News

Menristek: Teknologi Berguna untuk Kurangi Dampak Bencana

Penulis: Newswire
Tanggal: 04 Januari 2020 - 06:57 WIB
Ilustrasi. - Solopos/Nicolous Irawan

Harianjogja.com, JAKARTA - Pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca (TMC) menunjukkan teknologi berguna untuk mengurangi dampak bencana seperti banjir akibat curah hujan yang tinggi dan terus-menerus. Hal tersebut disampaikan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro. 

"Bencana adalah sesuatu yang harus kita hadapi dan kita harus upayakan teknologi bisa memitigasi dampak dan bisa mengurangi dampak dari gejala tersebut," kata Bambang dalam acara peluncuran operasi Teknologi Modifikasi Cuaca untuk mereduksi curah hujan sebagai penanggulangan banjir Jabodetabek di Gedung BPPT di Jakarta, Jumat.

Operasi TMC dapat membuat hujan turun ke wilayah yang aman dan jauh dari permukiman penduduk atau sebelum awan memasuki kawasan padat penduduk Jabodetabek seperti di wilayah Selat Sunda atau Laut Jawa.

Menurut Bambang, semua orang Indonesia harus menyadari bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan risiko bencana yang tinggi sehingga harus mampu beradaptasi dan bisa hidup menjalankan kegiatan sehari-hari dan ekonomi berjalan tanpa hambatan meskipun daerah tempat tinggal adalah daerah yang rawan bencana.

Selalu ada potensi bencana terkait hidrometeorologis baik di musim kemarau maupun hujan di Indonesia seperti kebakaran hutan dan lahan, banjir dan longsor. Untuk itu, kesiapsiagaan harus selalu dibangun dan diperkuat.

Ancaman bencana lain yang perlu diperhatikan adalah gempa dan tsunami. Untuk itu, Kementerian Riset dan Teknologi melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia fokus kepada tsunami early warning system sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana tsunami.

Buoy untuk peringatan dini tsunami telah dipasang di beberapa titik, yakni dua titik di Jawa bagian selatan, saru titik di Bali bagian Selatan, satu titik di anak Gunung Krakatau. Diharapkan dari pemasangan buoy tersebut, diperoleh informasi lebih akurat dan cepat terkait ancaman tsunami.

"Inilah saatnya di mana teknologi tidak hanya bicara untuk pertumbuhan ekonomi tapi teknologi juga akan kami kembangkan untuk bisa membantu masyarakat Indonesia berhadapan dengan isu bencana baik dari mitigasi, dari pencegahan maupun sampai pada upaya untuk mengatasi bencana itu sendiri," ujarnya.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan operasi TMC menjadi upaya meminimalisir dampak bencana banjir di Jabodetabek, yakni dengan melakukan redistribusi curah hujan, sehingga intensitas hujan yang turun di wilayah Jabodetabek akan berkurang.

"Aplikasi TMC dapat dimanfaatkan dengan tujuan mengurangi intensitas curah hujan di wilayah Jabodetabek. Dengan demikian risiko terjadinya banjir yang berpotensi meluas dapat diredam," kata Hammam.

Hujan disemai menggunakan Natrium Klorida (NaCl) yang diangkut dan ditebarkan ke bibit awan menggunakan pesawat Casa 212-200 dan CN-295 milik TNI AU dari Skuadron Udara 2 Halim Perdanakusuma dan Skuadron Udara 4 Abdurrachman Saleh di Malang.

Selain mereduksi dan meredistribusi curah hujan untuk menanggulangi masalah banjir, TMC juga dimanfaatkan untuk operasi penanggulangan bencana lainnya seperti pemadaman kebakaran hutan dan lahan, pembasahan lahan gambut, pengisian waduk atau embung, hingga meningkatkan elevasi sungai untuk irigasi sehingga dapat meningkatkan produksi pertanian.

Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengurangi curah hujan di wilayah Jabodetabek telah dimulai Jumat (3/1) dari Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, dengan melakukan tiga sorti penerbangan yang membawa bahan semai untuk menyemai awan.

Kapusdatinkom Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan sorti pertama menyemai awan di laut di sebelah utara Jakarta. Sorti kedua menyemai awan di wilayah Banten bagian barat. Sorti ketiga menyemai awan di selatan wilayah Jakarta yaitu di Taman Nasional Gunung Halimun.

"TMC bertujuan untuk menurunkan potensi awan hujan menjadi hujan sebelum masuk ke wilayah Jabodetabek. Awan hujan disemai dengan garam NaCl sehingga menggumpal menjadi berat dan turun menjadi hujan," ujar Agus dalam keterangan tertulis.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : antara

Berita Terkait

CEO Apple Ingin Ikut Kembangkan IKN Jadi Smart City
Jelang Hari Kesiapsiagaan Bencana, BPBD DIY Siapkan Rangkaian Kegiatan untuk Tingkatkan Kesadaran Masyarakat

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Gunung Ruang Sulut Kembali Erupsi Jumat Sore, Tinggi Kolom Abu 400 Meter
  2. Dimulai dari Solo, Supermusic Superstar 2024 Segera Digeber di 20 Kota
  3. Qatar Tim Pertama yang Lolos dari Fase Grup tapi Dikecam Warganet
  4. Rupiah Melemah, Industri di Jateng Terdampak

Berita Terbaru Lainnya

Gelombang I Pemberangkatan Jemaah Calon Haji ke Tanah Suci Dijadwalkan 12 Mei 2024
Diserang Israel, Iran Sebut Fasilitas Nuklir Aman dan Siap Membalas dengan Rudal
Pilgub Jakarta 2024, Demokrat Bakal Calonkan Dede Yusuf
Densus 88 Menangkap Lagi Satu Terduga Teroris, Total Delapan Orang
Ingin Kawal Demokrasi, Barikade 98 Mengajukan Diri Jadi Amicus Curiae dalam Sengketa Pilpres
Tok! MK Bacakan Putusan Hasil Sengketa Pilpres pada Senin 22 April Mendatang
Pengakuan Warga Kota Isfahan, Terkait Kabar Israel Serang Iran
Iran Bantah Penyebab Hancurnya Gedung Pembangkit Listrik Israel
Gunung Ruang Erupsi, Penutupan Operasional Bandara Sam Ratulangi Diperpanjang
2 Pesawat Penerbangan Sipil Ini Langsung Putar Haluan Hindari Serangan Israel ke Iran