Advertisement

OPINI: Digitalisasi Membantu Industri Penerbitan Tetap Survive

Aruming Sekar Sukrani Candra Dewi, Mahasiswi Magister Manajemen FEB UNS
Jum'at, 30 April 2021 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: Digitalisasi Membantu Industri Penerbitan Tetap Survive Aruming Sekar Sukrani Candra Dewi, Mahasiswi Magister Manajemen FEB UNS

Advertisement

Penerbitan cukup berperan aktif dalam memajukan perekonomian di indonesia. Berdasarkan data dari Kemenparekraf, industri penerbitan sebagai salah satu unggulan sub sektor ekonomi kreatif. Jika dibandingkan dengan dulu, saat ini industri penerbitan sudah berevolusi, bahkan di bagi berdasarkan segmen yang berbeda.

Ada tiga jenis penerbit yang dikenal di Indonesia yaitu penerbit indie, penerbit mandiri, dan penerbit mayor. Penulis saat ini bisa memilih penerbit berdasarkan kebutuhannya.

Advertisement

Setiap tendik (tenaga pendidik) termasuk itu adalah seorang dosen, setiap tahunnya wajib menerbitkan minimal satu buku. Pasar tersebutlah yang biasanya menjadi ladang bagi penerbit mandiri. Keunggulannya sendiri penulis memiliki kendali penuh atas naskah dan konten, serta penulis tidak perlu melalui proses yang panjang untuk menerbitkan bukunya. Meskipun pamornya masih berada di bayang-bayang penerbit mayor, nyatanya penerbit mandiri dapat bertahan meskipun di gempur oleh kemajuan teknologi dan berbagai gonjang-ganjing kondisi ekonomi Indonesia.

Penerbit mayor pun akhirnya menyadari betapa besar potensi sistem penerbitan mandiri. Beberapa penerbit mayor bahkan membuat anak perusahaan dengan sistem penerbitan mandiri. Berbondong-bondong bisnis ini mulai dilirik oleh masyarakat.

Demand-nya yang pasti selalu ada karena di dasarkan pada kebutuhan tendik. Yang paling penting dalam menggerakan sektor ini adalah adanya penulis sebagai sumber roda kehidupan industri penerbit mandiri. PR dari pelaku bisnis Industri penerbitan adalah “bagaimana mencari penulis?”, “bagaimana agar penulis menerbitkan buku di kami?”, “Apa yang harus kami lakukan agar menarik dosen atau tendik untuk menulis buku?”

Sebelum pandemi, industri mulai bergeser dari 3.0 ke 4.0, yaitu ketika pertarungan terjadi di dunia maya dengan persaingan SEO. Kompetitor saling bertanding, berlomba-lomba memikat calon penulis dengan menyediakan informasi edukasi yang relevan yang akan membimbing pengunjung menjadi prospek, dari prospek terkonversi menjadi transaksi produk atau menjadi sebuah buku.

Siapa saja yang menguasai area informasi ini, akan menjadi juara mengakuisisi konsumen di Internet. Maraknya persaingan dunia digital ini mendisrupsi secara massif industri yang sama sekali tidak aktif mengenalkan diri di dunia Internet. Hal ini makin terbukti dengan datangnya Covid-19 yang membatasi aktivitas fisik, dan orang akan lebih cenderung menghabiskan waktu dengan gawainya daripada jalan-jalan ke offline store.

Kesadaran dan kepekaan terhadap perubahan ini, menjadi hal yang harus dipahami oleh seluruh lapisan organisasi perusahaan, sehingga perusahaan tetep terus relevan dan tetap menjangkau semua konsumen.

Aset Konten

Konten merupakan investasi awal untuk mendatangkan calon konsumen, dan tim terus menciptakan product awareness dengan rajin memberikan suguhan edukatif ke dalam website. Dalam industri penerbitan bisa menyedian info-info misalkan“bagaimana menulis buku tanpa plagiarisme”dan lain sebagainya yang relevan dengan dunia penulisan. Hal ini sudah  sadari sejak terjadinya disrupsi besar-besaran dari kemajuan teknologi. Tidak melawan perubahan, namun  mengikuti kemana pasar bergerak.

Saat menyadari Internet menjadi sumber pencarian,  giat membuat konten edukasi yang bermanfaat di dalam web  dan relevan dengan usaha . Sehingga traffic yang masuk selalu relevan dengan produk dan jasa yang dijalankan.

Semenjak adanya pandemi, orang lebih banyak bersentuhan dengan dunia digital, ini merupakan momentum terbaik untuk terus mengenalkan value kita kepada calon konsumen melalui channel distribusi yang kita miliki,

Pantau Konsumen

Fokus tim garda depan adalah harus rutin mengupdate customer journey dari masing-masing demografi yang sudah berhasil dipetakan. Cara pembelian produk, cara mendapatkan produk, cara memutuskan produk, terus berubah seiring perkembangan teknologi dan jaman.

Di era pandemi ini, orang tidak sempat melihat langsung produk yang ingin dibeli, sehingga mereka akan mencari informasi rating, review, dan recommendation dari produk yang akan mereka beli.  Sehingga fokus kita adalah bagaimana membuat konsumen selalu terkesan dengan pelayanan kita, sehingga konsumen berkenan memberikan rating, review, dan recomendarion ke saluaran penjualan.

Miliki Database Produk

Bukan rahasia lagi kalau demand adalah kunci dari perusahaan hidup. Maka strategi yang harus tetap di genjot adalah terus meningkatkan permintaan produk dengan memanfaatkan sistem jual beli yang dipakai sekarang.

Sebagai penyedia produk,  harus terus relevan dengan saluran distribusi yang sedang berjalan. Di saat pandemi terjadi, fokus strategi adalah terus memantau perilaku konsumen dan menyesuaikan saluran distribusinya. Setelah berhasil memetakan, lalu rektut sdm untuk menjadi mitra penjualan dan terus rutin mengedukasinya dengan baik. Kalau perlu diberikan progam reward, untuk top performance mitra penjualan.

Mobile Based

Pindahkan semua sistem rekap dari yang awalnya hanya menggunakan kertas, pindahkan seluruhnya kedalam bentuk digital. Salah satunya menggunakan google spreadsheet, dengan tools ini kita bisa langsung mendapatkan infomasi proges secara Realtime. Sehingga akan memudahkan kontroling pekerjaan tanpa harus mendatangi tempat yang ingin dikontrol prosesnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Cuaca DIY Hari Ini Jumat 19 April 2024: Jogja, Sleman dan Gunungkidul Hujan Lebat Disertai Petir

Jogja
| Jum'at, 19 April 2024, 06:37 WIB

Advertisement

alt

Film Korea Selatan Terbaru, Jo Jung Suk Tampil sebagai Pilot Cantik

Hiburan
| Rabu, 17 April 2024, 23:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement