Advertisement
Oxford Lakukan Uji Klinis Ivermectin Terbesar untuk Pengobatan Covid-19
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Universitas Oxford telah meluncurkan uji klinis untuk menguji apakah Ivermectin bisa dipakai mengobati Covid-19.
Ini disebutkan sebagai uji klinis terhadap ivermectin terbesar di dunia yang pernah dilakukan.
Seperti yang telah diketahui, Ivermectin biasanya digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit, termasuk onchocerciasis atau 'river blindness' dari cacing nematoda Onchocerca volvulus.
Tetapi penggunaan Ivermectin untuk pengobatan Covid masih kontroversial, dan European Medicines Agency (EMA) menyarankan untuk tidak menggunakannya di luar uji klinis acak.
Meskipun dipromosikan sebagai obat untuk Covid di beberapa negara, seperti Brasil dan Indonesia, sebagian besar studi ilmiah tentang efektivitasnya melibatkan eksperimen yang tidak terkontrol dengan baik atau sejumlah kecil peserta. Ada sedikit bukti bahwa obat itu pasti bekerja.
Melansir Forbes, Senin (28/6/2021) penelitian telah menunjukkan bahwa Ivermectin dapat membunuh virus corona SARS-CoV-2 dalam sel yang tumbuh di laboratorium dan pada tikus hidup (tetapi hanya pada dosis tinggi yang dapat menjadi racun bagi manusia), sementara studi observasional terhadap orang yang sudah menggunakan obat menunjukkan kemungkinan efektif untuk Covid, tetapi penelitian tersebut tidak mengontrol faktor pembaur seperti ketika orang sengaja memilih obat, yang mengarah ke masalah seperti efek plasebo.
Percobaan skala besar Oxford akan melibatkan pemberian Ivermectin kepada orang tua dan orang dewasa dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya. Dengan membandingkan peserta tersebut dengan pasien yang menerima perawatan standar dari National Health Service (NHS) Inggris, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah obat tersebut membantu orang keluar dari rumah sakit.
Seperti obat terkenal lainnya, termasuk hydroxychloroquine dan Remdesivir, orang saat ini menggunakan Ivermectin untuk tujuan yang tidak ditentukan pada label obat. Penggunaan di luar label seperti itu adalah pemborosan uang jika obatnya tidak efektif, dan berpotensi berbahaya jika seseorang menggunakan obat itu alih-alih obat yang telah terbukti berhasil.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Erupsi Lagi, Gunung Semeru Semburkan Awan Panas Guguran
- Ini Profil Keseharian Harvey Moeis Suami Sandra Dewi yang Terseret Korupsi PT Timah
- Perbaikan Jalur Pantura Demak-Kudus Ditarget Rampung Sebelum April 2024
- Gugatan Sengketa Pilpres, Mahfud MD Serukan Kembalian Maruah MK
- PGI Meminta Agar Kasus Kekerasan di Papua Diusut Tuntas
Advertisement
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Hakim Konstitusi Arief Hidayat Tak Terbukti Melanggar Kode Etik
- Masjid Agung Kota Bogor Diresmikan, Begini Kemegahannya
- Daop 2 Siapkan 24 Lokomotif-244 Kereta untuk Angkutan Lebaran 2024
- Viral Polisi Tembak dan Serang DC, APPI Jelaskan Duduk Permasalahannya
- Pemulangan Enam Jenazah ABK WNI dari Jepang Dilakukan Bertahap
- Tiga Hari Hilang, 6 Orang Korban Ambruknya Jembatan Baltimore Belum Ditemukan
- Kejagung Bongkar Kasus Korupsi PT Timah Menyeret Harvey Moeis, Ini Komentar Kementerian BUMN
Advertisement
Advertisement