Advertisement
Petani Lereng Merapi di Banyuadem Panen Raya Salak
Advertisement
Harianjogja.com, MAGELANG- Di tengah status Gunung Merapi yang saat ini Siaga atau level III, warga lereng Merapi wilayah Desa Banyuadem Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Jawa Tengah, menggelar panen raya salak, Selasa (5/1/2021).
Panen raya ini dilakukan pada tanaman dengan proses perawatan yang benar-benar fokus terhadap tanaman salak dan lahannya. Hasilnya, tanaman salak ini bisa dipanen sepanjang tahun.
Advertisement
Kepala Desa Banyuadem, Supriyadi mengatakan tanaman salak yang dipanen ini ada yang berusia 21 tahun juga. Di lahan seluas 2,5 hektare hasilnya bisa 86-120 keranjang setiap 12 hari sekali petik. Setiap keranjang beratnya antra 50-65 kg. “Hitung saja setiap panen berapa ton yang kita dapat,” katanya, di sela panen raya.
Baca juga: Pematokan Tol Jogja-Bawen Dimulai Pekan Ketiga Januari 2021
Program perawatan ini dimulai bulan Maret 2020 lalu. Dan panen perdana sudah dilakukan sejak 10 November 2020 lalu. Panen dilakukan setiap 12 hari.
Dia juga menyampaikan keistimewaan tanaman salak tersebut adalah pembuahan akan terjadi terus menerus. Sehingga, kata dia panen akan terus berlanjut sepanjang tahun tanpa musim sela.
Upaya yang dilakukan pada tanaman tersebut menurutnya sederhana, yakni pengairan dan pupuk kandang.
Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Tengah Fraksi PDI Perjuangan, Endrianingsih Yunita yang hadir dalam kegiatan tersebut mengapresiasi langkah petani salak di Desa Banyuadem. “Program Pak Kades Banyuadem cukup bagus untuk panen salak sepanjang tahun. Tapi, masih terdapat masalah, yaitu harga yang murah,” katanya.
Baca juga: Benarkah Benda yang Ditemukan di Kotawaringin Bangkai Pesawat AirAsia? Ini Kata KNKT
Dia juga mengajurkan kepada petani salak lainnya agar meniru program yang dilaksanakan di Desa Banyuadem ini. “Saya ingin masyarakat Srumbung ini sejahtera dari budidaya salak,” tegasnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Romza Hermawan yang turut hadir ikut panen salak menyampaikan apresiasinya pada petani Desa Banyuadem. Menurutnya, petani sudah memahami intensifikasi tanaman sehingga mampu memproduksi salak diluar musim.
Ia mengungkapkan sejumlah kebiasaan petani salak setempat yakni merawat tanaman salak di kebun menggunakan teknologi sistem tetes. “Petani di sini menggunakan alat-alat sederhana yang ada di sekitar kita, yakni botol dilubangi dan ditanam sebelumnya diisi air. Sehingga persediaan air pada saat musim kemarau tetap ada,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, petani salak di Desa Banyuadem juga mampu mengaplikasikan kebutuhan hara tanaman. “Jadi petani sini sudah menggunakan pupuk organik dan anorganik. Terpenting untuk sanitasi kebun cukup bagus juga, karena hal ini berhubungan denga sirkulasi udara di dalam kebun,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Aturan Baru Haji, Pemerintah Arab Saudi Larang Semua Orang Masuk Makkah Tanpa Izin, Termasuk Penduduk Setempat
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
Advertisement
DBD Menggila di Kulonprogo, Ini Kapanewon dengan Kasus Terbanyak
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Korban Tewas Akibat Baniir dan Longsor di Kabupaten Luwu Jadi 14 Orang
- Bareskrim Gerebek Pabrik Sabu di Vila Bali, 3 WNA Ditangkap
- Korlantas Uji Coba Kirim Surat Tilang via Whatsapp
- Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Karyawan Ucapkan Selamat Tinggal
- Kapal KLM yang Mengangkut Sembako Tenggelam di Perairan Meranti, 9 Awak Selamat
- Melaju ke Final, BNI Apresiasi Keberhasilan Tim Thomas dan Uber Indonesia
- BMKG: Hari Ini Sebagian Besar Wilayah Indonesia Cerah!
Advertisement
Advertisement