Advertisement

Cadangan Nikel RI Habis 15 Tahun Lagi? Ini Faktanya

Lukman Nur Hakim
Rabu, 30 Agustus 2023 - 09:27 WIB
Abdul Hamied Razak
Cadangan Nikel RI Habis 15 Tahun Lagi? Ini Faktanya Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat wawancara dengan Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (25/10/2022). Bisnis - Himawan L Nugraha

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membantah bahwa cadangan nikel Indonesia akan habis dalam 15 tahun mendatang.

Menurutnya, masih banyak potensi sumber daya nikel di Tanah Air yang belum dieskplorasi. Bahlil mengatakan, proyeksi umur cadangan nikel hanya sampai 15 tahun itu belum ada kajian teknisnya.

Advertisement

Perkiraan tersebut, menurutnya, baru didasarkan pada perhitungan jumlah cadangan nikel yang sudah dieksplorasi dengan kapasitas smelter nikel yang sudah beroperasi.

BACA JUGA: Ada Bakteri dalam Ikan yang Kebal Antibiotik, Peneliti IPB: Butuh Tindakan Cepat

“Gini, belum ada satu kajian teknis yang menyatakan bahwa 15 tahun [umur cadangan nikel] itu kan baru persepsi saja. Hasil itu hanya hasil eksplorasi dengan kapasitas smelter yang ada,” kata Bahlil di Jakarta, Selasa (29/8/2023).

Bahlil menuturkan, saat ini masih banyak tempat yang belum dieksplorasi oleh pemerintah untuk menambah cadangan nikel yang ada. Dia juga meyakini bahwa wilayah Papua masih menyimpan sumber daya nikel yang cukup besar sehingga dia ragu bahwa cadangan nikel Indonesia akan habis dalam 15 tahun.

“Jadi saya nggak yakin [cadangan] 15 tahun, masih banyak. Di Papua itu masih banyak nikel,” ujarnya.

Data Cadangan Nikel Kementerian ESDM

Sementara itu, Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per 2021, sumber daya bijih nikel mencapai 17,68 miliar ton dengan cadangan 5,24 miliar ton. Untuk sumber daya logam nikel mencapai 177 juta ton dengan cadangan 57 juta ton.

Dengan besaran sumber daya dan cadangan tersebut, menurut Badan Geologi, umur cadangan nikel saprolite (kadar tinggi) tinggal 15 tahun dan cadangan nikel limonite (kadar rendah) 34 tahun.

Atas dasar perhitungan tersebut, Kementerian ESDM berkomitmen untuk segera menghentikan investasi baru smelter nikel dengan teknologi pirometalurgi rotary klin-electric furnace (RKEF) yang menjadi lini pengolahan bijih nikel kadar tinggi. Kebijakan tersebut perlu diambil untuk mengimbangi permintaan saprolite yang tinggi, sementara cadangan bijih nikel kadar tinggi dalam negeri belakangan mulai menipis. 

Adapun, pengolahan saprolite dengan teknologi RKEF ini pada umumnya menghasilkan produk olahan nikel kelas dua berupa nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi) untuk kemudian dibuat menjadi stainless steel.

Data serupa juga pernah diungkapkan oleh Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) yang menyebut cadangan bijih nikel kadar tinggi Indonesia hanya dapat bertahan 7 hingga 10 tahun. APNI memproyeksikan konsumsi saprolite tahun ini akan meningkat menjadi 150 juta ton dan akan terkerek hingga 400 juta ton pada 2026 mendatang. 

Berburu Cadangan Nikel Baru

Kementerian ESDM pun tengah mendorong kegiatan eksplorasi baru bijih nikel pada kawasan lapangan hijau atau green field. Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Irwandy Arif mengatakan, upaya itu tengah didorong untuk menjaga cadangan bijih nikel yang belakangan makin tipis seiring investasi masif pada pertambangan bahan baku baterai listrik tersebut. 

“Dari industri ada yang sedang melakukan eksplorasi detail, green field masih diupayakan, ada juga yang berminat,” kata Irwandy saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/8/2023). 

Kendati demikian, Irwandy menuturkan, beberapa perusahaan yang menunjukkan ketertarikan untuk melakukan eksplorasi pada lapangan hijau masih menunggu surat penugasan dari otoritas mineral.

“Yang berminat ini masih menunggu surat penugasan yang dari PP Wilayah belum turun, aturan turunannya,” kata Irwandy. 

Berdasarkan Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara Nasional Tahun 2022-2027, Indonesia disebut masih menyimpan beberapa wilayah yang belum dieksplorasi (greenfield) yang dapat dikembangkan dan dijadikan peluang investasi, seperti untuk komoditas nikel ada di Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Harga Tiket Rp20.000, Begini Cara Membeli Tiket KA Bandara YIA

Jogja
| Minggu, 05 Mei 2024, 00:17 WIB

Advertisement

alt

Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Wisata
| Jum'at, 03 Mei 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement