Advertisement
Inflasi Pangan di Banyak Negara Dipicu Cuaca Buruk
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Cuaca buruk yang mengakibatkan banjir dan kekeringan merusak pasokan pangan dan membuat harga pangan meroket.
Dilansir Bloomberg, Rabu (11/11/2020), ladang gandum di Amerika Serikat dan Rusia tengah dilanda kekeringan, demikian pula dengan kedelai di Brasil. Di Vietnam, Malaysia, dan Indonesia, hujan deras menyebabkan banjir yang mengaliri sawah dan kelapa sawit.
Advertisement
Hal ini selaras dengan laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) bahwa harga pangan global terus naik selama lima bulan berturut-turut pada Oktober, dipimpin oleh sereal, gula, susu dan minyak nabati.
Lonjakan harga gandum terutama didorong menyusutnya ketersediaan ekspor, kondisi pertumbuhan yang buruk di Argentina dan berlanjutnya cuaca kering yang memengaruhi penanaman gandum musim dingin di Eropa , Amerika Utara dan wilayah Laut Hitam.
Munculnya hambatan bagi pasokan pangan secara tiba-tiba ini adalah pukulan besar bagi ekonomi global yang tengah berjuang pulih dari pandemi. Ketika harga barang-barang pangan seperti minyak hingga gula melonjak, jutaan keluarga kelas pekerja yang telah dipaksa mengurangi pembelian makanan selama pandemi semakin terjerumus ke dalam kesulitan keuangan.
Terlebih lagi, peningkatan ini terancam mendorong indeks inflasi yang lebih luas di beberapa negara dan dapat mempersulit bankir sentral untuk terus memberikan stimulus moneter guna menopang pertumbuhan.
"Fundamental telah berubah secara dramatis sejak Mei. Cuaca sedang naik ke atas dan kami mendapati permintaan yang merosot tajam di pasar yang bullish," kata Don Roose, presiden pialang Komoditas AS di Iowa.
PBB telah memperingatkan skenario terburuk di mana sekitar sepersepuluh dari populasi dunia akan kelaparan tahun ini karena pandemi. Keadaan bisa menjadi lebih mengerikan jika harga pangan terus meningkat dan semakin banyak orang tidak mampu makan.
David Beasley, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia, mengatakan prospeknya suram dengan mata uang turun di negara-negara pengimpor pangan, ancaman penutupan ekonomi yang lebih banyak, dan petani berjuang untuk memperluas produksi.
Rantai pasokan yang terpukul ditambahn melonjaknya pembelian telah mengerek harga pangan di banyak negara sejak awal tahun ini karena pembatasan wilayah menganggu perdagangan global. Cadangan biji-bijian yang melimpah dan panen di belahan bumi utara kemudian diterjang cuaca kering.
Ilmuwan iklim telah lama memperingatkan bahwa peningkatan pola cuaca yang tidak terduga dan ekstrem akan menjadi ancaman yang semakin besar bagi produksi tanaman dan ketahanan pangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Israel Serang Rafah, Sekjen PBB: Mohon Wujudkan Kesepakatan
- Viral Aksi Pembubaran Ibadah Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang, Ini Kata SETARA Institute
- Kim Jong Un Ulang Tahun, Warga Korea Utara Diminta Ucapkan Sumpah Setia
- Aturan Baru Haji, Pemerintah Arab Saudi Larang Semua Orang Masuk Makkah Tanpa Izin, Termasuk Penduduk Setempat
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
Advertisement
Lakukan Kekerasan Seksual Pada Anak, Pria di Sleman Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- Viral Aksi Pembubaran Ibadah Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang, Ini Kata SETARA Institute
- Volume Sampah Plastik Naik 5% Tiap Tahun, Kemasan Guna Ulang Perlu Digalakkan
- Menparekraf Sandi Ungkap Harga Tiket Pesawat Diprediksi Turun Pertengahan 2024
- Ganjar-Mahfud Pilih Jadi Oposisi, Gibran Minta Dikawal dari Luar
- Minibus Tertabrak Kereta di Perlintasan Tanpa Palang Pintu Pasuruan, 4 Orang Tewas
- Jokowi Setuju Tidak Boleh Ada Orang Toxic di Pemerintahan Prabowo-Gibran
- Ngeri! Pemain Timnas Malaysia Alami Luka Bakar Tingkat 4 Usai Disiram Air Keras
Advertisement
Advertisement