Advertisement
Tersulut Sentimen Trump, Harga Minyak Melonjak ke Level Tertinggi
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Harga minyak melonjak ke level tertinggi 4 bulan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengindikasikan tidak ingin menambah lebih banyak sanksi terhadap China.
Dikutip dari Bloomberg, langkah tersebut meredam ketegangan AS-China, sebagai dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Advertisement
Pada penutupan perdagangan Rabu (15/7/2020), harga minyak WTI kontrak Agustus 2020 naik 91 sen menjadi US$41,20 per barel, sedangkan minyak Brent kontrak September meningkat 89 sen menuju US$43,79 per barel.
Sementara itu, kemarin koalisi OPEC+ yang beranggotakan 23 negara, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, akan mengurangi pemangkasan produksi menjadi 7,7 juta barel per hari (bph) pada Agustus dari 9,6 juta bph saat ini.
Hal itu disampaikan Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dan rekannya Menteri Energi Rusia Alexander Novak.
Namun, anggota koalisi yang tidak memenuhi komitmen mereka untuk memangkas produksi pada Mei dan Juni - seperti Irak dan Nigeria - akan menebusnya dengan pengurangan tambahan pada Agustus dan September.
"Minyak berhasil kembali naik untuk jangka pendek. Tidak ada konflik AS-China menjadi kabar baik bagi pasar minyak," ujar Head of over-the-counter energy trading LPS Futures Michael Hiley.
Minyak mentah telah diperdagangkan dalam kisaran ketat sekitar US$ 40 per barel pada Juli karena pasokan yang lebih rendah dan pemulihan permintaan. Namun, pasar masih diliputi kegelisahan atas pandemi yang masih berkecamuk di banyak bagian dunia. Ada indikasi yang tidak merata dari pemulihan pasar.
Dari AS Penarikan besar dari stok dalam laporan Administrasi Informasi Energi sebagian besar disebabkan oleh penurunan impor, menandakan berakhirnya kelebihan pengiriman dari Arab Saudi.
Pada saat yang sama, permintaan bensin AS meningkat untuk minggu ke-11 berturut-turut ke level tertinggi sejak akhir Maret.
"Impor yang lebih rendah adalah alasan utama untuk undian ini, dan jumlah impor adalah angka yang baik untuk apa yang akan kita lihat untuk beberapa bulan ke depan. Dua juta barel per hari yang mungkin ditambahkan OPEC pada Agustus tidak akan tercapai hingga September atau Oktober," kata manajer portofolio di Tortoise Brian Kessens.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
- Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Teknologi Pertanian
Advertisement
Rute Bus Trans Jogja ke Sejumlah Kampus dan Lokasi Wisata, Jangan Salah Pilih
Advertisement
Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- 7 Bandara di Sulawesi Ditutup Usai Gunung Ruang Kembali Erupsi, Berikut Daftarnya
- Komisaris HAM PBB Prihatin dengan Sikap Polisi AS yang Membubarkan Aksi Mahasiswa Pro Palestina
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Aksi Buruh 1 Mei: Masyarakat Diminat Hindari Kawasan Monas Jakarta
- Prihatin Atas Temuan Kuburan Maasa di Gaza, Sekjen PBB Minta Operasi militer di Rafah Dihentikan
- Pendiri Sriwijaya Air Hendry Lie Terlibat Korupsi Timah Rp217 Triliun, Begini Respons Manajemen
- Di Jakarta Ada Aksi Buruh 1 Mei, Jokowi Pilih ke NTB
Advertisement
Advertisement