Advertisement

Dibandingkan Vaksin, Pakar Sebut Pembuatan Obat Covid-19 Lebih Rumit dan Lama

Fransisco Primus Hernata
Senin, 21 September 2020 - 22:37 WIB
Bhekti Suryani
Dibandingkan Vaksin, Pakar Sebut Pembuatan Obat Covid-19 Lebih Rumit dan Lama Remdesivir

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Para ahli pengobatan beranggapan bahwa terapi pengobatan untuk Covid-19 akan lebih sulit ditemukan dibandingkan dengan Vaksin.

Para editor dari sebuah jurnal medis telah berdiskusi pada operasi yang bernama “Operation Warp Speed” serta tanggapan pemerintah terhadap Covid-19, yang sebagian besar berfokus pada terapi pengobatan

Advertisement

“Operation Warp Speed” adalah rencana pemerintah Amerika Serikat untuk mempercepat perkembangan dan produksi dari vaksin, pegobatan, dan diagnostik.

“Terapi adalah salah satu cara yang di satu sisi lebih rumit dibandingkan dengan vaksin,” Ujar Dr. Eric Rubin, seorang pemimpin redaksi dari New England Journal of Medicine (NEJM) seperti dikutip dari Foxnews.

“Terdapat sejumlah pendekatan untuk vaksinasi dan jumlah titik akhir yang sama terbatasnya, tetapi untuk pengobatan, terdapat tujuan target dan sasaran yang sangat luas," tambahnya.

Rubin menjelaskan bahwa terapi dapat mengambil sejumlah pendekatan, seperti mencoba menargetkan virus, menargetkan inang atau menargetkan antarmuka antara inang dan virus, semuanya mungkin mengarah pada konsekuensi yang berbeda. Para peneliti dapat memilih molekul sintetis kecil atau makromolekul biologis besar, yang juga mengarah ke jalur perkembangan yang berbeda, katanya.

“Waktu pengembangan dari penemuan hingga menjadi obat yang bermanfaat bahkan lebih lama dari pada pembuatan vaksin, seringkali periode ini diperpanjang hingga beberapa dekade,” katanya.

Rubin mengatakan "Operation Warp Speed" menetapkan tiga kriteria untuk terapi yang didukung: obat yang dijadikan kandidat harus siap untuk pengujian klinis musim gugur ini, harus ada data praklinis yang kuat yang mendukung dalam penggunaannya, dan setiap kandidat yang dipilih harus dapat dikirimkan dalam skala besar pada akhir 2020.

Rubin mengatakan kriteria ini "sangat membatasi" calon kandidat potensial. Namun, terapi berbasis antibodi dikatakan memiliki beberapa keuntungan karena proses pengembangan dan produksinya dipahami dengan baik, selain itu terdapat margin mengenai keamanan yang relatif diketahui secara luas.

Tercatat bahwa obat seperti remdesivir dan dexamethasone yaitu antiviral eksperimental yang sebelumnya terbukti berhasil. Remdesivir dapat bermanfaat bagi pasien yang lebih awal dalam tahap infeksi, sedangkan dexamethasone menunjukkan mampu menurunkan tingkat kematian pasien dengan penyakit yang lebih parah.

“Deksametason menetapkan standar yang sangat tinggi karena harganya yang murah dan tingkat ketersediaanya yang luas dan sebagian besar obat lain yang kita bicarakan adalah antibodi atau molekul kecil yang mahal sehingga mereka harus bekerja lebih baik daripada dexamethasone agar dapat diadopsi secara luas," Ujar Rubin.

Molekul kecil ini diyakinkan memiliki sifat unik, dan sulit untuk menggeneralisasikan antara keduanya, bahkan dalam tingkat kimia yang sama. Setiap obat memiliki farmakologinya sendiri, serta menjadi bahan pertimbangan untuk percobaan dan investigasi penggunaan yang aman.

Rubin menjelaskan bahwa "sering kali, sangat sulit untuk menebak apa masalah yang akan terjadi pada molekul kecil, misalnya, antibodi, jadi sering kali tidak ada perkiraan yang baik tentang potensi toksisitas sebelum dicoba ke masyarakat."

Dr. Lindsey Baden, seorang wakil editor dari NEJM dan wakil penyelidik untuk percobaan tahap 3 Moderna, dilibatkan dalam “Operation Warp Speed.” Baden mempertanyakan cara mengeluarkan potensi yang terbaik dari sektor pemerintah, industri, dan akademisi di Negara Amerika Serikat untuk menciptakan tanggapan yang cepat dan tepat terhadap krisis kesehatan global.

“Ini adalah keseimbangan yang nyata karena kami tidak ingin tersesat dalam pertimbangan mencari keuntungan, tetapi kami juga membutuhkan tanggapan yang sesuai untuk sementara, oleh karena itu kecepatan, serta bagaimana melakukan sesuatu secara cepat dalam menanggapi terhadap pandemi yang sedang meluas secara cepat juga” Ujar Baden. “Ini adalah sesuatu yang tidak selalu dipikirkan oleh komunitas yang berbeda sehingga krisis ini memaksa kita untuk bersama melakukannya”

"Saya pikir kecepatan dimana kita menanggapi ini terjadi di sisi biomedis sangat mendorong kita dalam banyak hal meskipun terdapat beberapa kegagalan dalam usaha kami," tambah Baden.

Lalu yang terakhir adalah, Baden mempertanyakan sebuah pertanyaan yang banyak dipikirkan khalayak umum : Bagaimana pengembang obat dapat mempercepat uji klinis ini tanpa mempertaruhkan keamanan pada produk akhir?

“Terdapat beberapa cara untuk mengambil resiko dalam proses manufaktur yang bersifat finansial dan tidak membahayakan resiko keamanan dalam penelitian dan resiko finansial tersebut harus dipikirkan mengenai dampaknya di sisi manufacturing dan sisi pengiriman, yang saya anggap lebih dapat diterima dengan kondisi yang ada” Ujar Baden, apabila mempertimbangkan kasus baru harian dan tingkat kematian, yang berada di angkat sekitar 36.000 dan 750 secara berurutan.

Dia berkata apabila kita memotong seminggu, sebulan, maupun sehari mempunyai “implikasi potensial yang besar” apabila berbicara mengenai penyakit yang telah menyebar luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kabupaten Sleman Prioritaskan Pembangunan Pertanian

Sleman
| Kamis, 25 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement