Advertisement
Intlijen Israel Mengaku Berada di Balik Serangan Fasilitas Nuklir Iran
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Kepala dinas intelijen Mossad Israel, yang akan segera meninggalkan jabatannya karena pergantian rezim, mengaku negaranya berada di balik serangan terhadap program nuklir Iran dan seorang ilmuwan militer baru-baru ini.
Komentar oleh Yossi Cohen tersebut, saat berbicara kepada program investigasi Channel 12 Israel Uvda dalam segmen yang ditayangkan pada Kamis malam, menunjukkan pengakuan yang luar biasa oleh kepala badan intelijen yang biasanya bekerja secara rahasia, namun juga menunjukkan hari-hari terakhir pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Advertisement
Iran menyatakan tersangka di balik serangan pabrik Natanz adalah Israel dengan melakukan 'perang bayangan'. Israel berencana untuk menggagalkan kesepakatan nuklir Iran.
Pernyataan itu juga memberikan peringatan yang jelas kepada ilmuwan lain dalam program nuklir Iran bahwa mereka juga dapat menjadi target pembunuhan meski para diplomat di Wina mencoba untuk menegosiasikan persyaratan untuk mencoba menyelamatkan perjanjian nuklir 2015 dengan kekuatan dunia.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah mengirim para diplomatnya untuk menghidupkan kembali kesepakatan penting yang ditinggalkan pendahulunya, Donald Trump, pada 2018.
“Jika ilmuwan mau berganti karir dan tidak akan menyakiti kita lagi, maka ya, kadang-kadang kami menawarkan mereka jalan keluar”, kata Cohen seperti dikutip Aljazeera.com, Jumat (11/6/2021).
Di antara serangan besar yang menargetkan Iran, tidak ada lebih dahsyat dari dua ledakan tahun lalu di fasilitas nuklir Natanz. Di sana, ada sentrifugal untuk memperkaya uranium dari ruang bawah tanah yang dirancang untuk melindungi mereka dari serangan udara.
Pada Juli 2020, sebuah ledakan misterius menghancurkan perakitan sentrifugal canggih Natanz. Iran kemudian menuduh Israel sebagai pelakunya. Kemudian pada bulan April tahun ini, ledakan lain merobek salah satu ruang pengayaan bawah tanahnya.
Ketika membahas soal Natanz, pewawancara bertanya kepada Cohen ke mana dia akan dibawa jika bisa bepergian ke sana, dia berkata "ke ruang bawah tanah" di mana "sentrifugal dulu berputar".
"Tapi, sepertinya tidak seperti dulu," tambahnya.
Akan tetapi Cohen tidak secara langsung mengklaim serangan itu. Cohen juga tidak memerinci tentang bagaimana Israel menyelundupkan bahan peledak ke ruang bawah tanah Natanz.
Mereka juga membahas pembunuhan atas Mohsen Fakhrizadeh pada November tahun lalu. Dia merupakan ilmuwan Iran yang memulai program nuklir militer Teheran beberapa dekade lalu.
AS dan sekutu regionalnya Israel menduga bahwa Iran sedang mencoba mengembangkan senjata nuklir. Tapi Teheran telah lama mempertahankan programnya untuk tujuan damai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Aturan Baru Haji, Pemerintah Arab Saudi Larang Semua Orang Masuk Makkah Tanpa Izin, Termasuk Penduduk Setempat
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
Advertisement
Manfaatkan Sampah Rumah Tangga, Kelurahan Cokrodiningratan Latih Warga Bikin Kompos dengan Biopori
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- BMKG: Hari Ini Sebagian Besar Wilayah Indonesia Cerah!
- Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Kementerian PPPA: Jika Depresi Segera Cari Bantuan Profesional
- Menlu Retno Soroti Kesenjangan Pembangunan Negara Anggota OKI
- Aparat Indonesia Tangkap 2 Kapal Vietnam saat Curi Ikan di Perairan Natuna
- Terdampak Erupsi Gunung Raung, Bandara Samratulangi Mulai Beroperasi Normal
- Jokowi Bersepeda di Jalan Sudirman-Thamrin Minggu Pagi
- Basarnas Kerahkan 5 Unit Tim SAR Cari Korban Hilang Akibat Banjir Luwu
Advertisement
Advertisement