Advertisement
Ganja Medis Tidak Efektif Sembuhkan Gangguan Mental
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Studi ilmiah terbaru menyebutkan ganja untuk medis tidak efektif menyembuhkan penyakit mental, seperti kecemasan sosial, depresi, dan psikosis.
Para peneliti menemukan kurangnya bukti efektivitas dampak kanabinoid, kandungan aktif dalam ganja, terhadap gangguan kesehatan mental.
Advertisement
Louisa Degenhardt, ahli narkoba dan alkohol di Universitas New South Wales Australia, mengatakan bahwa temuan tersebut berimplikasi penting bagi negara-negara, seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Inggris karena ganja medis tersedia di \empat negara itu.
"Tidak adanya bukti berkualitas tinggi untuk menilai dengan tepat efektivitas dan keamanan kanabinoid obat," ujarnya dalam jurnal The Lancet Psychiatry sebagaimana dilansir Reuters pada Selasa (29/10/2019).
Dia melanjutkan pedoman klinis tidak dapat disusun selama penggunaanya dalam gangguan mental sampai bukti dari uji coba terkontrol secara acak tersedia.
Kendati kurang teruji secara klinis, sejumlah anekdot menyatakan bahwa kanabis (sediaan kimiawi yang berasal dari getah rami dan dapat memengaruhi akal dan perilaku) bermanfaat dalam mengurangi gangguan stres pasca-trauma (PTSD) bagi sejumlah veteran perang.
Kondisi lain menyebutkan bahwa ganja digunakan untuk mual, epilepsi, dan cedera otak traumatis. Namun, penelitian tersebut tidak meneliti dampaknya pada mereka.
"Kannabinoid sering dianjurkan sebagai pengobatan untuk berbagai kondisi kesehatan mental, tetapi dokter dan konsumen perlu mewaspadai rendahnya kualitas dan kuantitas bukti serta potensi risiko efek samping," ujar Degenhardt.
Tim Degenhardt juga berusaha melihat semua bukti yang tersedia untuk segala jenis kanabinoid medis. Termasuk semua desain penelitian yang menyelidiki dampak remisi dari gejala depresi, kecemasan, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), sindrom Tourette, PTSD, dan psikosis.
Mereka pun menganalisis 83 studi yang diterbitkan dan tidak dipublikasikan yang mencakup sekitar 3.000 orang pada periode 1980 hingga 2018. Hasilnya, THC farmasi membuat psikosis lebih buruk, dan tidak secara signifikan memengaruhi hasil primer lain untuk penyakit mental yang dianalisis.
Hal itu terlihat dari jumlah orang yang melaporkan efek samping dan memutuskan untuk menarik diri dari penelitian karena efek samping.
Tom Freeman, pakar bagi orang kecanduan dan kesehatan mental dari Universitas Bath Inggris, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa temuan itu menyoroti kebutuhan mendesak akan uji coba kualitas tinggi ganja medis untuk memperkuat bukti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Reuters
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pilkada Jawa Timur, Golkar Resmi Mengusung Khofifah-Emil Dardak
- Pesawat Jatuh di BSD, Kemenhub: Penjelasan Detail Tunggu Koordinasi
- Singapura Menghadapi Gelombang Baru Covid-19, Kasus Naik 2 Kali Lipat dalam Sepekan
- Letusan Gunung Ibu Ciptakan Fenomena Unik karena Memicu Badai Petir Vulkanik
- Tingkatkan Cadangan Emas hingga Rp80 Triliun, Pengelola Tambang Gosowong Lakukan Efisiensi
Advertisement
Terbaru! Jadwal Kereta Api Prameks Jogja-Kutoarjo Senin 20 Mei 2024
Advertisement
Rekomendasi Menikmati Sendratari dan Pertunjukan Wayang di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Kemenko Perekonomian: Ada Plafon Rp107 Miliar untuk Beli Alsintan
- Dalam Sehari, Gunung Semeru Alami 14 Kali Erupsi
- Menpar Soroti Pengerukan Tebing untuk Kepentingan Pariwisata
- Tiba di Bali, Elon Musk Disambut Luhut
- Ada Prospek Usaha, Warga Sekitar IKN Diharapkan Tidak Menjual Lahan
- Amankan Aksi Bela Palestina di Kedubes AS Hari Ini, Polisi Kerahkan 1.648 Personel
- Menkominfo Pastikan Starlink Tetap Bayar Pajak Seperti Operator Lain
Advertisement
Advertisement