Advertisement
Banyak yang Sudah Divaksin tapi yang Sakit Covid-19 kok Makin Banyak? Ini Kata Ahli
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Kabar seputar meningkatnya pasien positif Covid-19 setelah di vaksin menimbulkan spekulasi di masyarakat.
Ahli patologi klinis, Tonang Dwi Ardyanto mengatakan untuk menjabarkan hal itu, harus menghitung dengan tepat untuk menggambarkannya.
Advertisement
"Analoginya adalah jumlah kasus pada kelompok sudah divaksin (VS) dan belum divaksin (VB) adalah sama," tulis Tonang pada status facebooknya.
Tonang menjelaskan, saat cakupan vaksinasi 60 persen, efektivitas vaksin terhitung 33,3 persen.
Ketika cakupan naik ke 70 persen, maka efektivitas naik ke 57.6 persen. Pada cakupan 80 persen, efektivitas vaksin meningkat menjadi 76,0 persen.
Saat ini, secara gross, Indonesia baru mencapai sekitar 6,7 persen untuk dosis lengkap dan 5,9 persen untuk 1 dosis.
"Secara gross kita baru mencapai 12,6 persen yang minimal mendapatkan 1 dosis. Artinya, perhitungan efektivitas masih jauh untuk dapat dilakukan saat ini," tulisnya.
Baca juga: GeNose Sudah Dilarang? Ini Klarifikasi Tim
Lalu, pada kasus nakes cakupan vaksinasi nakes telah mencakup semua yang terlibat dalam pelayanan kesehatan.
Ini, katanya, tidak hanya Nakes dalam arti Dokter, Perawat Bidan dan seterusnya. Banyak juga yang bukan tenaga pelayanan kesehatan secara langsung seperti pertugas gizi, perekam medis, apoteker dan seterusnya.
Bahkan juga termasuk tenaga non kesehatan.
Cakupannya total untuk nakes memang besar yaitu mendapatkan 95,6 persen sudah dosis lengkap.
Dan khusus bagi dokter, perawat mendapatkan cakupan sebesar 90 persen.
Sebagian dokter, perawat, bidan, fisioterapis, analis dan para pelayanan langsung pasien lainnya yang belum vaksin karena penyintas, sedang hamil, ada komorbid belum terkontrol atau ada autoimun belum stabil.
Menurut Tonang, dalam hal mencegah kematian, ternyata efektivitas vaksin sejauh ini adalah 92,86 persen untuk dokter dan 94,29 persen untuk perawat.
Kemudian pada masyarakat umum, Jakarta menjadi wilayah yang sudah relatif tinggi cakupan vaksinasinya.
"Tentu saja, ini hanya perhitungan kasar dari pemberitaan di media. Seharusnya pemerintah lebih mampu menampilkan data lebih rinci dan lebih lengkap sesuai perkembangan agar dapat dimaknai dengan jernih," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
- Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Teknologi Pertanian
Advertisement
Tim Penyidik Kejati DIY Sita Sejumlah Barang Terkait Dugaan Korupsi di PT Taru Martani Jogja
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Bali Dituding Kelebihan Turis, Kemenparekraf Membantah
- Tak Semua Harus Dirangkul, Prabowo Diminta Sisakan 2 Partai Agar Bisa Jadi Oposisi
- Mencegah Korupsi di Daerah, KPK Menyiapkan Lima Program
- Pria di China Mulai Sulit Cari Istri Memicu Penipuan Pengantin Pesanan, KBRI Beijing: Harap Waspada
- Lemkapi Sebut Polri Butuh Nahdlatul Ulama
- Erupsi, Gunung Ruang Keluarkan Abu Vulkanik Setinggi Lima Kilometer
- Pemeriksaan Pendahuluan Sengketa Pileg, PAN: Ada Pengurangan Suara di Aceh
Advertisement
Advertisement