Advertisement

OPINI: Menyongsong Ujian Nasional 2019

Didik Krisdiyanto
Selasa, 05 Maret 2019 - 08:00 WIB
Galih Eko Kurniawan
OPINI: Menyongsong Ujian Nasional 2019 Ilustrasi Ujian Nasional SD

Advertisement

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menentukan jadwal pelaksanaan Ujian Nasional (UN) Tahun Pengajaran 2018/2019. Berbeda dengan jadwal Ujian Nasional 2018, pada Ujian Nasional 2019, mengalami pergeseran waktu penyelenggaraan.

Rangkain Ujian Nasional 2018/2019 tingkat SMP/Mts dan SMA/MA/SMK akan dimulai pada Maret 2019. Pada tahun ini, pemerintah masih memberlakukan dua model ujian nasional, yaitu Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil (UNKP) dan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Pembeda dari keduanya adalah UNKP menggunakan alat tulis pensil dan kertas sebagai Lembar Jawab Komputer (LJK) sedangkan UNBK menggunakan komputer dalam pengerjaan soal beserta pengiriman jawaban soal.

Advertisement

Tujuan pemerintah mengadakan Ujian Nasional (UN) pada tingkat pendidikan dasar dan menengah salah satunya adalah sebagai instrumen pemetakan mutu pendidikan untuk meningkatkan kualitas sekolah. UN dapat menjadi tolok ukur sejauh mana suatu sekolah melaksanakan pembelajaran, khususnya dari sisi intelektual atau pengetahuan, juga sebagai pembanding capaian mutu antarsekolah.

Akan tetapi dalam kenyatan dilapangan, UN dipandang sebagai ritual khusus tiap sekolah yang perlu dipersiapkan sungguh-sungguh, dengan berbagai cara sehingga dapat terselenggara sukses sekaligus mendapatkan hasil (lulusan) dengan nilai yang tinggi. UN bagi sekolah tertentu merupakan harga diri, prestise dan kebanggan dari sekolah tersebut di kancah dunia pendidikan baik secara regional maupun nasional. UN dapat dijadikan senjata atau modal dalam mempertahankan eksistensi dan ketahanan hidup sekolah, terutama kaitannya dengan jumlah dan kuota rombongan belajar (rombel ) yang akan dikelola.

Sejauh ini masyarakat masih melihat hasil UN sebagai cerminan kualitas suatu sekolah, terlepas dari status sekolah, sarana prasarana, usia sekolah dan sebagainya. Sekola yang mampu menyelenggaran UN, dan meluluskan 100% peserta didikanya serta memperoleh nilai rata-rata UN yang tinggi akan mendapat apresiasi tersendiri dari masyarakat. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap animo, pengakuan dan status dari masyarakat yang mulai jeli dalam melihat perkembangan dunia pendidikan yang kompleks dan kompetitif.

Dengan demikian, sekolah dengan nilai UN tinggi tentu lebih diuntungkan pada proses penerimaan peserta didik baru (PPDB), ditengah-tengah minimnya jumlah lulusan tingkat pendidikan sebelumnya dan juga semakin menjamurnya sekolah baik negeri ataupun swasta yang setingkat. Oleh karena ‘hidup matinya’ sekolah tidak hanya dilihat pada kualitas semata, tetapi sangat tergantung pada kuantitas peserta didiknya.

Kedudukan UN yang sakral, membuat pihak sekolah harus berjibaku untuk menyongsong dan melaksanakannya. Berbagai cara pun dilakukan, mulai dari pendalaman materi, tes ujicoba, motivasi, doa bersama dan lain sebagainya. Menjadi pemandangan umum, bahwa dua atau tiga bulan menjelang UN, sekolah disibukkan dengan kegiatan maraton yang berkaitan dengan UN.

Pemanfaatan Waktu
Adanya berbagai jenis ujian menjelang UN, seperti Ujian Sekolah Berstandar Nasional, ujian praktek, ujian kompetensi, ujian madrasah (bagi sekolah di bawah Kementerian Agama) tentu akan membuat konsentrasi peserta didik terpecah.

Perlu strategi dan skala prioritas dari sekolah untuk mensiasati kondisi tersebut, sehingga UN dapat terlaksana dengan hasil ujian yang memuaskan tanpa mengesampingkan jenis ujian lain. Adapun strategi yang perlu disiapkan di antaranya pertama, persiapan dan pengadaan sarana prasarana yang menunjang pelaksanaan UN. Khususnya UNBK yang memerlukan sarana prasarana lebih komplek dibanding UNKP, di antaranya ruang ujian, komputer termasuk jaringannya, operator dan sebagainya.

Kedua, pemanfaatan waktu secara efektif dan efisien. Interval waktu yang terbatas ditambah dengan banyaknya jenis tes uji coba tentu menyita waktu yang tidak sedikit. Alih-alih guru akan membahas berbagai jenis latihan ujian, justru waktu terbuang hanya untuk mengikuti jadwal ujicoba tersebut. Oleh karena itu pihak sekolah seyogyanya lebih bijaksana dalam merancang berbagai kegiatan sekolah, kegiatan yang menyita waktu dan tidak terkait dengan sukses UN perlu diminimalkan.

Ketiga, pemantapan dan pendalaman teori dan soal-soal tipe Higher Order Thinking Skills (HOTS). Dalam Ujian Nasional 2019, pemerintah masih mewacanakan akan memasukkan soal-soal tipe HOTS kedalam UN, bahkan kemungkinan prosentasenya lebih tinggi dibanding UN 2018. Soal-soal tipe HOTS ini memaksa peserta didik berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, komunikatif, berdaya nalar tinggi dan analitis Oleh karena itu, perlu pengenalan lebih dini, sehingga soal-soal ini tidak menjadi momok para peserta ujian.

Dengan ketiga strategi diatas ditambah dengan dukungan dan semangat dari seluruh pemangku kepentingan sekolah tentu UN 2019 menjadi tantangan dan peluang sekolah untuk menyongsong dan melaksanakan UN 2019 sehingga kelulusan 100% dengan hasil nilai UN yang tinggi akan tercapai.


*Penulis merupakan guru MTs Negeri 4 Gunungkidul

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Mudik Lebaran, Gunungkidul Bakal Dijejali 154.000 Kendaraan

Gunungkidul
| Kamis, 28 Maret 2024, 18:07 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement