Advertisement

LRT Jabodebek Salah Desain? Ini Penjelasan MTI

Dwi Rachmawati
Kamis, 03 Agustus 2023 - 10:37 WIB
Abdul Hamied Razak
LRT Jabodebek Salah Desain? Ini Penjelasan MTI Sebanyak 19 trainset dari total 31 trainset LRT Jabodebek telah dikirim ke Jakarta melalui stasiun Harjamukti (20/1/2021). - INKA

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Pengamat transportasi merespons soal komentar Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo soal masalah proyek LRT Jabodebek.

Sebagaimana diketahui, Wamen BUMN yang akrab disapa Tiko itu menyebut jembatan lengkung bentang panjang (longspan) yang menghubungkan Gatot Subroto (Gatsu) dan Kuningan salah desain.

Advertisement

Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menilai pernyataan Tiko telah melecehkan Komisi Keamanan dan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ), Kementerian PUPR.

BACA JUGA: Pembangunan LRT Jabodebek Capai 95,09 Persen Pada Juni 2023

Musababnya, setiap konstruksi jembatan seharusnya sudah mendapat rekomendasi dari komisi tersebut. "Tanpa ada rekomendasi dari mereka [KKJTJ] tidak mungkin LRT itu bisa beroperasi," ujar Djoko saat dihubungi, Rabu (2/8/2023).

Adapun ihwal kecepatan LRT saat melintasi longspan Gatsu-Kuningan yang dipermasalahkan Tiko, menurut Djoko tidak realistis. Menjadi hal wajar bila kecepatan kendaraan akan dikurangi saat melintasi berbagai tikungan atau belokan.

Sebelumnya, Tiko mengatakan seharusnya jembatan LRT Gatsu-Kuningan itu dibuat lebih lebar agar kereta dapat melaju dengan optimal. Tiko menyebut konstruksi jembatan saat ini menyebabkan LRT harus berbelok dengan kecepatan yang rendah sekitar 20 kilometer per jam saat melewati jembatan.

Djoko mengatakan seharusnya proyek LRT Jabodebek mendapat dukungan dari berbagai pihak, mengingat proyek transportasi publik modern ini menjadi yang pertama dikerjakan sendiri oleh anak bangsa.

"MRT tuh kan Jepang, ini [LRT] Indonesia baru belajar, tapi kalau enggak sekarang ya kapan lagi bangsa kita bisa? Harus optimis," tutur Djoko.

Berdasarkan catatan JIBI, Rabu (2/8/2023), Wamen BUMN, Tiko juga mengomentari ihwal kurangnya koordinasi antar komponen dalam proyek LRT tersebut. Salah satunya, Tiko membeberkan bahwa pihak Siemens sempat mengeluh karena 31 rangkaian kereta LRT yang dibuat oleh Inka memiliki spesifikasi yang berbeda-beda antar kereta mulai dari dimensi, berat, kecepatan hingga pengereman.

"Akibatnya, sistem software harus diperlebar toleransinya sehingga cost-nya [biaya] pun naik," kata Tiko.

Sebagaimana diketahui, komponen proyek LRT Jabodebek terdiri dari enam komponen, antara lain PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) di bagian prasarana; PT Industri Kereta Api (Inka) di pembangunan rangkaian kereta LRT; dan PT Len Industri (Persero) menangani persinyalan LRT.

Sementara itu, KAF bertugas di komponen permesinan kereta; PT Indosat di bagian konektivitas; serta Siemens yang bertanggung jawab di bagian pengembangan perangkat lunak [software]. Adapun proyek LRT Jabodebek dirancang dengan sistem Grade of Automation (GoA) level 3 yang memungkinkan kereta beroperasi tanpa masinis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pemkot Jogja Luncurkan Sekolah Perempuan Penyintas Kekerasan

Jogja
| Sabtu, 18 Mei 2024, 13:17 WIB

Advertisement

alt

Tak Mau Telat Terbang? Ini 5 Rekomendasi Hotel Bandara Terbaik di Dunia

Wisata
| Selasa, 14 Mei 2024, 22:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement