Advertisement
Covid-19 Sudah Bermutasi di Indonesia dan 10 Kali Lebih Menular, Ini Penjelasan Epidemiolog
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Virus Corona diyakini telah bermutasi di Indonesia sehingga menular lebih cepat.
Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif ikut mengomentari kabar adanya strain atau virus corona penyebab sakit Covid-19 yang bermutasi 10 kali lebih cepat menular di Indonesia. Ia menilai itu adalah hal yang biasa terjadi dan tidak perlu dikhawatirkan.
Advertisement
"Mutasi virus biasa aja, dia memang punya karakter shifting dan drifting, shifting dia antar virus itu bisa pertukaran genetik, bahkan bisa hybrid dia, bahkan bisa kawin. Kalau drifting itu rantai basa perubahan protein permukaan virus, itu hal biasa aja, apalagi dalam situasi wabah begini," ujar Syahrizal Syarif saat dihubungi suara.com-jaringan Harianjogja.com, Senin (31/8/2020).
Menurut Syahrizal virus bisa bermutasi saat memasuki manusia ke manusia lain yang berbeda. Mengingat, itu virus yang bisa hidup dan berkembang biak, maka manusia tidak bisa berbuat apapun untuk mencegah atau menghambat terjadinya mutasi itu.
"Ini tanpa perlu khawatir atau panik, dan tidak ada yang bisa kita lakukan," jelas dia.
Sedangkan jenis strain D614G yang ditemukan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, yang dianggap menular 10 kali lebih cepat tapi bergejala lebih ringan, Syahrizal tidak bisa memastikan hal tersebut dan harus diteliti lebih jauh.
Sebagai epidemiolog, hingga kini Syahrizal sama sekali tidak melihat adanya peningkatan kasus Covid-19 yang terdeteksi di Indonesia bukan karena perbedaan jenis strain virus yang menginfeksi, melainkan karena banyak atau sedikitnya pemeriksaan spesimen di masyarakat.
"Jadi kalau peningkatan kasus saat ini meningkat, apakah karena mutasi itu saya kira tidak,karena memang situasi saat ini pemeriksaan spesimen masih terbatas" tegasnya.
Mengomentari penelitian Eijkman, Syahrizal juga sama sekali tidak mendengar Eijkman membuat pernyataan penyebaran D614G di Indonesia apakah mayoritas atau minoritas.
"Eijkman hanya menemukan strain virus yang kemungkinan menular lebih cepat, tapi tidak kemudian membuat seluruh strain yang mendominasi adalah virus itu kan? Tidak. Saya kira tidak sejauh itu," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Suara.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Aturan Baru Haji, Pemerintah Arab Saudi Larang Semua Orang Masuk Makkah Tanpa Izin, Termasuk Penduduk Setempat
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
Advertisement
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- KKB Kembali Berulah, Serang Gereja dan Rampas Ponsel Warga Papua
- Balas Serangan Roket Hamas yang Tewaskan 3 Tentara, Israel Bombardir Rafah
- Makan dan Bayar Seenaknya di Warteg, Pria Ini Ditangkap Polisi
- PAN Buka Peluang Eko Patrio hingga Anak Zulhas Jadi Cagub di Pilkada DKI Jakarta
- Soroti Kurangnya Dokter Spesialis di Indonesia, Jokowi Kaget: Masih Kurang 29.000
- AstraZeneca Diduga Picu Pembekuan Darah, BPOM Sebut Vaksin Sudah Tidak Beredar di Indonesia
- Hamas Minta Jusuf Kalla Bantu Mediasi Konflik Israel dengan Palestina
Advertisement
Advertisement