Advertisement

OPINI: Trilogi Ibadah

Restu Faizah
Sabtu, 11 Mei 2019 - 06:07 WIB
Galih Eko Kurniawan
OPINI: Trilogi Ibadah ilustrasi. - Reuters/Ina Fassbender

Advertisement

Sesungguhnya muara segala urusan manusia di dunia ini tidak lain hanyalah untuk menyembah Allah swt dan beribadah dengan ikhlas kepadaNya. Diturunkannya Alquran serta diutusnya para Nabi dan Rasul adalah untuk memberi petunjuk jalan agar manusia kembali kepada Penciptanya. Petunjuk jalan itu menjelaskan kepada manusia tentang ibadah dan hakekatnya serta akibat dari mendustakannya. Sebagaimana petunjuk yang terdapat dalam Alquran surat Adz Dzariyat ayat 56, disebutkan, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku”. Secara sistemik, ibadah manusia terbangun atas tiga ranah.

Pertama, Bangunan Simbolik, yaitu segala aktivitas ibadah yang harus ditampakkan keberadaanya serta disyi’arkan, karena ia merupakan bendera atau simbol Islam yang tanpanya akan memudarkan eksistensi Islam di bumi di mana ia berada. Merobohkanya berarti pula merobohkan agamanya.

“Islam dibangun di atas lima (pondasi), persaksian bahwa tiada Tuhan yang haq disembah melainkan Allah serta Muhammad utusan Allah, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, haji ke Baitullah, dan puasa Ramadhan”. (HR Bukhari dan Muslim).

Advertisement

Pada ranah ini banyaklah umat Islam yang menyambutnya serta sanggup menunaikannya bahkan dari hari ke hari semakin bertambah kuantitasnya. Kita pun mendengar dan menyaksikan bahwa fenomena pertambahan kuantitas ini telah meluas hingga ke berbagai negeri. Namun dari ibadah yang telah kita tunaikan dan juga disambut oleh sekian banyak saudara-saudara kita umat Islam tersebut perlu kita kritisi tentang seberapa besar nilai atau kualitas yang diperolehnya? Apakah tunainya ibadah kita berimplikasi kepada bagusnya karakter (akhlaq) kita sebagai seorang Muslim yang sebenarnya? Berkenaan dengan hal ini, Nabi SAW telah menyampaikan tausiyah agar menjadi tadzkirah (peringatan) bagi kita. “Berapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga”. (HR Nasa’i dan Ibnu Majah)

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (Al ankabut: 45)
“Sesungguhnya seorang hamba menunaikan shalat tetapi tidak ditulis untuknya seperenamnya dan tidak pula sepersepuluhnya”. (HR Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Hubban dari Ammar bin Yasir)
Apakah shalat yang kita kerjakan dengan rajin itu bahkan ditambah dengan qiyamullail (shalat malam) setiap malam, sudah mencegah kita dari segala perbuatan yang dilarang agama? Apakah puasanya sudah mampu menghadirkan pengendalian dirinya? Apakah zakat, infaq dan shadaqah telah membuat kita senantiasa mensyukuri nikmat-Nya dan menafkahkan dengan ikhlas di jalanNya? Haji yang telah kita tunaikan telah membuat kita rela berkorban, ikhlas, memurnikan beribadah kepadaNya? dan seterusnya. Semestinya umat Islam tidak berhenti kepada perilaku rutinitas simbolik semata, sekalipun itu baik, namun harus mampu memaknainya sehingga menjadi lebih baik dan berkualitas  dengan cara melangkah kepada tahapan bangunan berikutnya.

Memperbaiki Diri
Kedua, Bangunan Substansi, yaitu menjalankan ibadah dengan khusyuk serta memaknainya dengan sepenuh perhatian. Ibadah demikian menjalinkan komunikasi dengan Penciptanya, sehingga ia pun melakukannya dengan penuh ketundukan kepada Allah swt. Inilah yang menjadikan jiwa manusia menemukan kedekatan dengan Tuhannya, maka ketenangan serta kebahagiaan pun diraihnya.
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (Ar Ra’du: 28). “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu”. (Asy Syams: 9)

Ibadah pada tahapan demikian akan menuntut para pengamalnya untuk senantiasa muhasabah (introspeksi) dan melakukan tazkiyatun-nafs (penyucian jiwa). Sehingga muncul sikap penjagaan dan pengendalian diri, serta hati-hati: apakah amalnya akan menghantarkan ke surga ataukah ke neraka, apakah menimbulkan kemaslahatan ataukah kemudharatan, apakah sunnah ataukah bid’ah, apakah Islam ataukah jahiliyah, dan seterusnya. Jika dirinya berbuat salah segera memperbaiki diri, jika berbuat dosa ia akan segera istighfar dan bertaubat, jika dinasihati ia mendengar dengan baik, jika menasihati ia pun mawas diri. Ia pun akan membenahi sisi-sisi pemahamannya yang dirasa kurang selaras dengan tuntutan Islam, serta membenahi sisi ibadahnya yang dirasa kurang selaras dengan tuntunan.

Sikapnya menjadi dewasa, jiwanya matang. Ia pun akan segera mengetahui apakah kekurangan dan kelebihannya dalam diri dan agamanya. Ibadah sedemikian inilah yang akan berimplikasi kepada kebagusan karakter (akhlaq) serta menghadirkan kekuatan jiwa.

Ketiga, Bangunan Esensi, yaitu pemahaman yang mampu menghadirkan kesimpulan serta menemukan hakikatnya. Setelah menemukan kematangan jiwa, ia pun dapat menganalisa dan mampu menarik kesimpulan dari seluruh aktivitas ibadahnya. Ia akan menemukan apa yang selama ini hilang dicari baik oleh dirinya maupun kebanyakan manusia pencari kebenaran dan hakikatnya.

Kesaksiannya (syahadat), salat dan zakatnya, puasanya, serta hajinya, dan seluruh tugas ibadah yang dibebankan Pencipta kepada hambaNya adalah sebuah tali penghubung dan pengendali antara makhluq dengan Khaliqnya (hablu-minallah), serta merupakan tali penghubung yang sangat kuat antara sesama manusia (hablu-minannaas), dan tali tersebut tak boleh terputus sama sekali. Selama tali tersebut masih terhubung, maka keserasian, keselarasan, kesatuan dan keutuhan manusia akan terjaga dalam naungan dan bimbingan Al Khaliq serta terjalin kedamaian sesama manusia. Maka hal ini akan kembali selaras dengan makna Islam yaitu damai, serta selaras dengan visi ibadah dalam Islam yaitu untuk terwujudnya kedamaian rahmatan lil’alamin.

*Penulis merupakan dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Budayawan di Jogja Dilibatkan Pembuatan Maskot Pilkada 2024

Jogja
| Rabu, 24 April 2024, 14:47 WIB

Advertisement

alt

Berikut Rangkaian Program Pilihan Keluarga Indonesia Paling di Hati, Hanya di MNCTV

Hiburan
| Selasa, 23 April 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement