Advertisement
Seberapa Bahaya Covid-19 Varian Delta AY.4.2? Ini Penjelasan Pakar
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Laporan adanya mutasi baru dari virus SARS-CoV-2, yaitu Covid-19 Delta AY.4.2. semakin ramai seiring melonjaknya kasus baru di berbagai negara. Seberapa berbahaya?
Subvarian baru virus Corona ini dibedakan oleh dua mutasi pada protein spike-nya, yang disebut Y145H dan A222V. Dalam penelitian, tidak ada mutasi dalam receptor binding domain yang merupakan bagian dari spike untuk mengikat reseptor tertentu pada sel manusia untuk menginfeksi.
Advertisement
Hal tersebut menunjukkan bahwa mutasi Covid-19 varian Delta AY.4.2 tidak menyebabkan penularan yang tinggi dan imun tubuh lebih kuat dalam melawannya.
Profesor Francois Balloux, Direktur dari University College London (UCL) Genetics Institute mengatakan bahwa varian Delta AY.4.2 hanya memiliki kesempatan 10 persen lebih mudah menular. Berbeda dengan Alpha dan Delta yang tingkat menularnya lebih dari 50 persen.
Dengan kata lain, kemunculan AY.4.2 tidak sebanding dengan kemunculan Alpha atau Delta, dalam hal peningkatan penularan. Dalam sebuah wawancara dengan Science Media Centre, di London, Prof. Balloux mengatakan saat ini bukan situasi yang sebanding dengan kemunculan Alpha dan Delta, yang jauh lebih menular daripada strain apa pun.
"Di sini, kita berhadapan dengan potensi peningkatan kecil dalam penularan yang tidak akan memiliki dampak yang sebanding pada pandemi,” ujar Prof. Balloux dikutip dari Medical News Today, Selasa (16/11/2021).
BACA JUGA: Jokowi Kenakan Outfit Rp3,7 Juta Karya Anak Bangsa di Sirkuit Mandalika, Ini Rinciannya
Prof. Balloux menegaskan kembali bahwa untuk saat ini, AY.4.2 tampaknya sebagian besar terbatas di Inggris dan bisa dibilang masih langka di wilayah lain.
Klaster baru dari Covid-19 sangat mungkin terbentuk dari adanya kerumunan seperti festival, acara olahraga, ataupun acara internasional.
Meskipun Delta AY.4.2 belum masuk ke Indonesia, seluruh masyarakat harus tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan. Mengingat banyaknya anak-anak di bawah usia 12 tahun yang belum divaksin membuat hal ini memungkinkan terbentuknya lonjakan baru dan virus bermutasi di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
- Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Teknologi Pertanian
Advertisement
Penetapan Anggota DPRD Kulonprogo Terpilih Ditunda, Sengketa di MK Jadi Penyebabnya
Advertisement
Jadwal Agenda Wisata Jogja Sepanjang Bulan Mei 2024, Ada Pameran Buku Hingga Event Lari
Advertisement
Berita Populer
- Orang Tua Diminta Awasi Aktivitas Anak di internet untuk Cegah Child Grooming
- Pemerintah Siapkan Aturan Perlindungan Anak di Ranah Online
- Momentum Hardiknas, Puan Ajak Dukung Kemajuan Ekosistem Pendidikan
- Ratusan Rumah Terendam Akibat Luapan Sungai Cibeureum
- Mendagri Sebut Pilkada 2024 Telan Anggaran hingga Rp27 Triliun
- AS Mengaku Belum Mendapat Tanggapan Hamas Soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza
- Gabung Afsel, Turki Ajukan Kejahatan Genosida Israel ke Mahkamah Internasional
Advertisement
Advertisement