Advertisement
Hujan Buatan Mulai Dilakukan untuk Padamkan Kebakaran Hutan
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Di sejumlah wilayah, upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan melalui hujan buatan mulai dilakukan. Hal itu terlihat dari bibit awan sebagai modal untuk menurunkan hujan tersebut sudah nampak.
Kepala Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, hujan buatan sudah mulai dioperasikan di wilayah Palembang dan Pekanbaru beberapa waktu lalu. Hari ini, upaya serupa dilakukan di Kalimantan Barat mengingat bibit awan muncul pada Senin (9/9/2019), sekira pukul 09.00 WIB.
Advertisement
“Sekarang disiapkan operasi penyemaian di Kalbar,” ujarnya saat menggelar konferensi pers di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta, Selasa (10/9/2019).
Plt. Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, KLHK, Raffles B. Panjaitan menambahkan sampai dengan 6 September 2019, telah dilakukan 207 kali sorti dengan 160.816 kilogram garam untuk membentuk hujan buatan di sejumlah wilayah. Selain itu, KLHK bersama pihak terkait juga sudah melakukan water boombing sebanyak 66.349 kali dengan 239.633.200 liter air.
Patroli juga digencarkan di 6 provinsi dengan membentuk posko pemantauan. Diantaranya, 68 posko di Kalimantan Barat, 19 posko di Kalimantan Tengah, 24 posko di Kalimantan Timur, 82 posko di Riau, 75 posko di Sumatera Selatan, dan 14 posko di Jambi.
Raffles menuturkan, sampai dengan 31 Agustus ada 328.724 hektare. Namun dari jumlah tersebut, lahan gambut yang terbakar luasannya lebih rendah daripada lahan mineral.
Adapun lahan gambut yang terbakar sejumlah 89.563 hektare sementara lahan mineral 239.161 hektare.
Musim Hujan
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo menambahkan, awal musim hujan dan kemarau diprediksi agak mundur. Musim penghujan yang harusnya Oktober, diperkirakan baru muncul pada November 2019.
Akan tetapi itu tidak berlangsung untuk seluruh wilayah Indonesia pada umumnya. Hanya di wilayah Indonesia bagian barat yang memasuki musim penghujan sementara Indonesia bagian timur diprediksi masih berlaku kemarau.
“Ada potensi untuk daerah Sumatera, Sumatera bagian tengah, Kalimantan bagian barat dan sebagainya pada awal November sampai pertengahan hujan,” jelasnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan potensi angin monsun sangat mempengaruhi terjadinya musim hujan atau kemarau di Indonesia. Sebab jika angin monsun asia aktif, otomatis hujan mulai turun. Tapi jikalau belum aktif, potensi musim kemarau masih mendominasi.
“Namun kalau kita lihat Oktober, November cenderung transisi, dominasi angin barat-timur melemah, kita harapkan bulan November tranboundary haze berkurang,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus
- Meningkatkan Perlindungan dari Penyakit Menular, Jemaah Calon Haji Disarankan Vaksin
- Dugaan Pelanggaran Wewenang, Wakil Ketua KPK Laporkan Anggota Dewas
- 66 Pegawai KPK Pelaku Pungutan Liar di Rumah Tahanan Dipecat
- Wapres Maruf Amin Sebut Tak Perlu Ada Tim Transisi ke Pemerintahan Prabowo-Gibran
Advertisement
Stok Darah dan Jadwal Donor Darah di Wilayah DIY Jumat 26 April 2024
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Wanita 60 Tahun Lolos ke Kontes Miss Argentina karena Tampak Awet Muda
- Agresi Israel, Penduduk Gaza Diperkirakan Krisis Pangan dalam Enam Pekan Lagi
- Sheila on 7 Bikin Konser di Medan, Pertumbuhan Sektor Pariwisata di Sumut Ikut Subur
- Jokowi Siapkan Program Unggulan untuk Prabowo-Gibran
- Pemerintah Pastikan Tidak Impor Bawang Merah Meski Harga Naik
- Jusuf Kalla Ingatkan Prabowo Pentingnya Oposisi
- Surya Paloh Temui Prabowo di Kartanegara
Advertisement
Advertisement