Advertisement

Insiden Pilot Batik Air Tertidur Saat Bertugas, Butuh Solusi Bukan Hanya Sanksi

Lorenzo Anugrah Mahardhika
Minggu, 10 Maret 2024 - 17:27 WIB
Abdul Hamied Razak
Insiden Pilot Batik Air Tertidur Saat Bertugas, Butuh Solusi Bukan Hanya Sanksi Batik Air / Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA – Kasus pilot dan kopilot Batik Air yang tertidur saat bertugas perlu ditelusuri dan dianalisa secara lebih mendalam. Pasalnya tingkat kompleksitas masalah tersebut sangat tinggi dan ada potensi risiko sistemik.

Menurut pengamat penerbangan Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soejatman, masalah kelelahan pilot atau pilot fatigue merupakan masalah yang membutuhkan solusi dan analisa kualitatif, bukan kuantitatif.

Advertisement

BACA JUGA: Di Negara Ini, Umat Muslim Berpuasa Hingga 17 Jam, Berikut Daftar Kotanya

Dia juga mengatakan perlu adanya penelusuran lebih lanjut mengenai sikap perusahaan terhadap masalah ini. “Butuh ditelusuri mengenai corporate attitude mengenai masalah ini [pilot fatigue], dan ini adalah masalah kompleks,” jelas Gerry dalam unggahan di akun X pribadinya, Minggu (10/3/2024).

Gerry mencontohkan, jika ada maskapai yang memberi sanksi kepada pilot yang meminta diganti jadwal terbangnya dengan alasan kelelahan.

Kemudian, jika perusahaan memberi sanksi, apakah bentuknya secara langsung atau berdasarkan jejak rekam pilot tersebut.

Kemudian, perusahaan sudah pasti mempunyai kampanye kesadaran terkait kesehatan dan kesiapan terbang pilot, contohnya program IAMSAFE.

Namun, Gerry menilai perlu ada analisis lebih lanjut terkait realisasi penerapan program itu. Selain itu, dia juga merekomendasikan perusahaan memberikan cuti lahiran atau paternal leave bagi pilot pria yang istrinya baru melahirkan.

Gerry mengatakan, pemberian cuti ini dapat menurunkan risiko terkait kelelahan pilot. Adapun, dirinya juga tidak menyetujui jika penyelesaian dari masalah pilot yang tertidur ini hanya berupa sanksi kepada pilot dan pihak terkait lainnya.

BACA JUGA: KPU Tetapkan Kemenangan Prabowo-Gibran di Bali, Ganjar-Mahfud Runner Up

Pasalnya, opsi tersebut justru akan menghambat perbaikan dalam masalah pilot fatigue. “Saya sangat tidak setuju jika jalan keluarnya hanya segampang memberikan sanksi kepada pilot dan manajemen maskapai. Ini ada resiko sistemik yang harus diselesaikan,” ujar Gerry.

Gerry menjelaskan, mengingat masalah pilot fatigue yang kompleks, maka pilot yang kelelahan perlu diberi pengakuan dan perlindungan dari sanksi. Hal ini agar pilot yang kelelahan dapat memberikan keterangan sepenuhnya guna menemukan solusi yang sistematis.

"Tetapi, jika memang masalah ini diakibatkan oleh kesengajaan atau keteledoran berdasarkan perilaku yang tidak bertanggung jawab oleh pilotnya, maka wajar bila diberikan sanksi disipliner," kata Gerry.

Lebih lanjut, Gerry juga menyebut ada beberapa hal yang perlu dievaluasi untuk pengoperasian penerbangan semalam (overnight flight) rute jarak pendek atau menengah.

Pertama, efektivitas program manajemen risiko atas kelelahan atau Fatigue Risk Management System (FRMS). Kedua, mengkaji pola istirahat yang direkomendasikan (reccomended rest) sebelum dan setelah overnight flight bagi para kru pada FRMS setiap maskapai. Ketiga, feedback terkait efektivitas dan manajemen risiko atas kelelahan.

“Terakhir, awareness atau kepatuhan kru dalam mengikuti pola istirahat sesuai pada FRMS-nya. Ini jadi poin yang penting,” kata Gerry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Kereta Api Prameks Jogja-Kutoarjo Minggu 28 April 2024

Jogja
| Minggu, 28 April 2024, 04:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement