Advertisement
Boeing Co Digugat Keluarga Korban Kecelakaan Ethiopian Airlines
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Keluarga penumpang tewas dalam kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines 737 Max 8 menggugat Boeing Co ke pengadilan federal di Chicago, Kamis (28/3/2019). Gugatan tersebut atas nama penumpang Ethiopian Airlines, Jackson Musoni dari Rwanda.
“Kecelakaan terjadi, di antaranya karena Boeing cacat merancang sistem kendali penerbangan baru untuk Boeing 737 Max 8 yang secara otomatis dan keliru mendorong hidung pesawat ke bawah, dan karena Boeing gagal memperingatkan cacat tersebut,” demikian isi gugatan tersebut, sebagaimana diberitakan Bloomberg.
Advertisement
Jackson Musoni adalah salah satu dari seluruh 157 korban tewas jatuhnya pesawat Boeing 737 Max 8 yang dioperasikan Ethiopian Airlines di Ethiopia pada 10 Maret 2019.
Kecelakaan mematikan itu terjadi hanya berselang lima bulan setelah pesawat Lion Air bertipe sama beserta seluruh penumpang di dalamnya terjun bebas ke perairan Laut Jawa pada 29 Oktober 2018.
Gugatan itu mengikuti gugatan lain yang telah dilayangkan sebelumnya terhadap Boeing Co. untuk insiden Lion Air pada Oktober.
Dua tragedi itu serta merta mendorong pemerintahan di penjuru dunia melarang beroperasinya (grounding) pesawat jenis ini. Pengawasan pihak otoritas terhadap produsen pesawat yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat (AS), pun menjadi semakin intensif.
Boeing menghadapi kemungkinan pembayaran bernilai besar kepada keluarga para penumpang jika dianggap bertanggung jawab atas kecelakaan di Indonesia dan Ethiopia. Namun menurut para pakar hukum, kecelakaan di Ethiopia dapat memberi kerugian lebih besar bagi perusahaan.
Hal ini dikarenakan penggugat akan berpendapat bahwa Boeing seharusnya telah menyadari ada sesuatu yang salah dengan pesawatnya pascatragedi sebelumnya.
Steven C. Marks, pengacara yang mengajukan gugatan pada Kamis, mengkritik proses sertifikasi untuk 737 Max 8.
“Boeing dan FAA (Federal Aviation Administration) tahu tentang bahaya itu dan mereka gagal mencegah penerbangannya,” tutur Marks.
Menurut Marks, kesamaan antara dua kecelakaan itu sangat jelas.
Saat Boeing berupaya menyelesaikan upgrade perangkat lunak untuk 737 Max, perusahaan itu juga berjuang untuk mempertahankan pelanggannya. Selain itu, Boeing pun menghadapi penyelidikan tentang bagaimana pesawat itu dapat disetujui untuk terbang.
Pada Kamis (28/3/2019), maskapai penerbangan Garuda Indonesia menyatakan akan melanjutkan rencana untuk membatalkan pesanan senilai US$4,8 miliar untuk 49 pesawat Max 8. Namun begitu, Garuda tetap menjalin kerja sama dengan Boeing dan telah meminta tipe pesawat berbeda.
Di Vietnam, Bamboo Airways setuju untuk membeli sebanyak 26 jet Airbus SE, hanya sebulan setelah mengatakan sedang mempertimbangkan untuk memesan 25 pesawat Boeing 737 Max.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Aturan Baru Haji, Pemerintah Arab Saudi Larang Semua Orang Masuk Makkah Tanpa Izin, Termasuk Penduduk Setempat
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Bareskrim Gerebek Pabrik Sabu di Vila Bali, 3 WNA Ditangkap
- Korlantas Uji Coba Kirim Surat Tilang via Whatsapp
- Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Karyawan Ucapkan Selamat Tinggal
- Kapal KLM yang Mengangkut Sembako Tenggelam di Perairan Meranti, 9 Awak Selamat
- BMKG: Hari Ini Sebagian Besar Wilayah Indonesia Cerah!
- Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Kementerian PPPA: Jika Depresi Segera Cari Bantuan Profesional
- Menlu Retno Soroti Kesenjangan Pembangunan Negara Anggota OKI
Advertisement
Advertisement