Advertisement
Krisis Energi Dikhawatirkan Merembet ke Sektor Pangan
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Krisis energi yang terjadi di sejumlah kawasan dan negara dikhawatirkan bakal merembet ke harga komoditas pangan. Kelompok komoditas pangan tercatat telah menunjukkan tren kenaikan dalam setahun terakhir.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan krisis energi di India, salah satu eksportir gula terbesar di dunia, bisa membatasi produksi di negara tersebut. Hal ini berisiko mengurangi pasokan gula di pasar global.
Advertisement
Harga komoditas migas yang terkerek juga bisa menjadi insentif bagi Brasil untuk mengalokasikan lebih banyak tebu untuk bioetanol. Adhi mengatakan kondisi tersebut turut memengaruhi harga gula dunia.
“Ini situasi yang cukup kompleks. Komoditas pangan mulai menjadi sumber energi dan saling memengaruhi,” katanya, Kamis (14/10/2021).
Di pabrik-pabrik makanan dan minuman dalam negeri, kenaikan harga komoditas energi seperti batu bara telah mengerek biaya produksi sampai dua kali lipat. Krisis energi menjadi tantangan usaha terbaru setelah kenaikan harga bahan baku yang banyak dipasok dari luar negeri.
“Hal ini turut berdampak ke harga makanan olahan yang diekspor, apalagi dengan biaya logistik yang tinggi,” tambahnya.
Meski demikian, Adhi mengatakan terdapat peluang yang diperoleh pelaku usaha dari adanya krisis energi. Dia mengatakan sejumlah pabrik makanan dan minuman olahan mulai menjalankan jasa maklon untuk produk dari China.
“Pabrik di sana hanya boleh produksi 2 sampai 3 hari per minggu, jadi ada beberapa yang mengalihkan produksi ke Indonesia,” katanya.
Neraca ekspor dan impor makanan semi olahan dan olahan Indonesia dengan dunia sampai Juli 2021 tercatat defisit US$1,41 miliar. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan defisit pada 2020 sebesar US$289,45 juta dan bahkan lebih besar dari defisit 2018 yang kala itu menyentuh US$1,00 miliar sepanjang tahun.
Adapun ekspor makanan semi olahan dan olahan per Juli 2021 mencapai US$4,98 miliar, naik 5,7 persen secara tahunan. Di sisi lain, impor naik 9,2 persen dar secara tahunan dengan nilai US$6,39 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Letusan Gunung Ibu Ciptakan Fenomena Unik karena Memicu Badai Petir Vulkanik
- Tingkatkan Cadangan Emas hingga Rp80 Triliun, Pengelola Tambang Gosowong Lakukan Efisiensi
- 1,4 Miliar Penduduk India Terancam Cuaca Panas Ekstrem
- Jemaah Calon Haji Dilarang Membentangkan Spanduk dan Bendera di Tanah Suci
- Liga Arab Serukan Pengerahan Pasukan Perdamaian PBB di Palestina
Advertisement
Tabrak Pohon, Warga Bantul Meninggal Dunia di Jalan Paris-Panggang
Advertisement
Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu
Advertisement
Berita Populer
- Rangkaian Acara Waisak 2024 di Candi Borobudur, Masyarakat Dapat Menyaksikannya
- Komandan KKB Petrus Pekei Ditangkap Satgas Operasi Damai Cartenz 2024
- Update Kasus Enzy Storia dan Bea Cukai, Penjual Tas Tak Mencantumkan Harga Sebenarnya
- Gunung Semeru Alami 6 Kali Letusan Pagi Ini
- PPP Dukung Khofifah di Pilgub Jawa Timur
- Jumlah Kementerian Bertambah dari 34 Jadi 40, Yusril: Masih Wacana, Belum Resmi
- Mutu Jalan Tol MBZ Dituding Berada di Bawah Standar, Begini Respons Pengelola
Advertisement
Advertisement