Advertisement

GPFI Gelar Rakernas Rancang Strategi Transformasi Usaha Farmasi di Tanah Air

Abdul Hamied Razak
Sabtu, 09 September 2023 - 06:37 WIB
Abdul Hamied Razak
GPFI Gelar Rakernas Rancang Strategi Transformasi Usaha Farmasi di Tanah Air Wakil Ketua Umum Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) Ferry A. Soetikno (kiri), saat pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) GPFI 2023, yang digelar di Hotel Alila, Solo, Jumat (8/9 - 2023). Ist

Advertisement

Harianjogja.com, SOLO–Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) menggelar Rapat Rerja Nasional Tahun 2023 pada 8-9 September 2023 di Hotel Alila Solo. Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan strategi dan langkah taktis organisasi untuk memajukan industri farmasi di Indonesia.

Wakil Ketua Umum Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) Ferry A. Soetikno, mengatakan pada Rakernas ini GPFI membahas seluruh aspek usaha farmasi dari Industri, Distribusi, Apotek, Toko Obat dan menyerap isu-isu terkini di berbagai daerah. Dia berharap Rakernas tersebut dapat menyamakan persepsi dan terus berkolaborasi untuk memajukan dunia kesehatan dan farmasi di Indonesia.

Advertisement

“GPFI percaya sinergitas dan kolaborasi adalah kunci dalam mewujudkan perubahan dengan dampak terbaik. Melalui Rakernas ini, kita coba tentukan mau kemana arah usaha farmasi Indonesia dibawa dengan adanya UU Kesehatan ini," katanya melalui keterangan persnya, Kamis (8/9/2023)

Apalagi saat ini, katanya, industri farmasi di Indonesia terus tumbuh. Tercatat, pada 2022 lalu pasar farmasi mendapatkan keuntungan Rp110 triliun hingga Rp120 triliun. Ferry juga mengatakan industri farmasi di Indonesia sangat didominasi pasar dalam negeri.

Bahkan, ia menyebut produk industri farmasi Indonesia juga diekspor ke luar negeri. GPFI yang sudah dibangun 54 tahun yang lalu kini menjadi kekuatan besar dengan total 190 pabrik, dengan distributor obat sebanyak 2.300 pedagang besar farmasi [PBF], 70 PBF bahan baku, 18.000 apotek dan 8.000 toko obat.

BACA JUGA: Menuju Produk Farmasi Bersertifikat Halal

"Pasar Farmasi juga mendapatkan Rp110-120 T, dan healthcare spending 3,4 persen dari GDP Indonesia dan mensuplai 90 persen untuk kebutuhan obat-obatan bahkan menjadi pemain penting di regional Asia. Kita harus bersyukur,” ulasnya.

Ia meneruskan, adanya kemampuan ekspor dari para pelaku industri farmasi di Indonesia tidak lepas dari dukungan dari pemerintah terutama BPOM. “Industri farmasi sangat kuat bahkan menjadi pemain regional bahkan mengekspor, ini adalah bantuan dan dukungan dari pemerintah Indonesia khususnya BPOM karena memberikan dukungan bagi setiap pelaku usaha farmasi,” kata dia.

Selain itu, Ferry juga menyebut, harga obat di Indonesia juga sangat terjangkau. Menurutnya, ini tidak lepas dari tantangan dari masyarakat dan industri farmasi di Indonesia. “93 persen harga obat tablet di bawah Rp500, ekonomi Indonesia membaik di tengah ekonomi yang masuk fase slowbalization, harga obat saat ini ditekan karena harga murah dan tekanan dari masyarakat agar harga obat tetap terjangkau,” tambahnya.

Di sisi lain, industri farmasi tengah menghadapi tantangan pascapandemi terutama di bidang investasi dan digitalisasi. Untuk itu, ia berharap tumbuhnya ekonomi Indonesia bisa membantu industri farmasi agar terus tumbuh.

“Regulation and Compliance dalam UU Kes no 17 2023, membuat ada tuntutan regulasi yang tinggi dan membutuhkan komitmen nvestasi. Selain itu ada Technology and digitalization, yang meminta pelaku usaha farmasi terus beradaptasi secara digital dalam sistem SATU SEHAT,” lanjutnya.

BACA JUGA: Rumah Sakit Perlu Menangkap Peluang Industri Halal di Sektor Farmasi

Ferry juga mengatakan, GPFI harus meningkatkan kerja sama dan tetap menjadi mitra strategis untuk tetap terus bersaing di dunia industri farmasi global.

“Harapannya GPFI bisa meningkatkan kolaborasi antar anggota untuk memajukan industri farmasi secara bersama-sama, kami selalu siap untuk menjadi mitra strategis untuk mewujudukan cita-cita Indonesia yang relevan tepat sasaran dan memberi kepastian bagi pelaku industri,” jelasnya.

Terpisah, Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunawan Sadikin, dalam sambutannya secara virtual menyebut sektor kesehatan merupakan pondasi vital untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, apalagi dengan adanya bonus demografi.

“Kesehatan itu penting terutama untuk batu loncatan dari negara berpenghasilan menengah atau middle income country menjadi negara berpenghasilan tinggi. Saat ini Indonesia GDP nya US$4.300-4.500 sedangkan untuk negara maju batas bawahnya US$12.500,” ulasnya.

Plt Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif, BPOM RI Togi Junice Hutadjulu menyambut baik tema Rakernas Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia. Tema yang diangkat mencerminkan semangat dan komitmen anggota GPFI untuk mewujudkan visi kita bersama, membangun manusia sehat dan produktif menyongsong Indonesia emas 2045.

"GPFI adalah mitra strategis BPOM dalam melindungi dan meningkan kesehatan masyarakat. Kami sangat mengapresiasi kerja sama dengan GPFI yang dibangun atas dasar komitmen, tanggungjawab, kebergunaan, dan rasa saling percaya dalam penjaminan keamanan mutu dan khasiat obat di Indonesia," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Lampu Jalan Mati di Jogja Banyak yang Mati, Kepala UPT PJU: Penanganan Sesuai Perwal

Jogja
| Jum'at, 10 Mei 2024, 18:37 WIB

Advertisement

alt

Menilik Jembatan Lengkung Zhaozhou Tertua di Dunia

Wisata
| Jum'at, 10 Mei 2024, 10:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement