News

Epidemiolog UI Galang Dukungan Tolak Vaksin Mandiri, Ini Penjelasannya

Penulis: Oktaviano DB Hana
Tanggal: 26 Februari 2021 - 10:17 WIB
Pandu Riono. JIBI - Bisnis/Nancy Junita

Harianjogja.com, JAKARTA - Epedimiolog dari Universitas Indonesia bersama dua rekannya yakni Irma Handayani dan Sulfikar Amir menggalang dukungan masyarakat melalui platform petisi online, Change.org, untuk menolah rencana pemerintah untuk mengizinkan program vaksin masndiri atau vaksin gotong royong.

Dalam narasi petisi tersebut, Pandu Riono menjelaskan bahwa rencana pemerintah untuk memperbolehkan vaksinasi mandiri akan menyebabkan ketimpangan yang tinggi dan justru dapat memperpanjang pandemi. 

BACA JUGA : Epidemiolog Sebut Vaksinasi Mandiri Tak Diperlukan Selama

Dia mengutip pernyataan WHO bahwa program vaksinasi yang dilakukan pihak swasta hanya menguntungkan dan mengutamakan masyarakat tingkat ekonomi menengah ke atas di perkotaan saja. Dengan suplai vaksin yang masih sangat terbatas, masyarakat yang berada di daerah dan ekonomi menengah ke bawah yang justru memiliki tingkat risiko penularan yang lebih tinggi bisa tidak diprioritaskan dalam pembagian vaksin.

"Para tenaga kesehatan di daerah juga cemas. Apakah mereka akan kebagian vaksin secepat mungkin sehingga bisa melakukan tugasnya tanpa khawatir?" demikian penjelasan sosok yang sering disapa Juru Wabah ini.

Menurut Pandu, saat ini suplai vaksin Covid-19 di dunia masih sangat terbatas. Walaupun Indonesia disebut sudah mengamankan ratusan juta dosis vaksin, jelas dia, distribusinya ke daerah masih jadi masalah.

BACA JUGA : Begini Syarat yang Diajukan BPOM untuk Vaksin Covid-19

Apalagi, sebutnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sendiri mengatakan bahwa tidak semua daerah memiliki penyimpanan yang cukup untuk menampung vaksin-vaksin Covid-19.

Di sisi lain, sambung Pandu, pemerintah dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) berdalih skema vaksin mandiri akan membantu pemerintah mempercepat pencapaian kekebalan kelompok di Indonesia.

"Ini tidak bisa dibenarkan, karena vaksinasi mandiri justru menjadikan akses pada vaksinasi berdasarkan kemampuan ekonomi dan afiliasi dengan korporasi swasta," tegas pencetus petisi itu.

Keputusan tersebut dinilai juga bertentangan dengan rekomendasi WHO, UNHRC (Dewan HAM PBB) dan kesepakatan global bahwa semua upaya pengendalian pandemi, termasuk vaksinasi harus dilakukan dengan menghormati hak masyarakat untuk mendapatkan vaksin seadil-adilnya.

"Kami pun bertanya-tanya, kalau vaksinasi mandiri diadakan, apakah ada jaminan program ini akan mempengaruhi program vaksin gratis secara keseluruhan? Bagaimana kita bisa mencapai herd immunity untuk seluruh masyarakat secara cepat?" jelasnya.

BACA JUGA : Kemenkes Kaji Usulan Vaksinasi Covid-19 Mandiri 

Oleh karena itu, lewat petisi tersebut Presiden Jokowi, Menkes Budi Gunadi Sadikin, dan Menteri BUMN Erick Thohir diminta untuk membatalkan program vaksinasi mandiri. 

"Jika memang hendak mengajak kerja sama pihak swasta, sebaiknya pihak swasta diajak untuk melakukan distribusi vaksin, bukan untuk melakukan vaksinasi secara mandiri."

Hingga berita ini dituliskan, Jumat (26/2/2021) 06.30 WIB, lebih dari 300 orang telah menandatangani petisi tersebut dan dikomentari belasan pihak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Berita Terkait

Ada Kasus Antraks, Ribuan Dosis Vaksin di BB Vet Wates Justru Tak Terpakai sampai Kedaluwarsa
Ratusan Ternak di Gayamharjo Sleman Mulai Divaksin Antraks
Setelah Vaksin Polio, Anak di Sleman Bakal Menjalani Imunisasi JE
Cek Fakta: Konten yang Menyebut Wakil Direktur CDC Akui Vaksin Covid-19 Membuat Tubuh Lemah dan Mudah Sakit

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Video Viral Balon Udara Mendarat di Landasan Pacu Bandara YIA Kulonprogo Jogja
  2. 10 Ucapan Hari Kartini 2024 yang Penuh Makna dan Menebarkan Inspirasi
  3. BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran
  4. Relawan Yuni-Dedy 2015 Kumpul Lagi di Kedawung Sragen, Persiapan Jelang Pilkada

Berita Terbaru Lainnya

Pelajar Meninggal saat Seleksi Paskibra Sempat Alami Kejang dan Mulut Keluar Busa
Arab Ikut Kecam Hak Veto AS yang Menentang Keanggotaan Palestina di PBB, Ini Alasannya
Rumah Tersangka Korupsi Timah Harvey Moeis Digeledah Kejagung, Sejumlah Kendaraan Mewah Disita
Seorang DPO Kasus Korupsi Pembangunan Pasar Rakyat Ditangkap di Papua
KPK Bidik Keluarga Eks Mentan SYL Terkait Pencucian Uang
KPK Ungkap Mantan Kepala Bea Cukai Jogja Lakukan Pencucian Uang Capai Rp20 Miliar
Lowongan Kerja: Kementerian PUPR Akan Buka 6.300 Formasi CPNS dan 19.900 PPPK, Ini Rinciannya
KPK Jadwal Ulang Pemeriksaan Gus Muhdlor Tersangka Korupsi Pemotongan Insentif Pegawai
Pelajar SMA Negeri 1 Cisaat Sukabumi Meninggal saat Seleksi Paskibra
TNI Tembak 2 Anggota OPM di Nduga, Sita Pistol hingga Anak Panah di Tempat Persembunyian