Advertisement
Pendidikan dan Dunia Industri Belum Sinkron
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Sinkronisasi antara persiapan calon tenaga kerja dan dunia industri belum terjadi. Saat ini pemerintah terus berupaya mendorong agar lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bisa bekerja sesuai dengan jurusannya.
Direktur Persyaratan Kerja Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), Junaedah, menjelaskan belum adanya sinkronisasi antara lulusan SMK dengan dunia industri terjadi lantaran jurusan yang dibutuhkan dunia industri berbeda. Jajarannya telah membuat link and match agar apa yang dibutuhkan industri bisa disiapkan di Balai Latihan Kerja (BLK).
Advertisement
Kemenaker melalui BLK menyiapkan program kegiatan di bidang kewirusahaan, minyak dan gas, menjahit, dan otomotif supaya kebutuhan tenaga kerja industri terpenuhi. Selain itu, Kemenaker juga punya vokasi pelatihan kerja serta Politeknik Ketenagakerjaan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
"Kami juga memberikan pelatihan bimbingan teknis," ujarnya seusai mengikuti Seminar Menyoal Kesejahteraan Buruh dari Hulu ke Hilir di UIN Sunan Kalijaga, Selasa (10/12).
Junaedah menyebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pengangguran didominasi lulusan SD sebanyak 38,50%. Untuk tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMK mencapai 10,42%.
Menurut dia, jajarannya berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengenai pengembangan link and match. "Tujuannya supaya apa yang disiapkan Kemenaker sama dengan Kemendikbud," katanya.
Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga, Arin Mamlakah Kamalika, mengatakan perlu definisi ulang terhadap masalah dunia kerja saat ini karena adanya perubahan-perubahan pola industri. Dengan perubahan itu maka perlu disiapkan sumber daya manusia. "Saat ini SMK sudah mulai menerapkan skill atau kemampuan tenaga kerja," kata dia.
Kendati begitu, persoalan sinkronisasi dalam dunia industri tidak bisa berjalan dengan baik jika masih ada SMK yang memakai kurikulum konvensional. Artinya, mereka belum mau beradaptasi dengan dunia industri yang ada saat ini.
SMK diimbau agar menciptakan kebiasaan atau habits yang menjawab tantangan dunia kerja yang serba otomatisasi. Dinas terkait mendesain ulang kurikulum pembelajaran di SMK. "Awal untuk dapat mengubah keadaan itu dimulai dari kurikulum," katanya.
Tantangan yang dihadapi apabila SMK masih mempertahankan kurikulum konvensional adalah kompetisi dalam pencarian dunia kerja. Saat ini teknologi mulai menggantikan peran manusia di bidang pekerjaan. "Jadi dua hal itu yang harus diantisipasi," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Tok! KPU Putuskan Dua Caleg Terpilih PDIP Diganti, Ini Penggantinya
- Kondisi Jalan Gelap, Pengendara Motor Meninggal seusai Tabrak Truk di Sragen
- Strategi Bata Tutup Pabrik Disebut Kurang Tepat di Tengah Pertumbuhan Industri
- Tak Penuhi Rekomendasi OJK, Izin Usaha PT Tani Fund Madani Indonesia Dicabut
Berita Pilihan
- Ayah Perkosa Anak Kandung di Serang, Kementerian PPPA Turun Tangan
- KPU Purworejo Digugat ke PTUN Oleh Caleg Nasdem
- Usulan Presidential Club Prabowo Didukung Zulkifli Hasan
- Kepala Rutan Nonaktif KPK Ajukan Praperadilan Kasus Pungli
- Sidang Sengketa Pilpres, Hakim Ingatkan Tegur Ketua KPU Agar Tidak Tertidur
Advertisement
Top 7 News Harianjogja.com Kamis 9 Mei 2024: Masalah Sampah, Keracunan Massal, hingga Indonesia Vs Guinea
Advertisement
Grand Rohan Jogja Hadirkan Fasilitas Family Room untuk Liburan Bersama Keluarga
Advertisement
Berita Populer
- Gunung Ibu Halmahera Erupsi, Lontarkan Abu Ketinggian 2 Kilometer
- Tak Lagi Dianggap Bagian dari PDI Perjuangan, Begini Respons Jokowi
- Wacana Prabowo-Gibran Tambah Kementerian, Pakar: Harus Ubah Regulasi
- Desak Israel Berhenti Menyerang Rafah, China: Itu Kejahatan Kemanusian
- Semeru Kembali Erupsi Setinggi 600 Meter dari Puncak Gunung
- BMKG Ingatkan Potensi Hujan Deras dan Angin Kencang Hari Ini
- Jokowi Bantah Pemerintah Mengajukan Percepatan Pelaksanaan Pilkada 2024
Advertisement
Advertisement