News

Lebih dari 10 Juta Hektare Lahan di Australia Terbakar, 25 Orang Meninggal Dunia

Penulis: Nirmala Aninda
Tanggal: 08 Januari 2020 - 20:07 WIB
Kebakaran di Australia - Reuters

Harianjogja.com, JAKARTA - Australia berada dalam cengkeraman kebakaran hutan yang mematikan. Skala krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan gambar-gambar dampak kebakaran yang sangat parah , telah mengejutkan banyak warga Australia dan dunia.

Dengan musim panas yang baru saja dimulai, belum lagi Australia kerap dilanda kekeringan berkepanjangan, pihak berwenang khawatir jumlah kematian akan terus meningkat. Dikhawatirkan akan ada lebih banyak rumah dan tanah yang hancur.

Dilansir Bloomberg, sejak kebakaran dimulai beberapa bulan lalu selama musim dingin di belahan bumi selatan, setidaknya 25 orang telah meninggal dunia.

Di antara korban tewas adalah petugas pemadam kebakaran sukarela, termasuk seorang pemuda yang meninggal ketika truk 10 tonnya terbalik dalam kejadian yang digambarkan sebagai "tornado api."

Kebakaran hutan terburuk di Australia terjadi pada 2009 ketika kebakaran 'Black Saturday' menyebabkan 180 orang tewas.

"Hingga saat ini, kebakaran terus meluas di beberapa titik. Lebih dari 10 juta hektar tanah, sekitar lima kali ukuran area Wales, hangus terbakar," demikian dikutip Bloomberg, Rabu (8/1/2020). 

Di negara bagian New South Wales saja, hampir 5 juta hektar hutan dan semak-semak telah terbakar, sementara lebih dari 1,1 juta hektar terbakar di Victoria.

Kebakaran yang begitu besar menghasilkan perubahan cuaca lokal yang ekstrem dan menyebabkan sambaran petir, tanpa hujan, yang ditakutkan dapat memicu lebih banyak area terbakar.

Titik api di barat laut Sydney, tepatnya kawasan Gunung Gospers, kehilangan lebih dari 512.000 hektar tanah akibat kebakaran. Luasnya sekitar tujuh kali luas Singapura.

"Skala kebakaran ini mengkerdilkan kebakaran hutan California pada 2018, yang menghanguskan sekitar 1,7 juta hektar, dan sekitar 260.000 hektar pada tahun 2019," tulis Bloomberg.

Dampak langsung pada ekonomi Australia dari kebakaran ini diperkirakan sebesar A$2 miliar-A$3,5 miliar pada tahun fiskal yang berakhir 30 Juni.

Terry Rawnsley, ekonom di  SGS Economics and Planning, menyebutkan kerugian ini berasal dari faktor-faktor seperti pariwisata dan produksi pertanian yang berkurang.

Selain itu, ia memperkirakan kabut asap di Sydney, Melbourne dan Canberra akan menelan biaya A$200 juta-A$800 juta karena orang-orang mengurangi kegiatan di luar ruangan dan meningkatnya jumlah orang yang terjangkit penyakit.

"Jika dikombinasikan, dampaknya sama dengan hambatan pada pertumbuhan PDB antara 0,1-0,25 poin persentase untuk tahun fiskal 2019/2020," kata Rawnsley.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Berita Terkait

Titik Baru Kebakaran Hutan Gunung Rinjani Ditemukan
Pemerintah Siapkan Modifikasi Cuaca untuk Cegah Kebakaran Hutan
3 Hektare Lahan Tebu di Sragen Terbakar, Penyebab masih Diselidiki
Kebakaran Hutan dan Lahan Terjadi di Sragen, Klaten, dan Aceh

Video Terbaru

Berita Lainnya

Berita Terbaru Lainnya

Gempa M 4,6 Guncang Agam Sumbar, Dipicu Sesar Aktif
20 Ribu Buruh Gelar Demo KSPI Tuntut Kenaikan UMP Jakarta
Aktivitas Semeru Didominasi Gempa Erupsi, Status Siaga
BMKG: Hujan Ringan Guyur Sebagian Besar Wilayah RI
Waspada Penipuan Siber Berkedok Ucapan Hari Raya dan Hadiah Palsu
Rusia Tegaskan Dukungan Penuh ke China soal Taiwan
Gus Yahya: Persoalan Internal PBNU Sudah Selesai
46.207 Penumpang Tinggalkan Jakarta dengan Kereta Api Hari Ini
Pemilih Muda Absen di Pemilu Myanmar Besutan Junta
Crazy Rich China Pilih Pindahkan Jet Pribadi ke Singapura dan Jepang