobilnya ke Masjid Linwood di Linwood Islamic Center, tak jauh dari Al Noor. Di sinilah Zulfirman Syah dan anaknya berada.

Tarrant kembali memberongdongkan senjata ke arah kerumunan. Tujuh orang tewas dan sejumlah orang, termasuk Zulfirman dan anaknya, terluka.

Satu saksi mata, Syed Mazharuddin kepada New Zealand Herald, mengatakan salah satu pengurus masjid mencoba melawan peneror.

"Salah satu anak muda yang setiap hari di masjid ini mencoba melumpuhkan pelaku dan merebut senapannya. Pelaku kemudian tidak bisa menembak dan dia lari ke arah mobil. Temannya sudah menunggu dan mereka kabur," ucap Mazharuddin.

Tak lama kemudian, polisi berhasil meringkus Tarrant dan tiga orang lainnya. Tetapi satu orang dilepaskan karena tak terbukti terkait dengan teror ini.

Tarrant sempat mengunggah tautan yang mengarah ke manifesto yang dia tulis untuk menunjukkan motivasinya menebar teror. Dalam manifesto itu, Tarrant menulis tentang dendam dan kemarahan karena aksi teror di Eropa, seperti Inggris dan Norwegia, yang dilakukan ekstremis Islam. Tarran juga menyampaikan gagasannya tentang supremasi kulit putih yang sangat rasis.

Perdana Menteri Ardern mengatakan 49 korban tewas dalam tragedi ini terdiri atas 41 korban di Masjid Al Noor, tujuh orang di Masjid Linwood, dan satu orang di rumah sakit. Menurut dia, peneror membawa lima senapan saat beraksi.

Ardern menyatakan teror ini adalah hari terkelam dalam sejarah Selandia Baru. Korban luka sudah teridentifikasi dan berasal dari berbagai negara seperti Pakistan, Bangladesh, Malaysia, dan Indonesia.

"Sasaran teror ini mungkin imigran, atau pengungsi, tetapi mereka bagian dari kita. Tetapi pelaku jelas bukan bagian dari kita," ucap Ardern.

Dia menyerukan agar semua pemeluk Islam di Selandia Baru dilindungi. Polisi telah dikerahkan untuk mengamankan masjid. Ardern juga mengajak semua pemimpin di dunia untuk bersimpati dan menunjukkan cinta kepada komunitas muslim di mana pun berada.

*Berita ini telah diperbarui pada Sabtu (16/3/2019) untuk melengkapi konteks peristiwa teror.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Dukung Kelestarian Lingkungan, Pemda DIY Mulai Terapkan Program PBJ Berkelanjutan

Jogja
| Kamis, 28 Maret 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement