Advertisement
Menurut NASA, Polusi Udara Turun 20 Persen Selama Lockdown
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA–Pandemi Covid-19 menyebabkan upaya penguncian di seluruh dunia. Selain bermanfaat dari segi kesehatan, kegiatan tersebut juga diharapkan berdampak terhadap penurunan emisi karbon secara global.
Lebih sedikit pesawat dan mobil yang berlalu lintas menyebabkan penurunan emisi karbon. Polusi udara sendiri telah berkontribusi pada miliaran masalah kesehatan di seluruh planet, dan mengarah pada masa hidup yang lebih pendek.
Advertisement
Data tentang penurunan emisi karbon selama periode pandemi dirilis oleh NASA. Berdasarkan simulasi komputer NASA, terjadi penurunan 20 persen dalam pengurangan emisi nitrogen dioksida global sebagai dampak dari lockdown.
Tim membuat gambar dengan menjalankan simulasi yang merinci bagaimana 2020 akan terlihat tanpa pandemi. Dengan banyak negara berjanji untuk menurunkan emisi karbon mereka, NASA ingin melihat seberapa banyak penurunan yang dapat dikaitkan dengan situasi lockdown akibat pandemi.
Hasil yang diungkap adalah bahwa manusia masih berkontribusi besar terhadap nitrogen dioksida di atmosfer. Christoph Keller, pemimpin proyek itu mengatakan upaya lockdown akan berdampak pada kualitas udara, tapi dia terkejut dengan seberapa banyak penurunan yang dihasilkan.
“Banyak negara telah melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam menurunkan konsentrasi nitrogen dioksida mereka selama beberapa dekade terakhir, tapi hasil kami dengan jelas menunjukkan bahwa masih ada kontribusi signifikan yang didorong oleh perilaku manusia,” katanya seperti dikutip Express UK, Kamis (19/11/2020).
Simulasi tersebut mengungkapkan bahwa sebagian besar kota melaporkan penurunan antara 20 dan 50 persen dibandingkan dengan model bisnis seperti biasa. Milan, Italia mengalami penurunan terbesar, dengan nitrogen dioksida turun secara mengejutkan 60 persen
Angka tersebut sama dengan Wuhan, China yang merupakan tempat virus berasal. Sementara itu, tempat lain seperti New York, Amerika Serikat mengalami penurunan sekitar 45 persen karena negara bagian itu melakukan lockdown ketat dan panjang.
Emma Knowland dari Universities Space Research Association di Goddard's Global Modeling and Assimilation Office (GMAO) mengatakan pada beberapa wilayah, penurunan nitrogen dioksida telah terjadi sebelum kebijakan resmi diberlakukan.
"Orang-orang mungkin mengurangi transit mereka karena pembicaraan tentang ancaman Covid-19 sudah terjadi sebelum mereka benar-benar dibatas pergerakannya,” ujarnya.
Setelah penguncian mereda, penurunan nitrogen dioksida berkurang, tetapi masih di bawah model bisnis pada waktu normal. Keller mengatakan hal tersebut cukup terkait mengingat nitrogen dioksida sangat erat kaitannya dengan kegiatan ekonomi seperti pergerakan orang dan aktivitas pabrik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
- Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Teknologi Pertanian
Advertisement
Antusiasme Pelamar Tinggi, KPU Kota Jogja Sebut Kebutuhan PPK Pilkada 2024 Telah Terpenuhi
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Heboh AstraZeneca Akui Vaksin Miliknya Memberikan Efek Samping Pembekuan Darah
- MUI Desak Mahkamah Pidana Internasional Tak Ragu Tangkap Benyamin Netanyahu
- Kepada Presiden Terpilih Prabowo, Luhut Berpesan Jangan Bawa Orang Toxic ke Kabinet
- Arab Saudi Tangkap Warganya yang Bicarakan Perang Hamas-Israel di Media Sosial
- Heboh Efek Samping AstraZeneca Sebabkan TTS, Begini Respon Menteri Kesehatan
- Pemerintah Buka Seleksi CPNS Jalur Sekolah Kedinasan, Ada 3.445 Formasi
- Pilpres 2024 Usai, Anis Ajak Masyarakat Aceh Lanjutkan Perjuangan Perubahan
Advertisement
Advertisement