Advertisement
Kasus DBD di Kulonprogo Merajalela, Dinkes Edarkan Surat Kewaspadaan
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO-Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo mengedarkan surat kewaspadaan Demam Berdarah Dengue (DBD) kepada seluruh Puskesmas, menyusul terjadinya peningkatan kasus DBD di kabupaten ini.
Surat itu berisi imbauan agar puskesmas menggalakkan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Dinkes menilai program ini mulai jarang dilakukan masyarakat sehingga perlu upaya sosialisasi lagi lewat peran puskesmas.
Advertisement
"Ya surat terkait hal itu sudah kami edarkan, yang diharapkan bisa dilakukan puskesmas," kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kulonprogo Baning Rahayuhati, Rabu (16/12/2020).
Di samping PSN, Puskesmas juga diminta menghidupkan kembali program satu rumah satu juru pemantau jentik (Jumantik). Dalam program ini, salah satu anggota keluarga akan ditunjuk puskesmas sebagai Jumantik kemudian melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumahnya masing-masing. Setelah itu Jumantik melakukan evaluasi terhadap jentik nyamuk yang ada di rumahnya setiap seminggu sekali.
"Selain di rumah, Jumantik di tingkat masyarakat juga harus dihidupkan lagi. Tugas Jumantik ini adalah memberantas sarang nyamuk yang ada di tempat umum. Sehingga dengan cara ini upaya pemberantasan sarang nyamuk baik di tingkat keluarga maupun umum dapat berjalan efektif," ujarnya.
Baning mengatakan langkah-langkah tersebut perlu dilakukan untuk menekan jumlah kasus DBD di Kulonprogo yang pada tahun ini mengalami kenaikkan. Tercatat hingga kemarin ada 340 kasus dengan tiga diantaranya berujung kematian. Jumlah ini naik dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebanyak 296 kasus dan nihil kematian.
"Sebelumnya kematian akibat DBD di Kulonprogo itu terjadi pada 2017, sementara pada tahun ini ada tiga kasus yang seluruhnya merupakan anak-anak," kata Baning.
Kepada masyarakat, Baning mengimbau untuk mewaspadai penyakit ini. Masyarakat juga perlu memahami pola DBD khususnya pada anak-anak yang disebut siklus demam pelana kuda. Siklus ini pada hari pertama sampai ketiga biasanya anak akan mengalami demam tinggi sampai 40 drajat. Kemudian pada hari ke empat dan lima masuk fase kritis di mana suhu tubuh turun.
Biasannya kata Baning, kewaspadaan orang tua akan lengah karena suhu mengalami penurunan. Padahal lanjut dia fase inilah yang paling berbahaya karena bisa terjadi kebocoran plasma yang berujung kematian. "Ini yang perlu jadi perhatian kita semua, kalau sudah masuk fase ini seharusnya meminta pertolongan petugas medis agar dapat penanganan terbaik," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Sadis! Ini Hasil Autopsi Pengusaha Tembaga Boyolali yang Dibunuh Teman Sendiri
- Pembunuhan Pengusaha Tembaga Boyolali: Pelaku Warga Sragen dan Kenal Korban
- Pengusaha Tembaga yang Meninggal Dibunuh Ternyata Pendiri Boyolali Runners
- Fokus Transformasi, Telkom Bagikan Dividen Rp17,68 Triliun atau Tumbuh 6,5%
Berita Pilihan
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
- Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Teknologi Pertanian
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Aturan Barang dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Zulhas Minta Jastiper Taati Hukum
- Otorita IKN Peroleh Hibah Kota Cerdas dari Amerika Serikat Senilai Rp31 Miliar
- Gerindra Pastikan Usung Dedi Mulyadi untuk Pilgub Jabar 2024
- BNPB Kerahkan Helikopter untuk Evakuasi Korban Erupsi Gunung Raung
- Israel Beri Waktu Hamas Sepekan untuk Setujui Gencatan Senjata
- Korban Meninggal Akibat Banjir Luwu Sulsel Terus Bertambah, 2 Orang Hilang
- Sekjen Gerindra Sebut Gelora Tak Menolak PKS Masuk Pemerintahan Prabowo
Advertisement
Advertisement