Advertisement
Pilot Boeing 737 Max Hanya Punya 40 Detik untuk Kendalikan Sistem Anti-Stall
Advertisement
Harianjohja.com, JOGJA - Sebuah simulasi penerbangan untuk menguji permasalahan Lion Air PK-LQP yanh jatuh di Laut Jawa pada Oktober 2018 lalu mengungkap pilot memiliki kurang dari 40 detik untuk mengendalikan malfungsi sistem otomatis terbaru pada Boeing 737 Max.
The New York Times menyebutkan bahwa kegagalan salah satu sensor ternyata mengaktifkan sistem yang dirancang untuk mencegah kondisi stall, situasi ketika pesawat kehilangan daya angkat.
Advertisement
Hal itu terpapar dalam sebuah tulisan investigasi terkait uji coba yang menyerupai laporan awal investigasi kecelakaan Lion Air,
Dua orang yang mengetahui simulasi tersebut mengungkapkan pilot hanya memiliki waktu sedikit untuk menghindari kondisi stall yang tidak dapat dipulihkan.
Sistem terbaru yang dikenal dengan nama MCAS atau anti-stall itu sampai saat ini masih menjadi fokus investigator. Mereka mencoba menyelidiki apakah sistem ini menjadi penyebab dari kecelakaan Lion Air dan Ethiopian Air.
Sistem MCAS ini memang baru dipasang di seri Boeing 737 Max. Administrasi Penerbangan Sipil Federal Amerika Serikat (FAA) mengungkapkan sistem ini dipasang mengingat seri Max memiliki mesin yang lebih besar dibanding 737 konvensional lainnya. Mesin itu pun berada di dekat moncong pesawat dan berpotensi memicu terjadinya stall.
"MCAS dirancang untuk menggunakan sistem otomatis untuk mengantisipasi stall dan bertindak untuk mencegahnya tanpa intervensi pilot," ungkap FAA sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu (27/3/2019).
Kendati merupakan sistem baru, dua serikat pilot di AS mengaku tak mengetahui bahwa MCAS dipasang di Boeing 737 Max. Para pilot pun disebut menerima pelatihan yang minim terkait sistem ini, sebagaimana yang dialami oleh pilot Lion Air yang jatuh pada Oktober 2018 lalu.
"Saat menit-menit terakhir menjelang kecelakaan, pilot Lion Air justru membolak-balik prosedur teknis manual dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi," tulis The New York Times.
Guna menangkal permasalahan MCAS, sumber anonim menyebutkan terdapat prosedur umum yang harus diikuti oleh pilot. Jika sistem tersebut mulai membuat hidung pesawat menukik ke bawah, pilot dapat mengembalikannya ke posisi semulai melaui saklar di ibu jari mereka. Dengan melakukan itu, mereka bisa memiliki lebih banyak waktu untuk menghindari kerusakan.
Untuk sepenuhnya menetralkan sistem, pilot perlu membalik dua sakelar lagi. Hal itu akan mematikan listrik ke motor yang memicu MCAS mendorong hidung pesawat menukik ke bawah. Setelah itu, pilot perlu memutar roda dan memperbaiki masalah apa pun yang muncul setelahnya.
Dalam simulasi tersebut, para pilot yang mengikuti prosedur di atas berhasil mengendalikan situasi dan mendarat dengan selamat. Kendati demikian, pilot tersebut melakukannya dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme sistem baru Max, hal yang tak dimiliki oleh dua pilot dalam kecelakaan nahas Lion Air dan Ethiopian Airlines.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- 66 Pegawai KPK Terlibat Pungli, Dua Rutan Dinonaktifkan
- Kerusakan Akibat Gempa Garut Terjadi di Empat Kabupaten, Terparah Bandung
- Perhatikan! Per 1 Mei 2024 Pengajuan Berkas Kasasi dan PK di MA Wajib Daring
- Pelatih Shin Tae-yong Diusulkan Dapat Gelar Kehormatan Warga Negara Indonesia
- Golkar Targetkan Kemenangan Pilkada 2024 di Atas 70%
Advertisement
PDIP Sleman Buka Penjaringan Calon untuk Pilkada 2024, Ini Kriterianya
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Ada Potensi 6 Juta Ounce Emas di Tanah Papua yang Belum Terjamah Freeport
- 2.086 Hektare Lahan di IKN Bermasalah, AHY: Kami Komunikasikan dengan DPR
- Gunung Ibu Pulau Halmahera Meletus, Abu Vulkanik Setinggi 3,5 Kilometer
- Cegah Tawuran, Polisi Bubarkan Pemuda Nongkrong
- Prediksi BMKG: Sejumlah Kota Besar Turun Hujan Hari Ini
- Pusat Riset dan Start Up Dibangun di IKN, Libatkan Stanford University
- Tol Cipularang dan Padaleunyi Dipastikan Aman usai Gempa Garut
Advertisement
Advertisement