Advertisement

12 Fakta Gempa Bawean, Bersifat Destruktif, Dipicu Aktivitas Sesar Aktif Laut Jawa

Ujang Hasanudin
Senin, 25 Maret 2024 - 09:47 WIB
Ujang Hasanudin
12 Fakta Gempa Bawean, Bersifat Destruktif, Dipicu Aktivitas Sesar Aktif Laut Jawa Foto ilustrasi. - Antara Foto

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Gempa yang terjadi di Pulau Bawean Kabupaten Gresik Jawa Timur, Jumat (22/3/2024), yang berkekuatan magnitudo 5,9 dan 6,5 merusak ribuan bangunan rumah. Kerusakan tidak hanya terjadi di Pulau Bawean, namun sejumlah wilayah di Jawa Timur.

Advertisement

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap adanya 12 fakta mengenai gempa yang terjadi di Pulau Bawean sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya yang diterima di Jakarta Minggu (24/3/2024).

  1. Gempa Bawean adalah gempa merupakan jenis gempa kerak dangkal. Gempa kerak dangkal itu dipicu oleh aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser atau mendatar di Laut Jawa.
  2. Gempa  Bawean bersifat merusak atau destruktif, sehingga menimbulkan dampak kerusakan bangunan tidak hanya di Pulau Bawean, tetapi juga di Gresik, Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro, Pamekasan Madura, dan Banjarbaru.
  3. Terjadi dengan guncangan berspektrum luas, sehingga dampak guncangan dirasakan hingga jauh dari pulau tersebut, seperti Banjarmasin, Banjarbaru, Sampit, Balikpapan, Madiun, Demak, Semarang, Temanggung, Solo. Yogyakarta, Kulon Progo, dan Kebumen.
  4. Tidak berpotensi tsunami. Terkait dengan hal itu. Hasil pemodelan tsunami BMKG menunjukkan bahwa gempa Bawean tersebut tidak berpotensi tsunami. Data lapangan hasil monitoring muka laut dengan menggunakan Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) di Karimunjawa, Lamongan, dan Tuban menunjukkan muka laut yang normal tanpa ada anomali catatan tsunami.
  5. Berpusat di zona aktivitas kegempaan rendah, sehingga masyarakat awam menilai gempa Bawean sebagai “gempa tidak lazim” karena terjadi di wilayah yang jarang terjadi gempa dangkal. Selama ini wilayah Laut Jawa lazimnya menjadi episenter gempa-gempa hiposenter dalam akibat deformasi slab Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Lempeng Eurasia tepatnya di bawah Laut Jawa dengan kedalaman sekitar 500–600 km.
  6. Berpusat di zona Sesar Tua Pola Meratus. Gempa Bawean membuktikan bahwa ternyata jalur sesar di Laut Jawa masih aktif sekaligus menjadi pengingat bagi masyarakat untuk selalu waspada terhadap keberadaan sesar aktif dasar laut yang jalurnya dekat Pulau Bawean. Gempa dapat berulang dan terjadi kapan saja. Meskipun termasuk dalam zona kegempaan rendah, Laut Jawa utara Jawa Timur tetap memiliki potensi gempa karena secara geologi dan tektonik terdapat jalur Sesar Tua Pola Meratus
  7. Gempa Bawean dipicu reaktivasi sesar tua. Episenter Gempa Bawean terletak tepat di jalur sesar yang sudah terpetakan. Daryono mengatakan jika mencermati lokasi pusat Gempa Bawean, tampak episenternya terletak tepat pada jalur Sesar Muria (Laut). Jalur sesar itu berada di zona Sesar Tua Pola Meratus. Salah satu jalur sesar di zona Pola Meratus ini diduga mengalami reaktivasi dan memicu gempa.
  8. Memiliki gempa susulan dengan magnitudo lebih besar, yaitu sebesar 6,5, sedangkan gempa pertama berkekuatan magnitudo 5,9. Hal itu bisa terjadi karena asperity atau bidang bakal geser di bidang sesar yang ukurannya lebih besar mengalami pecah belakangan. Salah satunya karena dipicu tekanan dari gempa pertama dengan aspertity yang ukurannya relatif lebih kecil. Bidang sesar yang pecah pertama kali adalah asperity pada struktur batuan yang lebih lemah, sehingga mengalami pecah duluan sebagai gempa pembuka.
  9. Gempa susulan di Bawean cukup banyak. Hal itu disebabkan oleh karakteristik gempa kerak dangkal di Bawean terjadi pada batuan kerak bumi permukaan yang batuannya bersifat heterogen. Dengan demikian, kerak bumi itu mudah rapuh dan patah, tidak seperti gempa kerak samudra yang batuannya bersifat homogen dan elastik sehingga tidak terlalu banyak gempa susulan, bahkan terkadang tanpa gempa susulan meskipun magnitudo gempanya cukup besar.
  10. Frekuensi gempa Bawean mulai menurun. Hasil monitoring BMKG hingga Minggu pukul 10.00 WIB mencatat sebanyak 239 kali gempa, dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang. Jika pada Jumat (22/3) dalam satu jam dapat terjadi 19 kali gempa, data terkini menunjukkan dalam 1 jam terjadi 2–3 kali gempa.
  11. Gempa Bawean menambah catatan gempa kuat di Laut Jawa. Sebelumnya, hanya terjadi 4 kali gempa kuat di Laut Jawa tidak banyak, yaitu pada 1902, 1939, 1950, dan terkini pada 2024.
  12. Gempa Bawean memberi pelajaran penting bahwa ancaman gempa merusak di Jawa Timur tidak hanya berasal dari selatan, yaitu sumber gempa subduksi lempeng dan sesar-sesar aktif di daratan, tetapi juga dari sumber-sumber gempa di Laut Jawa di utara Jawa Timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Disperindag DIY Gelar Pasar Murah di Banyuroto Kulonprogo

Kulonprogo
| Selasa, 07 Mei 2024, 07:47 WIB

Advertisement

alt

Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk

Wisata
| Sabtu, 04 Mei 2024, 09:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement