Advertisement
Emisi Karbon Global Turun Hingga 17% Selama Pandemi Corona
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 memaksa dunia menangguhkan aktivitasnya sehingga emisi karbon dioksida global turun hingga 17% dibandingkan dengan tahun lalu.
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change menyatakan bahwa pengurangan yang terjadi akibat penurunan transportasi dan industri selama masa pandemi merupakan salah satu penurunan emisi tunggal terbesar dalam sejarah.
Advertisement
Namun demikian, para peneliri studi ini mengatakan bahwa pengurangan dan penurunan ini cenderung bersifat sementara. Upaya lockdown yang akan dihentikan bakal menjadikan emisi global setiap harinya meningkat hingga ke level yang sama tahun lalu.
“Meskipun ini mungkin mengarah pada pengurangan emisi terbesar sejak Perang Dunia II, tapi ini hanya sementara dan proses penumpukan karbon dioksida yang sedang berlangsung di atmosfer terus berlangsung,” kata Richard Betts, seorang peneliti iklim Met. Hadley Centre.
“Ini seperti kita mengisi bak mandi dan telah sedikit memutar keran, tetapi tidak mematikannya jadi airnya masih naik hanya saja tidak terlalu cepat. Untuk menghentikan air yang meluap, kita perlu mematikan kerannya,” imbuhnya.
Dalam studi baru tersebut, para peneliti menganalisis upaya lockdown di 69 negara yang mencakup 97 persen dari total emisi karbon dioksida global. Tim melihat data dari enam sektor eknomi utama termasuk transportasi darat, transportasi air, listrik, industri, bangunan publik, dan rumah pribadi.
Data tersebut dianalisis untuk memperkirakan perubahan emisi harian dari setiap sektor antara Januari dan April 2020, dibandingkan dengan tingkat rata-rata dari periode yang sama pada 2019.
Penelitian menemukan bahwa penurunan terbesar dalam emisi karbon ini berasa dari berkurangnya lalu lintas mobil, truk, dan bus yang menyumbang sekitar 43 persen dari total perkiraan pengurangan emisi. Sementara itu, pengurangan dalam sektor listrik dan industri totalnya menyumbang 43 persen penurunan.
“Penurunan emisi pada 2020 yang terbesar terjadi di China, di mana menjadi lokasi ketika industri dan komunitas di-lockdown pertama kalinya. Diikuti dengan Amerika Serikat, Eropa, dan kemudia India,” kata Rep Canadell, penulis penelitian tersebut.
Puncak penurunan harian terjadi pada 7 April sebesar 17 persen ketika China, Amerika Serikat, India, dan sebagian negara besar penghasil karbon lainnya berada di bawah tingkat lockdown dengan pengawasan yang ketat secara bersamaan.
Beberapa negara secara individu mencatatkan penurunan emisi harian hingga 26 persen. Namun peneliti mengatakan bahwa sebagian besar dari pengurangan tersebut sudah hilang.
Tim peneliti memperkirakan jika kegiatan ekonomi kembali ke tingkat normal atau sebelum krisis pada pertengahan Juni tahun ini, total emisi global akan turun rata-rata 4 persen pada akhir 2020. Sementara, jika pembatasan tetap dilakukan lebih lama, emisi karbon akan turun sebesar 7 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kim Jong Un Ulang Tahun, Warga Korea Utara Diminta Ucapkan Sumpah Setia
- Aturan Baru Haji, Pemerintah Arab Saudi Larang Semua Orang Masuk Makkah Tanpa Izin, Termasuk Penduduk Setempat
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
Advertisement
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- Makan dan Bayar Seenaknya di Warteg, Pria Ini Ditangkap Polisi
- PAN Buka Peluang Eko Patrio hingga Anak Zulhas Jadi Cagub di Pilkada DKI Jakarta
- Soroti Kurangnya Dokter Spesialis di Indonesia, Jokowi Kaget: Masih Kurang 29.000
- AstraZeneca Diduga Picu Pembekuan Darah, BPOM Sebut Vaksin Sudah Tidak Beredar di Indonesia
- Hamas Minta Jusuf Kalla Bantu Mediasi Konflik Israel dengan Palestina
- BPS Ungkap 7,2 Juta Warga Indonesia Tidak Punya Pekerjaan
- Sidang Eks Menteri Pertanian SYL, KPK Bawa 4 Saksi dari Kementan
Advertisement
Advertisement