News

Peneliti: Jahiliyah Siber Meningkat di Dunia Maya

Penulis: Newswire
Tanggal: 03 Oktober 2019 - 23:17 WIB
Ilustrasi internet - Bisnis.com

Harianjogja.com, JAKARTA- Peneliti menyebut adanya "jahiliyah siber" yang perlu diwaspadai di dunia maya.

Peneliti dari Universitas Boston, Amerika Serikat, Hafiz Al Asad, mengingatkan bahaya "jahiliyah siber" di tengah masyarakat yang muncul seiring perkembangan teknologi informasi.

"Penggunaan internet di kalangan masyarakat luar sangat masif tapi belum disertai perilaku yang ideal sesuai etika dunia maya," katanya saat berbicara sebagai panelis utama "Annual International Conference on Islamic Studies" (AICIS) di Jakarta, Kamis (3/10/2019).

Hafiz telah melakukan riset tentang "Siber Sektarian" yang mengambil sampel pada kurun waktu tertentu pada pemilihan umum di Indonesia.

Hasilnya, kata dia, aktivitas siber di kalangan Muslim di Indonesia telah meningkatkan volume sektarianitas dengan cukup mengkhawatirkan.

Sibernetika, kata dia, memicu sektarianisme di masyarakat melebihi sebelum datangnya era siber. Tahun lalu polisi telah mengungkap 2.600 kasus kejahatan siber.

Dia mencontohkan kasus kriminal siber terbesar adalah sindikat Saracen yang secara terorganisasi dan rapi menggunakan sentimen suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) sebagai alat propaganda demi kepentingan pragmatis.

"Inilah bentuk baru jahiliyah di dunia maya yang sangat mengkhawatirkan," katanya.

Merujuk data 2007, ia mengatakan pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 145 juta pengguna dan menduduki peringkat enam terbesar di dunia. Tingginya aktivitas dunia maya ternyata menimbulkan ekses negatif dalam kehidupan beragama di Indonesia.

Master bidang hubungan internasional Universitas Boston itu mengatakan mudahnya arus informasi melalui dunia maya telah menyediakan jalan tol bagi kebohongan dan provokasi berbasis agama.

Hal itu, lanjut dia, menimbulkan keributan di kalangan masyarakat dan sebagian aktivitas siber tersebut telah berujung pada tindakan kriminal.

Maka, Hafiz menyarankan perlunya peran aktif organisasi masyakarat untuk membendung kebodohan siber yang memicu perpecahan.

"Karena merekalah yang memiliki jaringan langsung kepada publik dan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi di mata para anggotanya," kata dia.

Ia mengatakan tokoh agama, adat dan ulama dalam struktur sosial masyarakat Indonesia harus turun tangan menekan masyarakat agar tidak terhasut isu siber yang mengarah hoaks.

Setiap tahun, kata dia, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah banyak menutup situs-situs yang meningkatkan sentimen SARA. Namun situs-situs itu selalu bermunculan kembali.

Adapun hasil riset Hafiz Al Asad itu dipaparkan dalam konferensi tahunan AICIS yang mengambil tema "Digital Islam, Education and Youth: Changing Landscape of Indonesian Islam".

AICIS adalah forum kajian keislaman yang telah berjalan sejak 19 tahun lalu. Pada pergelaran AICIS ke 19 ini, sekitar 1.700 sarjana kajian Islam berkumpul di Indonesia pada 1-4 Oktober 2019. Pertemuan ini membahas 450 makalah dari 1.300 yang diseleksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Berita Terkait

FBI Ungkap Modus Hacker Curi Isi Rekening Bank
Bandara Besar di Eropa Kena Serangan Siber, Timbulkan Kekacauan
Daftar Peretas Paling Mengancam Rahasia Negara di Asia Pasifik
Menkopolkam Minta Sebut WNI Ditangkap Myanmar Terkait dengan Kejahatan Scamming

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Panduan Lengkap Slot Online di JendelaToto
  2. Panduan Lengkap Main di Jendelatoto
  3. Main Slot Gacor Mudah Menang 2025
  4. Best Strategies for Togel Players

Berita Terbaru Lainnya

Soeharto Dinilai Memenuhi Syarat Diusulkan Pahlawan Nasional
Puluhan Orang Terluka Akibat Penembakan di Washington
Menkum Temui Minta Dukungan China Terkait Royalti Hak Cipta
Kejagung: Pelaku Judol di Indonesia dari Anak SD hingga Tunawisma
Dokter Dikeroyok di Indramayu, 5 Orang Ditangkap Polisi
Viral Video Warga Geruduk Rumah Polisi, Polsek Pastikan Hoaks
Menkop: Koperasi Merah Putih di Boyolali Jadi Percontohan
Mahfud: Pembentukan Komite Reformasi Polri Tak Ada Kabar Lanjutan
Pohon Tumbang Timpa Lexus, Pengemudi Meninggal Dunia
Salah Sebut Prabowo jadi Jokowi d KTT ASEAN, Media Malaysia Minta Maaf