Advertisement

OPINI: PHK Masal Start-Up & Jatuhnya Mata Uang Crypto

Tegar Satya Putra, Dosen Departemen Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Kamis, 16 Juni 2022 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: PHK Masal Start-Up & Jatuhnya Mata Uang Crypto Tegar Satya Putra, Dosen Departemen Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Advertisement

Beberapa tahun ini kita telah menjadi saksi bagaimana teknologi berkembang pesat dan mengubah kehidupan kita sebagai manusia. Perkembangan pesat teknologi pada beberapa tahun ini tidak lepas dari andil start up (perusahaan rintisan) teknologi yang menawarkan produk atau jasa seperti ojek online, marketplace (lokapasar) dan jasa konsultasi dokter daring (online). Selain start up teknologi, banyak orang juga gandrung dengan mata uang crypto. Namun, hype tersebut seakan sirna pada 2022 ini. Banyak start up di Indonesia melakukan PHK masal pada pegawainya, belum lagi nilai mata uang crypto anjlok dan menyebabkan kepanikan investor. Sebenarnya hal seperti ini bukanlah hal yang baru, pada awal tahun 2000, hal serupa juga sudah pernah terjadi. Bahkan para ahli mempunyai nama khusus untuk fenomena ini yaitu, dot.com bubble atau tech bubble.

Sejarah Dot.com Bubble

Advertisement

Sesuai namanya, bubble atau gelembung sabun yang jika ditiup akan melayang naik ke udara kemudian meletus, sebuah aset dikatakan mengalami bubble jika harga aset tersebut melesat tajam dalam waktu yang singkat, kemudian pada titik tertentu berhenti dan tiba-tiba harga aset tersebut anjlok.

Sedangkan kata dot.com disematkan karena aset yang mengalami bubble adalah aset di bidang teknologi. Pada periode akhir 1990-an sampai awal 2000-an, bisnis berbasis internet mulai naik daun, dan membuat besarnya animo masyarakat untuk berbondong-bondong investasi pada saham perusahaan teknologi. Bahkan pada periode tersebut, sebuah perusahaan teknologi dapat dengan mudahnya menjadi perusahaan umum dan mendapatkan banyak dana dari masyarakat. Padahal, secara umum, biasanya dibutuhkan waktu tahunan untuk sebuah perusahaan dapat menjadi perusahaan terbuka. Sayangnya, animo ini akhirnya berbuah pahit setelah banyak perusahaan teknologi bangkrut. Dampaknya banyak investor panik dan berbondong-bondong menjual saham perusahaan teknologi yang mereka miliki. Kepanikan investor membuat indeks pasar saham anjlok drastis dan pada saat inilah banyak orang menyadari bahwa gelembung dot.com meletus (dot.com bubble burst).

Sejarah Terulang?

Setali tiga uang dengan dot.com bubble, sebenarnya penyebab PHK besar-besaran dan turunnya nilai mata uang crypto juga terjadi dengan pola yang sama. Saat era industri 4.0 dimulai, mulai banyak wirausaha muda yang mendirikan start-up dengan produk berupa aplikasi ponsel pintar. Dampaknya, banyak aplikasi daring inovatif yang sekarang menjadi teman kita untuk menjalani hari.

Mulai dari bangun tidur, kita sekarang sudah dimanjakan dengan adanya jasa ojol yang bisa membantu kita membeli sarapan dengan satu ketukan jari saja. Siangnya, jika kita ingin berbelanja, banyak aplikasi lokapasar (marketplace) dan pasar el (e-commerce) yang menyediakan berbagai jenis barang. Belum lagi, jika kita sakit, sekarang ada aplikasi yang menawarkan jasa konsultasi dokter daring. Besarnya dampak dari produk-produk startup ini membuat investor di seluruh dunia berlomba-lomba menanamkan uang dalam jumlah besar ke jajaran startup tersebut.

Banyaknya uang yang startup tersebut terima membuat mereka berani memberikan promo dan diskon besar-besaran untuk menarik minat masyarakat. Ditambah lagi, jajaran startup ini juga gencar merekrut pegawai dengan iming-iming gaji yang besar. Para startup ini malah berlomba-lomba membakar uang yang diterima investor seakan uang investor tersebut tidak akan habis. Namun pada akhirnya semua berubah ketika ketidakpastian global semakin memuncak. Pandemi Covid-19 yang belum usai, perang Ukrania dan Rusia, serta melejitnya angka inflasi di berbagai negara adalah beberapa faktor utama yang menyebabkan para investor startup ini mulai banting setir untuk menyelamatkan uang mereka. Dampak dari hal tersebut, banyak startup yang kehilangan sumber uang mereka dan terpaksa melakukan PHK masal.

Jatuhnya Crypto

Setali tiga uang dengan nasib startup, mata uang crypto yang dulu menjadi primadona investor juga mengalami bubble burst. Bahkan mungkin terjadinya di pasar crypto terjadi lebih dahulu jika dibandingkan dengan bubble burst pada startup. Tanda-tanda turunnya nilai bitcoin dan sejenisnya sudah mulai dari akhir 2021, namun puncaknya baru terjadi di Mei 2022 saat salah satu mata uang crypto, Terraluna, harga pasarnya turun tajam. Dilansir dari business insider, pada puncaknya Terraluna pernah mencapai harga US$80, namun pada Mei 2022, harganya kurang dari US$1. Alhasil, banyak investor yang merugi besar-besaran karena mereka menaruh sebagian uang mereka di mata uang crypto tersebut.

Pelajaran untuk Kita Semua

Jatuhnya banyak startup dan mata uang crypto sebenarnya sudah diprediksi beberapa ahli. Para ahli ini menganggap bahwa hype startup dan mata uang crypto akan menimbulkan spekulasi berlebihan terhadap prospek startup dan mata uang crypto. Banyak orang, bahkan investor besar yang terlalu percaya diri dengan prospek investasi di bidang teknologi tanpa melihat data atau melakukan kajian objektif terlebih dahulu.

Dari kejadian bubble burst ini ada dua hal yang bisa kita petik. Pertama, jangan terjun ke suatu investasi karena ingin mengikuti tren saja, sediakan waktu sejenak untuk mengetahui risiko dan imbal hasil dari investasi tersebut. Kedua, dan yang terakhir, walau investasi tersebut menjanjikan dari segi imbal hasil dan risiko, jangan pernah menaruh semua uang Anda ke satu jenis investasi. Ibaratkan uang Anda adalah sejumlah telur, jika Anda menaruh semua telur tersebut dalam satu keranjang, kemudian keranjang itu jatuh, maka Anda kehilangan semua telur anda. Sama halnya jika Anda menanamkan semua uang Anda di satu jenis investasi, maka jika jenis investasi tersebut anjlok, maka Anda akan kehilangan semua uang Anda.   

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Sambut Pemudik dan Wisatawan Libur Lebaran 2024, Begini Persiapan Pemkab Gunungkidul

Gunungkidul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 11:47 WIB

Advertisement

alt

Rela, Ungkapan Some Island tentang Kelam, Ikhlas dan Perpisahan

Hiburan
| Jum'at, 29 Maret 2024, 09:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement