Advertisement
Kota Toleran, Wujud Kota Magelang Sebagai Rumah Besar Bersama
Advertisement
MAGELANG—Kota Magelang telah meraih predikat Kota Toleran di Indonesia, dengan peringkat 6 pada 2022 dan peringkat 10 pada 2023. Penghargaan ini merupakan wujud Kota Magelang sebagai rumah besar bersama bagi semua suku, ras dan agama.
Wali Kota Magelang, Muchamad Nur Aziz, mengapresiasi perilaku toleransi yang sudah alami di masyarakat di Kota Magelang. Ia meyakini toleransi akan membuat negara semakin baik sebab di Indonesia terdapat beragam umat beragama dan suku. Semua memiliki hak yang sama.
Advertisement
“Kota Magelang menjadi rumah besar bersama. Saya membaca sejarah, toleransi akan membuat negara semakin baik. Mengurusi Indonesia tidak hanya mengurusi satu umat beragama saja
jadi saya setuju seperti model Gus Dur. Semua berhak, boleh, dari semua suku termasuk yang terakhir suku Tionghoa, diakomodasi luar biasa,” kata Wali Kota, dalam sambutannya saat melantik Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) DPC Kota Magelang di Pendopo Pengabdian, Rabu (12/7/2023).
Wali Kota mencontohkan saat ini di Kota Magelang telah diselenggarakan Festival Mooncake sebagai bentuk mengakomodasi budaya masyarakat Tionghoa. Contoh lain adalah memperbolehkan Sekolah Kristen untuk menggelar reuni akbar di Alun-Alun yang menjadi pusat kegiatan masyarakat Kota Magelang. Pelantikan MUKI yang digelar di pendopo rumah dinas tersebut juga sebagai wujud toleransi. Menurutnya pendopo bisa digunakan oleh semua agama yang diakui pemerintah, termasuk komponen-komponen masyarakat. Hal ini sesuai dengan peran dan fungsi pemerintah untuk masyarakat.
“Jadi biar Magelang betul-betul rumah bersama dan alami apa adanya. Toleransi bukan hanya nilai tetapi betul-betul terasa. Karena kita semua ingin membuat warga Kota Magelang semakin baik,” katanya.
BACA JUGA: SPBU Terbesar di Dunia, Bisa Layani 120 Mobil Sekaligus
Wali Kota juga menekankan toleransi perlu contoh dan teladan dari pemimpin agama dan masyarakat. Pemimpin harus memberi contoh toleransi dan kesederhanaan sehingga suasana di masyarakat menjadi tenteram.
Secara terpisah, Ketua Satgas Kota Toleran Kota Magelang, Catur Adi Subagio, mengatakan perilaku toleransi masyarakat di Kota Magelang sudah menjadi budaya. Ia mencontohkan dari rangkaian kegiatan Waisak 2567 BE pada Juni lalu, saat Biksu Thudong melintas di Kota Magelang, banyak elemen masyarakat turun ke jalan membantu kelancaran kegiatan ibadah tersebut.
Namun, penurunan peringkat Kota Toleran dari peringkat 6 menjadi 10 tahun lalu menjadi cambuk perbaikan di tahun ini. “Kami terus berupaya menguatkan toleransi di masyarakat, salah satunya menguatkan tagar Magelang Kota Toleran, memastikan program-program toleransi berjalan, dan produk hukum terwujud,” katanya, didampingi Sekretaris Satgas, R Satriya Sambodo.
Program terobosan yang dilakukan satgas adalah menguatkan peluncuran Rumah Belajar Bersama Moderasi Beragama (Rela Bersiaga) di kompleks Taman Kyai Langgeng dan menguatkan fasilitasi operasional Kampung Religi hingga mengadakan lomba Kampung Religi. Saat ini sudah ada 108 Kampung Religi di Kota Magelang yang merupakan salah satu dari sembilan program Wali Kota Magelang.
Satriya Sambodo menambahkan penilaian Kota Toleran meliputi empat variabel dan delapan indikator. Di Kota Magelang, indikator Dinamika Masyarakat Sipil Terkait Peristiwa Intoleransi yang diberikan Setara Institute mengalami peningkatan. “Ini menandakan bahwa masyarakat Kota Magelang tetap toleran meski terjadi peristiwa intoleran,” katanya. (BC)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
- Hakim MK Ragukan Keaslian Tanda Tangan Ketum PKN Anas Urbaningrum di Kasus Sengketa Pileg 2024
- Kasus Polisi Bunuh Diri di Jaksel, Kapolresta Manado Diperiksa Polda Sulawesi Utara
- Pengadilan Kriminal Internasional Dikabarkan Mengincar Netanyahu, Israel Panik
- Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Teknologi Pertanian
Advertisement
Dua TPS 3R Belum Beroperasi, Sampah di Kota Jogja Diolah Swasta Pakai Sistem Tipping Fee
Advertisement
Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- PBB Sebut Evakuasi Warga Rafah Butuh Waktu 10 Hari
- Mengaku Siap Pindah ke Ibu Kota Baru, Begini Komentar Sandiaga soal Rumah Menteri di IKN
- Kunker Jokowi Diduga karena Menghindari Demo Hari Buruh, Istana Bilang Begini
- Polisi Tangkap 300 Demonstran Pro Palestina di New York
- Fakta-fakta Seputar Korupsi SYL yang Terungkap di Persidangan, dari Beli Mobil, Kaca Mata hingga Bayar Biduan
- Polisi Tembak Gas-Peluru Karet Saat Demo Buruh di Turki, Ratusan Orang Ditangkap
- Paus Fransiskus Kecam Industri Senjata Ambil Untung dari Kematian
Advertisement
Advertisement