News

Diterpa Isu Rasial, Unilever Akan Ganti Merek Krim Pemutih di India

Penulis: Renat Sofie Andriani
Tanggal: 26 Juni 2020 - 09:17 WIB
Unilever - www.unilever.co.id

Harianjogja.com, JAKARTA – Seiring dengan tumbuhnya reaksi keras publik atas branding yang menjual stereotip rasial, Unilever Plc. berencana mengganti merek krim pemutih wajah Fair & Lovely di India. 

Perusahaan meraup pendapatan tahunan senilai lebih dari US$500 juta dari merek tersebut di India, pasar terbesar keduanya. Raksasa barang konsumen multinasional ini juga akan menghapus istilah fair, whitening, dan lightening dari kemasan dan materi pemasaran Fair & Lovely.

Selain itu, perseroan berencana menampilkan wanita dari semua warna kulit dalam kampanye-kampanye iklan di masa depan. Tak hanya India, merek ini juga dijual di sejumlah negara seperti Bangladesh, Indonesia, dan Thailand.

Dipicu oleh insiden kebrutalan polisi terhadap kaum kulit hitam, gerakan Black Lives Matter telah mendunia dan mendorong banyak perusahaan untuk mengevaluasi bisnis dan pemasaran mereka jika menyiratkan tanda-tanda diskriminasi.

Pekan lalu, Johnson & Johnson menyatakan akan mundur dari bisnis produk pemutih kulit, yang mencakup merek Clean & Clear Fairness di India dan lini Neutrogena Fine Fairness di Asia dan Timur Tengah.

“Kami menyadari bahwa penggunaan kata-kata fair, white, dan light menunjukkan impian kecantikan singular yang kami pikir tidak tepat,” ungkap Presiden divisi kecantikan dan perawatan personal Unilever, Sunny Jain, seperti dilansir dari Bloomberg, Kamis (25/6/2020).

Dalam sebuah pernyataan pada Kamis, unit Unilever di India mengatakan perusahaan tengah menunggu persetujuan regulator untuk nama baru dan memperkirakan akan adanya perubahan dalam beberapa bulan ke depan.

Rangkaian produk Fair & Lovely besutan Unilever memenuhi konsep kecantikan yang mengakar kuat di India dimana kulit yang lebih gelap dipandang tidak diinginkan dan tidak menarik.

Koran-koran ternama di India berisikan iklan-iklan pernikahan yang acapkali menyoroti kebutuhan seorang pengantin untuk berwajah cerah dan bertubuh ramping.

Langkah ini diambil setelah perusahaan beberapa kali disinggung di media sosial dalam beberapa bulan terakhir karena krim pemutihnya. Kampanye global di media sosial seperti #unfairandlovely juga telah berkembang kritis terhadap stereotip kecantikan sejak 2016.

Bagi sebagian orang, mengubah merek saja tidak cukup terutama jika produk itu sendiri terus melayani bias yang sama.

“Setiap perusahaan yang menjual produk-produk dengan klaim bahwa itu akan membuat Anda lebih putih dan lebih cerah harus pergi, karena dengan kata lain mengatakan kepada setiap orang berkulit coklat di India bahwa Anda tidak cukup baik,” ujar seorang penulis dan aktivis yang berbasis di Mumbai Mahima Kukreja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Berita Terkait

Tanggapan Sultan Soal Konflik Warung Madura di Jogja
Pemerintah Turki Sebut Lebih dari 81.000 Pengungsi Suriah Sudah Pulang
Warga Keluhkan Pembakaran Sampah oleh Transporter, DLH Bantul Siap Bertindak
Mesir Mengusulkan Gencatan Senjata di Gaza, Ingin Ada Pertukaran Sandera

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Panitia Video Announcer Contest SMG 2025 Tetapkan 50 Nominasi, Ini Daftarnya
  2. CIMB Niaga Sponsori VAC SMG 2025, Lomba Video Penyiar Masuk Tahap Penilaian
  3. SEMARAK SATU DASAWARSA BAPERKA Merayakan Dekade Perawatan Perkeretaapian
  4. SEMARAK SATU DASAWARSA BAPERKA Merayakan Dekade Perawatan Perkeretaapian

Berita Terbaru Lainnya

Gedung Sekolah Rakyat Sudah Bisa Ditempati Saat Tahun Ajaran Baru, Renovasi 65 Titik Tuntas di 8 Juli 2025
28 Penumpang KMP Tunu Belum Ditemukan, SAR Terjunkan Tim Penyelam
Hubungan dengan Trump Retak, Elon Musk Bentuk Partai Amerika Tolak RUU Pajak
Bansos Beras Mulai Didistribusikan untuk 18.2 Juta Penerima
Gerombolan Pemuda Mabuk Bobol Warung, Curi Tabung Gas Peralatan Dapur hingga Beras
KPK Akan Segera Umumkan Penetapan Tersangka Korupsi CSR Bank Indonesia
Presiden Prabowo Suarakan Sikap dan Posisi Indonesia di KTT BRICS
Kementerian PKP Siapkan Rp43,6 Trilun untuk Merenovasi 2 Juta Rumah Tak Layak Huni
Banjir di DKI Jakarta Rendam 51 RT
Kemensos: Anak Jalanan Jadi Target Utama Ikuti Sekolah Rakyat