Advertisement
Strain Virus Corona Afrika Selatan 50% Lebih Menular
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Ahli menyatakan bahwa varian baru virus corona yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan lebih menular daripada varian sebelumnya, tetapi tidak ada bukti bahwa virus mutasi itu lebih mematikan.
Salim Abdool Karim, profesor epidemiologi dan ketua bersama komite ilmiah Kementerian Kesehatan setempat mengatakan bahwa varian baru corona di Afrika Selatan 50% lebih menular dibandingkan varian aslinya.
Advertisement
“Tapi tidak ada bukti varian baru Covid-19 ini lebih parah dari varian sebelumnya,” katanya seperti dikutip MedicalXpress, Selasa (19/1).
Parah ahli menarik kesimpulan mereka tentang varian yang saat ini dominan di Afrika Selatan itu dari analisis data yang dikumpulkan dari kelompok infeksi utama di seluruh negeri.
Dengan lebih dari 1,3 juta orang terinfeksi, Afrika Selatan telah mencatat lebih banyak kasus daripada negara lain di benua itu dan menderita lebih banyak kematian, yang mencapai angka lebih dari 37.000 kasus. Gelombang kedua virus telah meregangkan sistem kesehatan hingga batas maksimalnya.
Pada awal pekan ini, Menteri Kesehatan Zweli Mkhize mengatakan telah terjadi penurunan infeksi sebesar 23 persen, tetapi jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit meningkat sebesar 18,3% pada minggu sebelumnya.
Waasila Jassat, anggota panel ahli mengatakan bahwa meskipun jumlah pasien meningkat, angka kematian akibat virus corona baru di rumah sakit tidak mengalami perubahan yang signifikan dari gelombang pertama virus.
Penemuan varian baru oleh para ahli Afrika Selatan yang dikenal sebagai 51OY.V2 telah meyakinkan pemerintah setempat untuk melakukan pembatasan ketat baru pada akhir tahun lalu guna memperlambat penyebarannya.
Alex Sigal, anggota panel ahli lainnya mengatakan bahwa dunia telah meremehkan virus ini. Dia menambahkan virus itu berevolusi dan beradaptasi dengan manusia. Ketakutan atas varian baru juga meyakinkan beberapa maskapai untuk membatasi penerbangan keluar masuk Afrika Selatan.
Presiden Ramaphosa baru-baru ini mengumumkan kedatangan lebih dari 20 juta dosis vaksin selama 6 bulan ke depan. Akan tetapi, Karim mengatakan belum diketahui apakah vaksin saat ini akan efektif melawan varian baru tersebut dan sekarang penelitian sedang berlangsung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Israel Serang Rafah, Sekjen PBB: Mohon Wujudkan Kesepakatan
- Viral Aksi Pembubaran Ibadah Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang, Ini Kata SETARA Institute
- Kim Jong Un Ulang Tahun, Warga Korea Utara Diminta Ucapkan Sumpah Setia
- Aturan Baru Haji, Pemerintah Arab Saudi Larang Semua Orang Masuk Makkah Tanpa Izin, Termasuk Penduduk Setempat
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
Advertisement
Tekan Polusi Udara, Sejumlah Kendaraan Jadi Sasaran Uji Emisi
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- KPK Sebut Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Penuhi Panggilan Penyidik Harri Ini
- Kim Jong Un Ulang Tahun, Warga Korea Utara Diminta Ucapkan Sumpah Setia
- Ganjar dan Mahfud Pilih Jadi Oposisi di Pemerintahan Prabowo-Gibran
- Hamas Terima Gencatan Senjata di Gaza, Begini Respon Kemenlu RI
- PBB Tegaskan Serangan Darat Israel ke Rafah Tak Dapat Ditoleransi
- KPK Buka Peluang Hadirkan Bendahara Umum Partai Nasdem di Sidang SYL
- Progres Pembangunan Kantor Presiden di IKN Capai 80 Persen, Istana Negara 67 Persen
Advertisement
Advertisement