Advertisement
Paus Fransiskus Rela Berlutut di Jalan Minta Kekerasan Myanmar Diakhiri
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Konflik di Myanmar mengundang keprihatinan hingga pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus. Paus meminta agar pertumpahan darah di Myanmar diahkiri.
Hal itu disampaikannya pada akhir audiensi mingguannya, Rabu (17/3/2021) yang dilangsungkan secara virtual dari perpustakaan Vatikan karena pembatasan Covid-19.
Advertisement
Paus bernama asli Jose Mario Bergoglio itu mengatakan bahwa dirinya akan berlutut di jalan-jalan Myanmar dan menyerukan agar kekerasan dihentikan.
"Sekali lagi dan dengan penuh kesedihan saya merasakan urgensi untuk berbicara tentang situasi dramatis di Myanmar, di mana banyak orang, kebanyakan dari mereka yang masih muda, kehilangan nyawa mereka untuk memberi harapan kepada negara mereka," kata Paus Fransiskus.
Baca juga: Waspada! Perempuan Disabilitas Rawan Kekerasan Fisik hingga Eksploitasi
Sejak kudeta dilancarkan militer Myanmar terhadap pemerintahan sipil pada 1 Februari 2021, lebih dari 180 pengunjuk rasa dilaporkan tewas ketika pasukan keamanan mencoba untuk menghancurkan gelombang demonstrasi di seluruh negeri.
"Bahkan saya (akan) berlutut di jalan-jalan Myanmar dan berkata 'hentikan kekerasan'. Saya (akan) membuka tangan saya dan berkata 'biarkan dialog menang'," tutur paus, dalam kalimat yang menggambarkan apa yang telah dilakukan para pengunjuk rasa.
Paus Fransiskus mungkin merujuk pada video dan foto seorang biarawati Katolik yang memohon sambil berlutut agar pasukan keamanan tidak menembaki para pengunjuk rasa minggu lalu di kota Myitkyina, Myanmar. Dokumentasi itu kemudian menjadi viral di internet.
Baca juga: Mantap! Pemkot Berencana Beli Mobil Insinerator untuk Atasi Sampah
Biarawati itu, Suster Ann Rose Nu Tawng, kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah memberi tahu polisi untuk mengampuni anak-anak dan menembaknya sebagai gantinya.
Ada kurang dari 800.000 umat Katolik Roma di Myanmar, negara yang mayoritas beragama Buddha.
Paus Fransiskus, yang mengunjungi Myanmar pada 2017, menegaskan bahwa darah tidak menyelesaikan apapun dan dialog harus menang. Pemimpin umat Katolik Roma Myanmar, Uskup Charles Maung Bo juga menyerukan diakhirinya pertumpahan darah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara/Reuters
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Israel Serang Rafah, Sekjen PBB: Mohon Wujudkan Kesepakatan
- Viral Aksi Pembubaran Ibadah Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang, Ini Kata SETARA Institute
- Kim Jong Un Ulang Tahun, Warga Korea Utara Diminta Ucapkan Sumpah Setia
- Aturan Baru Haji, Pemerintah Arab Saudi Larang Semua Orang Masuk Makkah Tanpa Izin, Termasuk Penduduk Setempat
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
Advertisement
Terbaru! Jadwal KRL Jogja-Solo Rabu 8 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- KPK Sebut Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Penuhi Panggilan Penyidik Harri Ini
- Kim Jong Un Ulang Tahun, Warga Korea Utara Diminta Ucapkan Sumpah Setia
- Ganjar dan Mahfud Pilih Jadi Oposisi di Pemerintahan Prabowo-Gibran
- Hamas Terima Gencatan Senjata di Gaza, Begini Respon Kemenlu RI
- PBB Tegaskan Serangan Darat Israel ke Rafah Tak Dapat Ditoleransi
- KPK Buka Peluang Hadirkan Bendahara Umum Partai Nasdem di Sidang SYL
- Progres Pembangunan Kantor Presiden di IKN Capai 80 Persen, Istana Negara 67 Persen
Advertisement
Advertisement