Advertisement
Hunian Vertikal Direkomendasikan di Tengah Kebutuhan Rumah Terus Meningkat
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kebutuhan akan perumahan bagi masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan jumlah unit yang dihasilkan setiap tahun tak sebanding dengan penambahan kebutuhan akan rumah bagi masyarakat. Sejumlah akademisi menyarankan teknologi pembangunan hunian vertikal di tengah minimnya lahan perkotaan.
Ketua Prodi Magister Arsitektur UII Suparwoko menyatakan tidak banyak akademisi hingga pemangku pemerintahan mencermati materi jumlah kekurangan perumahan. Latar belakangnya tentu kekurangan unit rumah di Indonesia capai 1 juta unit per tahun. Sampai saat ini penumpukan kekurangan sampai 12 juta unit. Dengan adanya program sejuta rumah sampai saat ini belum selesai, dan ke depan masih ada potensi untuk dilanjutkan.
Advertisement
BACA JUGA : Hunian Vertikal, Solusi Terbaik Atasi Backlog di Jogja
“Ini menjadi tantangan industri, kita butuh bangunan rumah banyak khususnya untuk MBR [masyarakat berpenghasilan rendah], baik di perkotaan maupun di pinggiran kota, karena urbanisasi saat ini sudah melebihi 60 persen dari jumlah penduduk itu tinggal di kota,” katanya dalam kuliah umum bertajuk Land Use and Housing Massive Industry 4.0 yang terpantau lewat Youtube, Sabtu (10/4/2021).
Selama ini pemerintah merepsons rumah untuk MBR itu ada di pinggiran. Hal ini akan menjadi persoalan karena ekspansi pembangunan rumah ke pedesaan akan memakan lahan pertanian. Selain itu penumpukan antara perkotaan dengan pinggiran ini akan menimbulkan polusi. Sehingga alternatif industri massif untuk perumahan sangat dibutuhkan. Aturan yang saat ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan, berkaitan dengan tata ruang karena butuh penggunaan lahan.
“Bagaimana antara kebutuhan perumahan dengan industrI perumahan yang massif itu bisa dipertemukan, apalagi saat ini penggunaan lahan yang bertingkat rendah. Sebagai referensi seperti di Amerika rata-rata perkotaan di negara maju huniannya rata-rata enam sampai tujuh lantai,” katanya.
BACA JUGA : Hunian Vertikal Tren Baru di DIY
Ia menambahkan sangat berbeda dengan perkotaan di Indonesia yang rata-rata baru berada di dua lantai sehingga penggunaan tanah memungkinkan untuk membangun enam lantai. Dari sisi aturan kebijakan sebenarnya sudah memadai untuk mendukung hunian bersifat vertikal untuk menghindari banyak alihfungsi lahan. Tetapi sayangnya belum banyak diterapkan secara nyata.
“Untuk mewujudkan hunian antara empat, lima hingga enam lantai memang menjadi tantangan bagi perkotaan kita,” ucapnya.
Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII Arif Wismadi mengatakan, terkait masalah perumahan saat ini bukan hanya ketersediaan yang semakin kurang dan tidak bisa terpenuhi namun juga harga rumah yang semakin mahal. Tetapi menurutnya hal ini menjadi persoalan global, karena selain Indonesia beberapa negara seperti India mengalami hal serupa.
“Itu jumlahnya semakin tahun terus bertambah dan menjadi masalah bersama. Salah satu pendekatan solusinya adalah merubah kebijakan, mencari kebijakan yang paling tepat di Indonesia. Selain itu ada pendekatan partnership antara pemerintah dengan swasta,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Aturan Baru Haji, Pemerintah Arab Saudi Larang Semua Orang Masuk Makkah Tanpa Izin, Termasuk Penduduk Setempat
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
Advertisement
Belum Memenuhi Kuota, Pendaftaran Panwascam di 3 Kapanewon Kembali Dibuka
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Persatuan Penyiaran Eropa Larang Simbol Palestina di Ajang Eurovision Song Contest Swedia
- Suami Mutilasi Istri di Ciamis: Polisi Periksa Kejiwaan Pelaku
- Mengenal Tradisi Seba di Kalangan Masyarakat Suku Badui
- Keamanan Wilayah di Jateng Dinilai Kondusif, Investor Terus Berdatangan
- Korban Tewas Akibat Baniir dan Longsor di Kabupaten Luwu Jadi 14 Orang
- Bareskrim Gerebek Pabrik Sabu di Vila Bali, 3 WNA Ditangkap
- Korlantas Uji Coba Kirim Surat Tilang via Whatsapp
Advertisement
Advertisement