Advertisement
Hutan Seluas Jerman Lenyap dalam 10 Tahun Terakhir
Advertisement
Harianjogja.com, PARIS — Organisasi konservasi WWF menyebut lebih dari 43 juta hektare—area yang lebih besar dari Jerman—hutan telah hilang dalam lebih dari satu dekade hanya dalam beberapa titik deforestasi.
Petak hutan terus diratakan setiap tahun—terutama karena pertanian skala industri—karena daerah yang kaya keanekaragaman hayati ditebangi untuk menciptakan ruang bagi ternak dan tanaman.
Advertisement
Analisis WWF seperti dikutip www.france24.com dari AFP, Rabu (13/1/2021), menemukan bahwa hanya 29 lokasi di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara yang bertanggung jawab atas lebih dari separuh hilangnya hutan global.
Amazon Brasil dan Cerrado, Amazon Bolivia, Paraguay, Argentina, Madagaskar, bersama dengan Sumatra dan Kalimantan di Indonesia dan Malaysia termasuk di antara yang terkena dampak paling parah.
Di wilayah Cerrado Brasil, rumah bagi 5 persen hewan dan tumbuhan di planet ini, lahan telah dibersihkan dengan cepat untuk produksi kedelai dan ternak, yang menyebabkan hilangnya 32,8 persen kawasan hutan 2004—2017.
Panel Antar-Pemerintah PBB tentang Perubahan Iklim mengeluarkan laporan terobosan tentang penggunaan lahan pada 2019, ketika ia menguraikan serangkaian trade-off yang membayangi dalam penggunaan lahan.
Pada tahun yang sama, panel keanekaragaman hayati PBB mengatakan bahwa 75 persen dari seluruh daratan di bumi telah "rusak parah" oleh aktivitas manusia.
Hutan adalah penyerap karbon yang sangat besar, bersama dengan vegetasi lain dan tanah yang menyedot sekitar sepertiga dari semua polusi karbon yang dihasilkan manusia setiap tahun. Namun, mereka terus menghilang dengan cepat, mengancam hilangnya keanekaragaman hayati penting Bumi yang tidak dapat diperbaiki.
Ketika spesies liar menemukan ruang hidup mereka semakin menyusut setiap tahun, risiko terulangnya penyakit zoonosis—seperti pandemi Covid-19—melompat ke manusia makin tinggi.
"Kita harus mengatasi konsumsi yang berlebihan dan memberikan nilai yang lebih besar pada kesehatan dan alam daripada penekanan yang berlebihan saat ini pada pertumbuhan ekonomi dan keuntungan finansial dengan segala cara," kata Fran Raymond Price, Kepala Praktisi Hutan WWF International.
"Ini demi kepentingan terbaik umat manusia: risiko munculnya penyakit baru lebih tinggi di kawasan hutan tropis yang mengalami perubahan tata guna lahan."
Price memperingatkan bahwa jika deforestasi tidak segera diatasi, "Kita bisa kehilangan kesempatan untuk membantu mencegah pandemi berikutnya."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
- Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Teknologi Pertanian
Advertisement
Pemkab Bantul Gelar Nobar Timnas Indonesia Vs Irak di Lapangan Paseban Nanti Malam
Advertisement
Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Prihatin Atas Temuan Kuburan Maasa di Gaza, Sekjen PBB Minta Operasi militer di Rafah Dihentikan
- Pendiri Sriwijaya Air Hendry Lie Terlibat Korupsi Timah Rp217 Triliun, Begini Respons Manajemen
- Di Jakarta Ada Aksi Buruh 1 Mei, Jokowi Pilih ke NTB
- Buruh Desak Presiden Terpilih Prabowo Subianto Cabut UU Cipta Kerja
- Bangun Kota Cerdas, Pusat Data IKN Dilengkapi Komputasi Performa Tinggi
- Dampak Korupsi Timah Rp217 Triliun: Ribuan Karyawan 5 Smelter Terkena PHK
- Polisi Tangkap Terduga Pelaku Pembunuhan Mayat dalam Koper
Advertisement
Advertisement