Advertisement
Perampasan Partai Demokrat Libatkan Moeldoko Berdampak ke Sektor Ekonomi
Advertisement
Harianjogj.com, JAKARTA - Ahli sosio-teknologi dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura Profesor Sulfikar Amir mengatakan, upaya perampasan Partai Demokrat oleh pihak eksternal partai yang melibatkan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dapat mempengaruhi sektor perekonomian.
Sulfikar Amir dalam rilis kegiatan Proklamasi Democracy Forum (PDF), diterima di Jakarta, Selasa (9/3/2021), mengatakan kualitas demokrasi bergantung pada kualitas partai-partai politik sebagai aktor utama.
Advertisement
BACA JUGA : Max Sopacua Bantah Ada Imbalan Rp100 Juta untuk Peserta KLB Demokrat
"[Kemudian] pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial tergantung pada kualitas demokrasi, dan karenanya pada kualitas partai politik," kata dia.
Sulfikar menyampaikan kecemasannya melihat upaya perampasan kepemimpinan Partai Demokrat tersebut. “Dalam agraria, dikenal land grab, atau perampasan tanah oleh pihak yang berkuasa. Dalam politik, ini menjadi power grab, apalagi ada indikasi ini dilakukan secara terorganisasi," ujarnya.
Dampak dari upaya kekuatan eksternal untuk merampas Partai Demokrat (power grab) secara sewenang-wenang mulai terasa di bidang keuangan, tercermin dalam indeks harga saham gabungan (IHSG) yang menurun.
BACA JUGA : Terima Aduan AHY Soal KLB Partai Demokrat
Pelaku pasar modal David Sutyanto menyebut, ada hubungan yang kuat antara kualitas demokrasi dan iklim investasi. Upaya pengambilalihan Partai Demokrat itu membuat iklim investasi menjadi panas. IHSG yang tadinya hijau menjadi merah.
David berharap oemerintah menyikapi isu ini dengan serius dengan tidak mengesahkan hasil kegiatan yang ilegal, untuk menjaga kepastian hukum dan iklim investasi.
Analis politik Syarwi Pangi Chaniago juga berharap pemerintah mau bertindak adil, rasional, dan bijaksana menyikapi polemik tersebut.
Direktur Eksekutif Voxpol Research and Consulting Center itu menyoroti terkait belum adanya respons dari Presiden Joko Widodo, padahal Kepala KSP Moeldoko yang terlibat dalam upaya perampasan Partai Demokrat ini merupakan salah satu pembantu terdekatnya.
Mantan wartawan senior Syahrial Nasution menuturkan pengamatannya dari lokasi KLB ilegal di Deli Serdang. Dia menyimpulkan, hal itu jelas-jelas perampasan dan pemaksaan kehendak.
BACA JUGA : 32 Peserta KLB Demokrat Sebelumnya Telah..
Sementara itu, Kabalitbang PD Tomi Satryatomo menunjukkan pemetaan perang narasi untuk mempengaruhi opini publik antara kubu Partai Demokrat dan para pelaku KLB ilegal menggunakan big data analytics.
Pada kubu Partai Demokrat, terlihat percakapan terjadi secara alamiah oleh akun-akun lembaga dan individu, sementara pada kubu KLB ilegal, percakapan dilakukan secara masif oleh akun-akun anonim.
“Ini mengindikasikan Partai Demokrat menghadapi kekuatan di dunia maya yang memiliki sumber daya sangat besar,” ujar Tomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
- Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Teknologi Pertanian
Advertisement
Dugaan Kekerasan Salah Satu SD di Banguntapan, Disdikpora Bantul: Sudah Dimediasi dan Selesai
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- MUI Desak Mahkamah Pidana Internasional Tak Ragu Tangkap Benyamin Netanyahu
- Kepada Presiden Terpilih Prabowo, Luhut Berpesan Jangan Bawa Orang Toxic ke Kabinet
- Arab Saudi Tangkap Warganya yang Bicarakan Perang Hamas-Israel di Media Sosial
- Heboh Efek Samping AstraZeneca Sebabkan TTS, Begini Respon Menteri Kesehatan
- Pemerintah Buka Seleksi CPNS Jalur Sekolah Kedinasan, Ada 3.445 Formasi
- Pilpres 2024 Usai, Anis Ajak Masyarakat Aceh Lanjutkan Perjuangan Perubahan
- Balas Serangan KKB Papua, Brimob dan Kopassus Diterjunkan
Advertisement
Advertisement